Mengenai Qaradhawi Catatan Risalah Istitute

Pertama kali saya berkenalan dengan Syaikh Qaradhawi, tepat setelah membaca buku Ma'alim fi Thariq-nya Sayyid Quthb. Kalau tidak salah itu SMP akhir.

Pemikiran kecil saya yang habis dibully bab per bab oleh Quthb, disegarkan dengan buku Berita Kemenangan Islam yang tipis, tapi isinya begitu jauh ke depan:

"Bahwa setiap seratus tahun akan ada seorang pembaru...."

"Bahwa islam akan bangkit dan abad 21 inilah momentumnya...."

Waktu itu saya kira Qardhawi adalah tokoh IM yang telah wafat ditembak atau digantung ksebagaimana kawan-kawannya.

 Tetapi tidak.

Ia masih hidup. Di kemudian hari saya tahu beliau hidup di Qatar dan menjadi ulama besar. Kalau hari ini kisruh pemutusan hubungan negara Saudi dengan Qatar dan sebelumnya beliau dicoret dari daftar ulama, maka anggap saja tulisan ini tak ada hubungannya.

Sejak membaca dua kitab di atas saya jadi penasaran dan begitu kagum dengan sosok mereka yang bertakbir lalu dipenjara karenanya. Mereka yang menulis nama Allah besar-besar di langit dan dibantai karenanya.

Sejak membaca dua kitab itulah, saya jadi punya cita-cita, dipenjara karena menulis puisi.
Baik Quthb, dan ternyata juga Qardhawi, adalah seorang penyair. Berbeda dengan Quthb yang interaksi sastranya minim dengan Hasan Al-Banna, maka sajak-sajak Qardhawi sempat dibaca Al-Banna.

Mengenai sajak-sajak Qaradhawi saya tak banyak menemukan literatur. Begitupula sajak dari anaknya, Abdurrahman Yusuf. Tetapi bukan itu.

Kita tahu kelak, Yusuf Qardhawi tidak sepakat dengan Quthb pada persoalan takfiri dan jihad. Dalam perkara ini pula, Quthb dianggap Bapak Terorisme Internasional bersama Abul A'la Al-Maududi. Barangkali, mereka berdua terlampau penat menyaksikan agama ini diinjak-injak.

Qaradhawi akrab dengan penjara. Beberapa kali, ulama kelahiran 1926--dua tahun sebelum Ikhwan berdiri--masuk penjara. Fatwa-fatwanya keras. Ia kerap mengutuk atau mendukung sosok pemimpin dunia.

Mengenai Qadhafi, ia berkata "semoga pria gila itu cepat jatuh." Mengenai Assad, ia "mewajibkan masyarakat untuk melawan dan menumbangkannya".

Mengenai Jenderal As-Sisi, ia berkata, " hendaknya penduduk tetap di rumah," berkaitan dengan pemilu, "dan menghindarkan diri dari dosa besar memilihnya!"

Waktu itu terlepas dari cacat fatwa atau keanehan yang ada, dia adalah sosok yang idola-able buat saya. Saya bukan ahli fikih. Saya cuma: Sangat-sangat menghormati mereka yang lantang bicara di hadapan thagut.

Barangkali sebagaimana Syaikh Al-Albani, ketika ditanya: pernahkah Anda bersalaman dengan penguasa?"

Maka ia menjawab, "tidak  pernah kedua tanganku menyentuh thagut!"

Maka dalam buku Fiqh Daulah, ia menuliskan sebuah hadis yang begitu hebat dan harus diucapkan keras-keras di hadapan Presiden:

"Jika kulihat umatku gentar berkata kepada orang zalim: Hai orang zalim!, maka mereka tak layak lagi untuk hidup", diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Hakim.

Di samping itu, beberapa bahasan dalam Fiqh Daulah seperti kepartaian, pemimpin wanita, perdemokrasian, dan lain-lain, memicu kontroversi besar di dunia islam. Mungkin karena yang menulis adalah Qardhawi, bukan yang lain.

Mungkin dalam pandangan awam saya mengenai fikih negara, buku ini bisa disandingkan dengan Siyasah Syar'iyyah Ibnu Taimiyah dan Al-Ahkam Sulthaniyyah, Imam Al-Mawardi.

Meski begitu, lagi-lagi saya tidak fokus ke masalah perbedaan fikih. Itu sudah ada ahlinya. Sebatas wawasan, pemikiran Qardhawi menarik meski harus ditimbang lagi. Qaradhawi dewasa ketika Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb dieksekusi mati.

Ia juga cukup cermat memperhatikan pemberontakan kepada Muhammad Mursi dan IM di Mesir. Beruntung ia berumur panjang:
Sebagaimana Anas bin Malik r.a, yang menyaksikan hijrahnya Rasul, 17 perang Rasul, futuhat Persia, perang Jamal dan Shiffin, peperangan laut masa Muawiyah, hingga terbunuhnya Husain dan Abdullah bin Zubair.

90 tahun usianya, ia saksikan sejak 1926: berdirinya IM, jatuh bangunnya penguasa Mesir, Perang Dunia 1 dan 2 beserta senjata terkuat manusia, Perang Teluk, hingga bangkitnya benih-benih perang akhir zaman di Suriah dengan berdirinya ISIS serta Arab Spring.

Sebagai ulama tua, ia bicara seperti akan mati esok hari dan bekerja seperti hidup dua juta tahun lagi. Entahlah; orang bisa memaafkan perkataan ulama Saudi mengenai bumi datar dan haramnya demonstrasi; orang bisa memaafkan qaul qadim dan qaul jadid Imam Syafii dan bahkan membela mati-matian sejarah fatwa Ibnu Taimiyah yang kontroversi tetapi tidak memberi ruang sedikitpun pada beliau.

Baiklah. Saya mencintai caranya berteriak di hadapan dunia ini. Saya menyukai caranya tegak di hadapan lika-liku dunia dan mengambil sikap. Di dalam bukunya yang lain, Sistem Masyarakat Islam, ia lantang menulis:

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang menjadikan tanah air dan kebangsaan sebagai berhala yang disembah selain Allah, yang diagung-agungkan oleh pena, lisan, dan seluruh alat komunikasi dan penerangan. Juga oleh berbagai perasaan dan cinta, serta didukung oleh rasa cinta dan loyalitas sampai pada tingkatan beribadah secara nyata, meskipun mereka tidak menganggap itu ibadah secara ucapan. Sungguh itu merupakan salah satu berhala yang muncul di berbagai negara, kemudian berpindah ke negeri-negeri Islam yang itu membuat para analis dan pengamat non Muslim bangkit dari bumi tauhid suatu penyembahan berhala dengan bentuk baru.

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang memusuhi kaum Muslimin dan mencintai musuh-musuh Islam, atau menyamakan antara kaum Muslimin dengan orangorang musyrik atau orang-orang kafir dalam mu'amalah (pergaulan), perasaan wala' (cinta) terhadap Islam dan ummatnya itulah yang mengarahkan masyarakat Islam, demikian juga perasaan benci terhadap musuh-musuh Islam yang membuat tipu daya terhadap pengikutnya dan yang menghambat dari jalannya sehingga dapat memperkokoh tali imanmcinta karena Allah, benci karena Allah, mencintai karena Allah dan memusuhi karena Allah..."

Hari-hari belakang ini kita tahu ia dicoret dari barisan ulama di Rabithah alam islamy. Bakan negara tempatnya tinggal, Qatar, diambang perang karena alasan yang salah satunya begitu karikaturis:

"Melindungi Qaradhawi..."

Saya ingin, tiba-tiba, jadi dia. Saya.... Terpaksa bilang itu!

Kita belum tahu nanti Yusuf Qardhawi akan wafat dengan cara bagaimana. Al-Banna gugur dengan 7 lubang peluru di dadanya. Quthb, dengan jeratan tali di lehernya. Ramadan Al-Buty, dengan ledakan bom di masjidnya. Abdullah Azzam, dengan ledakan bom di mobilnya. Mursyid Am Ikhwanul Muslimin sampai hari ini, Muhammad Badie masih mendekam di penjara sebagaimana pendahulunya: Hasan Hudaibi, Umar Tilmisani, dan Mustafa Mansur.

Akhir kata, mari kita lihat ke mana zaman ini mengarahkan Islam dan Timur Tengah, ketika umatnya sendiri sibuk pada hal-hal remeh temeh....

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item