USTADZ ABDUS SOMAD DIBONSAI, USTADZ ABDUS SOMAD MELAMBUNG



#UstadKerenZamanNow

===================
(by : Iramawati Oemar)
•••••••

Masih ingat "Dai Sejuta Ummat" KH Zainuddin MZ (alm.)? Saya yakin sebagian dari kita masih ingat betul kiprah Zainuddin MZ di ranah dakwah negeri ini.

Beliau ngetop di akhir dekade '80an sampai '90an. Kemana pun beliau berdakwah, ribuan ummat Islam menyemut. Bahkan rekaman ceramahnya laku keras. Saat itu rekaman masih dalam bentuk pita kaset yang diputar di tape recorder, ada juga rekaman dalam bentuk video beta.

Jaman itu belum era internet, bahkan stasiun TV pun masih bisa dihitung dengan sebelah jari. Sesekali KH Zainuddin MZ berceramah di TVRI pada Kamis malam Jum'at.
Karena dakwahnya yang selalu dibanjiri jamaah, maka julukan "Da'i Sejuta Ummat" pun layak disematkan pada beliau.

Ada beberapa kesamaan Ustadz Abdus Somad di jaman now dengan KH Zainuddin MZ jaman old.
Kesamaan paling mendasar adalah 'style' ceramahnya yang "sersan", serius tapi santai.

Ajaran Islam sesuai Al Qur'an dan as Sunnah disampaikan dengan bahasa yang lugas, gampang dimengerti, memakai perumpamaan yang mengena, dibawakan dengan gaya kocak tapi tak tampak melucu yang berlebihan.

Gaya penyampaian seperti ini memang lebih mengena ke hati ummat dan melekat dalam benak, mengendap dalam pikiran. Seperti kata mantan senior saya yang psikolog :

"mengajarkan/menyampaikan sesuatu dengan dibumbui gurauan dibandingkan dengan yang disampaikan secara serius, yang lebih mudah diterima adalah yang pakai selipan candaan".

Namun, candaannya tak mengurangi "keseriusan" dari ajaran yang disampaikan. Apa yang dilarang agama, tetap tegas dilarang.

Ustadz Abdus Somad ilmu agamanya sangat mumpuni, namun beliau mampu menyampaikan kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami.

Kesamaan kedua : sama-sama disukai ummat. Ceramahnya dibanjiri kaum ibu, para bapak, orang tua/lansia sampai kalangan anak muda. Saya ingat dulu waktu masih kuliah pernah ikut berdesakan ketika masjid Unair mengundang KH Zainuddin MZ. Mahasiswa 'tumplek-blek'.

Kesamaan ketiga : beliau berdua mampu menguasai psikologi massa. Sebanyak apapun jamaahnya yang hadir hingga membludak, Alhamdulillah tak pernah ada kerusuhan, kericuhan.

Pernah di tahun '90an saya ikut hadir di stadion Tambaksari Surabaya, acara dimulai sudah malam sekali karena pesawat beliau mengalami delay, tentu buyar acaranya larut malam.

Tapi KH Zainuddin MZ menutup acara dengan pesan agar seluruh jamaah pulang dengan tertib. Begitu pula ketika dalam suatu ceramahnya yang dihadiri ribuan orang tetiba listrik padam, KH Zainuddin MZ mampu menenangkan jamaah.

Sama dengan Ustadz Abdus Somad, betapapun situasi mencekam karena beliau dipersekusi, atau ceramahnya dibatalkan sepihak, atau dihalangi pihak ketiga, Ustadz Abdus Somad mampu mengobati kekecewaan massa yang menunggunya dan tidak membuat ribuan orang yang kecewa meluapkan amarahnya dalam bentuk perilaku anarkis.

Itulah hebatnya "Da'i Sejuta Ummat" dan "Ustadz Sejuta Viewers".

Kesamaan keempat : keduanya sama-sama hadir di tengah ummat ketika rasa "haus" terhadap nilai-nilai Islam sedang mendera ummat Islam Indonesia.

Keduanya menjadi pendakwah ketika ghiroh ummat Islam sedang bangkit dan semangat untuk "mencari" ajaran Islam di tengah masyarakat sedang meningkat.

Awal tahun '90an, di masa Orde Baru, saat itu kehidupan Islam di kampus-kampus sedang marak, pun juga di kalangan intelektual, pebisnis, eksekutif muda bahkan kaum ibu.

Hal itu ditandai dengan terbentuknya ICMI, lahirnya bank syariah pertama di Indonesia, yaitu Bank Muamalat, dll.
Saat ini, dalam 3-4 tahun terakhir, semangat mencari nilai-nilai Islam di tengah masyarakat bahkan terasa lebih besar ghirohnya dibanding tahun '90an.

Sebab kesadaran itu tumbuh dari masyarakat kelas menengah hingga akar rumput. Tak bisa dibendung.
Sehingga, kehadiran para ustadz yang dianggap istiqomah dalam menyuarakan ajaran Islam, bagaikan oase bagi musafir ilmu yang haus akan ajaran agamanya. Salah satunya Ustadz Abdus Somad.

*** *** ***

Mungkin masih ada beberapa kesamaan lainnya.
Tapi yang jelas ada perbedaan yang sangat frontal antara "nasib" KH Zainuddin MZ dengan Ustadz Abdus Somad selaku pendakwah.

Yaitu : Zainuddin MZ tidak pernah mengalami persekusi dan pelarangan yang beruntun, sedangkan Ustadz Abdus Somad mengalaminya.

KH Zainuddin MZ tidak pernah dilecehkan harga dirinya, baik di dalam maupun di luar negeri, namun Ustadz Abdus Somad harus mengalaminya.

Mungkin KH Zainuddin MZ lebih beruntung jadi pendakwah jaman old, dimana "Islamophobia" belum sebesar sekarang.

Namun tak berarti Ustadz Abdus Somad da'i yang malang karena "besar" di jaman now. Setiap pendakwah memiliki tantangan jamannya masing-masing dan itulah batu ujian bagi mereka.

Justru tantangan berat macam ini membuat Ustadz Abdus Somad gaungnya lebih menggema. Apalagi ini jaman internet, apapun yang dialami UAS dimanapun beliau berada, dalam sekejap sudah diketahui ummat di berbagai daerah di Indonesia. Dan seketika publik pun ikut bereaksi.

Bahkan, tak kurang pimpinan nagara tetangga pun menunjukkan simpatinya.
Maka, tak pelak lagi setiap upaya penghalangan terhadap Ustadz Abdus Somad apapun alasannya, hanya akan menambah besar rasa simpati ummat kepadanya.

Mengusir Ustadz Abdus Somad sama dengan mengusir ribuan jamaah. Menghinakan Ustadz Abdus Somad sama dengan menghinakan jutaan penikmat ceramahnya di seantero negeri.
Suka atau tidak, itulah fenomena yang terjadi saat ini.

*** *** ***

UAS DI"BIDIK"

Sebenarnya tanda-tanda bahwa UAS memang sedang "dibidik" sudah tampak sejak beberapa waktu lalu. Menteri Agama pernah menyampaikan statement bahwa penceramah yang terlalu banyak guyon akan "ditertibkan".

Ini pernyataan aneh, kenapa baru muncul saat ini. Maka tak heran jika publik kemudian mempersepsikan pernyataan Menag itu ditujukan kepada UAS, karena moment-nya bersamaan dengan makin tingginya popularitas UAS dan ceramahnya yang bergaya guyonan makin digandrungi massa.

Dari jaman dulu tak pernah ada "penertiban" penceramah hanya karena terlalu banyak guyon. Okelah beliau belum jadi menteri agama semasa KH Zainuddin MZ berjaya, tapi bukankah beliau sudah menjadi menteri sejak jaman Pak SBY masih jadi Presiden, dan saat itu seorang ustadz yang populer di layar kaca juga selalu penuh candaan dalam ceramahnya?

Malahan candaan yang terkadang berlebihan itu, justru dijadikan 'icon' jualannya, hingga membuat sang ustadz jadi bintang iklan dari satu provider seluler. Bahkan candaan sang ustadz tersebut tak sebatas hanya lisan saja, tapi juga disertai gerakan tubuh mungilnya yang berputar-putar.

Selama ini tak ada nyinyiran terhadap ustadz siapapun yang menyampaikan ceramahnya dengan gaya candaan.
Barulah ketika Ustadz Abdus Somad populer, videonya di YouTube menuai ribuan "like", bahkan para pengguna ponsel pintar membagikannya lewat grup-grup WA, nettizen saling undang temannya di media sosial untuk mengajak nonton siaran live ceramah UAS, setiap hari di medsos selalu ada ribuan share ceramah beliau, nah.., mulailah ada pernyataan penceramah yang banyak bercanda akan ditertibkan.

Padahal, apa urusannya dengan kementerian?
Terlampau jauh jika negara sampai mengurusi masalah "teknis" cara penyampaian ceramah. Sepanjang isinya tidak menyimpang dari ajaran Islam yang benar, tidak menyampaikan ajaran sesat, maka tak ada alasan untuk "menertibkan".

Dosen di satu kampus saja berbeda-beda cara mengajarnya, masa iya akan diseragamkan.
Sepanjang ummat yang mendengarkan ceramahnya tidak memprotes bahkan suka dengan gaya bercanda sang penceramah, maka tak ada alasan untuk "menertibkan". Masa iya soal teknis penyampaian saja mau diatur apalagi dilarang?

Belum lama ini sejumlah pekerja migran Indonesia di Hongkong mengundang UAS. Sudah lazim pada akhir pekan pekerja migran Indonesia mendatangkan penceramah, banyak ustadz kondang yang sudah hadir di negeri itu.

Tapi khusus Ustadz Abdus Somad, beliau dilarang masuk Hongkong. Ini aneh, sebab UAS sudah dicegat sejak masih baru hendak keluar dari pesawat.

Jika seorang pendatang asing menjalani pemeriksaan di ruang yang memang untuk pemeriksaan orang asing, itu wajar. Kalau dalam pemeriksaan dijumpai hal mencurigakan, ditanya berbelit-belit dalam menjawab, tingkah lakunya tidak wajar, maka layak jika kemudian dipulangkan.

Nah, ini sudah dihadang ketika baru keluar dari pesawat, maka sudah pasti ada "aduan" yang menyebabkan otoritas keimigrasian Hongkong bertindak sangat represif pada UAS.

Otoritas imigrasi Hongkong memang tidak salah, jika ada informasi keliru yang sampai pada mereka tentang sosok UAS. Sebenarnya, tahu apa mereka dengan banyaknya ustadz di Indonesia, mana yang ceramahnya disukai, mana yang tidak, dll. Bahkan wajah UAS pun mereka belum tentu mengenali.

Beda dengan negeri jiran Malaysia atau Brunei, yang mayoritas penduduknya Muslim dan etnis Melayu, wajar jika mereka turut jadi penyuka ceramah UAS.

Sedangkan Hongkong yang mayoritas bukan Islam, tak paham bahasa Indonesia, janggal jika mereka menaruh perhatian pada UAS tanpa ada yang mengadukan atau memberi informasi salah tentang beliau.

Belajar dari pengalaman yang terjadi di Bali, jauh hari sebelum kedatangan UAS ke Denpasar, provokasi untuk menolak beliau sudah santer di media sosial, dari seorang anggota DPD RI.

Maka tak heran jika sejumlah massa dari LSM tertentu kemudian melakukan persekusi kepada Ustadz Abdus Somad. Intinya : tidak akan ada asap jika tak ada api, dan api akan menyala jika ada yang memantik.
Itulah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan kondisi yang dialami UAS belakangan ini.

Anehnya, semakin UAS disudutkan, berupaya dihalangi agar gagal berceramah, yang terjadi justru sebaliknya : ceramahnya makin dibanjiri massa.

Para pekerja migran di Hongkong pun tetap membludak menyaksikan ceramah UAS yang disampaikan secara live streaming. Bahkan mereka larut dalam khusyuknya doa yang dipimpin UAS.

Emosi mereka justru tertumpahkan disitu.
Wah, yang mengadukan UAS agar di cegah masuk Hongkong pasti menyesal kalau tahu dampaknya bakal begini.

Sebelumnya, di Bali, seorang Raja Bali bahkan ikut hadir dalam salah satu majelis yang menghadirkan Ustadz Abdus Somad sebagai penceramah. Menampar wajah kelompok yang melakukan persekusi, menohok uluhati politikus muda yang memprovokasi SARA.

Di Jakarta, kemarin, masjid PLN Disjaya sudah bersiap sejak malam sebelumnya. Panggung telah dibangun, tenda-tenda didirikan, catering sudah dipesan untuk 5000an jamaah. Bahkan di salah satu tv swasta disebutkan sudah ada 5 mobil box yang mengangkut catering datang ke lokasi.

Namun mendadak, pengajian di masjid itu dibatalkan. Rencana hendak dialihkan ke Istiqlal, namun karena pemberitahuan yang mendadak di hari yang sama, sementara jadwal rangkaian ceramah UAS sudah disusun sedemikian rupa, jarak waktu sangat mepet dengan lokasi yang sudah diatur agar mobilitas UAS berpindah dari satu masjid ke masjid lainnya lancar, maka tentulah kepindahan mendadak itu tak mungkin dilakukan.

Apalagi pihak Istiqlal sendiri belum tentu siap, mengingat acara belum diagendakan sebelumnya.
Jadi, usulan pemindahan mendadak itu ibarat pelarangan secara halus.
Toh esensinya sama : Ustadz Abdus Somad batal memberikan ceramah disana, jamaah yang terlanjur hadir pun harus menelan kekecewaan.

Dalam 2 hari ini publik disuguhi fenomena anomali yang luar biasa. Hanya berselang 2 hari sejak berita penolakan UAS masuk Hongkong, di Aceh masyarakat membanjiri majelis taklim UAS bahkan menghadiahinya mobil bagus.

Luar biasa jumlah jamaah yang terpotret melalui drone. Nyaris mirip aksi-aksi ummat Islam di Jakarta banyaknya.

Begitu pula di Jakarta dan sekitarnya. Pembatalan di masjid PLN justru membuat jamaah membludak di acara UAS di lokasi lain. Maklum, jadwal ceramah UAS selama di Jakarta dan sekitarnya telah beredar luas di banyak grup WA dan medsos.

Mungkin pihak-pihak yang mendalangi upaya penghalangan UAS berceramah, sekarang ini sedang pusing tujuh puluh tujuh keliling, kenapa makin dihadang UAS justru semakin berkembang jamaahnya. Makin dilarang malah membuat ummat makin datang.

Siapapun yang ingin mengkerdilkan eksistensi UAS saat ini, sesungguhnya mereka sedang melawan arus kuat kehendak massa, melawan animo masyarakat yang tak mungkin dibendung.

Alih-alih mencoba mematikan semangat ummat yang sedang membara, upaya itu justru bagai menyiram bensin ke bara api ghiroh ummat yang menyala.
Makin Ustadz Abdus Somad dibonsai, makin berkembang beliau.

Tidak ada yang bisa menghalangi jika Allah hendak memuliakan hambaNYA.
Bukan hadiah mobil mewah yang membuat UAS jadi mulia.

Bahkan seandainya panitia tak membayar UAS sepeser pun, rizki UAS tetaplah jauh di atas kekayaan yang dimiliki siapapun dalang di balik penghadangan ceramah UAS.
Lho, kok bisa?! Mana buktinya kalau UAS rejekinya lebih melimpah?!

Baiklah, mari kita cermati : berapa banyak politikus, tokoh yang jadi calon peserta pilkada, caleg, para petinggi parpol, yang ingin kampanyenya dihadiri ribuan massa? Apa upaya menghadirkan massa di ajang kampanye?!

Sudah pasti yang pertama adalah mengundang penarik massa, semisal artis top yang sedang naik daun. Tentu tarifnya tidak murah. Apalagi kalau yang dihadirkan tak hanya 1 artis.
Kalau artis saja dianggap tak cukup memancing kehadiran massa, maka dipakailah jasa broker pengumpul massa. Ini makin tidak murah. Kalau per orang minta honor 100 ribu, maka untuk mendatangkan 1.000 orang saja harus ada uang 100 juta. Belum nasi bungkusnya, belum lagi sewa angkot, metro mini, bis kota, bis antar kota untuk memobilisasi massa.
Bayangkan, berapa uang yang harus dikeluarkan hanya demi mendatangkan massa seribuan saja.

Sedangkan UAS, cukup mencantumkan namanya saja, ribuan orang rela datang dari berbagai daerah bahkan dari tempat yang cukup jauh sekalipun, atas biaya mereka sendiri.

Apakah ini bukan anugerah luar biasa dari Sang Maha Pemberi Rizki?! Hanya diberikanNYA pada hambaNYA yang terpilih saja.

Itu sebabnya ada pihak-pihak yang tidak suka UAS, yang tidak ingin nama UAS makin berkibar, yang tidak mau UAS makin dirindukan massa.

Apalagi kalau UAS dianggap tak berdiri di pihaknya, UAS tentu tak akan mau dijadikan penarik massa saat dibutuhkan.
Maka, dia harus dikerdilkan, harus dibonsai dari sekarang.

Sayangnya, yang berpikiran hasad seperti itu biasanya tidak pernah berpikir bahwa yang dihadapinya BUKAN Ustadz Abdus Somad, melainkan mereka sedang menghadapi ummat Islam yang ghirohnya sedang menyala.

Maka, silakan terus kerdilkan UAS, maka dia akan makin me-raksasa.
Bonsai-lah Ustadz Abdus Somad, maka dia akan makin tumbuh besar.
Selamat datang fenomena baru : USTADZ SEJUTA VIEWERS yang juga DAI SEJUTA UMMAT!

=IO=

Related

Ustadz Abdul Shomad 8387265035212571400

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item