Mengevaluasi Demokrasi

Byu: Nandang Burhanudin
*****

(1)
Kita telah sepakat menerima demokrasi. Tapi tetap, setiap umat Islam bersikap kritis terhadap sistem demokrasi. Sebab nyatanya telah terjadi ironisme antara prestasi berdemokrasi yang berbanding terbalik dengan kegagalan menegakkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, dan bebas korupsi.


(2)
Fakta di lapangan, pesta demokrasi per-lima tahunan tidak membuat rakyat meraih kedaulatannya. Alih-alih berdaulat, usai Pemilu, proses politik dan ekonomi sepenuhnya dikendalikan oleh berbagai kekuatan oligarkis berselubung partai politik, etnik, daerah, agama, dan golongan.

(3)
Berbagai kekuatan oligarkis inilah yang kemudian membajak dan menjadi penikmat sejati demokrasi. Hal ini diperparah dengan “perselingkuhan” penyelenggara negara di pusat dan daerah, yang lebih memilih bersekutu dengan para oligarkis yang dibiayai oleh kapitalis-investor, ketimbang mengawal bangsa, memuliakan konstitusi, dan menjaga hati nurani rakyat.

(4)
Dalam kaitan ini Syafruddin Prawiranegara mengingatkan, “Apabila para pemimpin rakyat suatu saat tidak sanggup lagi bekerja betul-betul untuk kepentingan rakyatnya, apabila kedudukan atau kursi sudah menjadi tujuan dan bukan lagi menjadi alat, maka yang akan mengancam negara kita ialah bahwa demokrasi akan tenggelam dalam koalisi dan kemudian koalisi akan dimakan oleh anarki, dan anarki akan ditaati oleh golongan-golongan yang bersenjata itu.”

(5)
Ini yang kita rasakan sekarang. Era Masyumi berakhir tragis. Lalu PKS muncul menggantikan peran Masyumi, walau tak mampu meraih prestasi puncak mendekati Masyumi. Era PKS digantikan kekuatan people power 212. Namun kini, PP212 sudah kembali dibonsai, tercecer dalam serpihan-serpihan mart212 dan ijtimak ulama yang terpecah.

(6)
Eep Saufullah Fatah kembali menasihati kita, power umat kembali hanya menjadi kerumunan. Efek dari hilangnya otak, tulang punggung, dan hati yang menggerakkan umat. Lalu digantikan kaum oportunis yang bertransaksi untuk dirinya sendiri, bukan misi keumatan.

(7)
Serangan balik kalangan oligarkis dimulai dengan binasanya KMP di Parlemen. Skor pun berubah menjadi 2-1. Umat kalah di Pilpres 2014, menang di perebutan power di DPR RI, lalu kalah lagi dengan pembubaran KMP, menang lagi di aksi melawan Ahox, kalah lagi di Pilkada seerentak 2018, kalah lagi di penentuan UU MKD dan penentuan PT.

(8)
Akankahkah kalah kembali di Pilpres 2019 dan seluruh Pilkada di tahun 2022? Saatnya mengembalikan otak, hati, dan tulang punggung Indonesia. Generasi muda progresif, ulama yang punya prinsip, lalu par jenderal yang masih normatif menjaga keutuhan NKRI.

Related

Nandang Burhanudin 187301678328654901

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item