[Blunder ahok]
https://bariqunnury.blogspot.com/2017/02/blunder-ahok.html
“Perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi. Tidak dapat tegak sedikitpun.”
(QS Ibrahim : 26)
Menyimak argumen bantahan ahok dan tim kuasanya terhadap kesaksian ketua MUI yg juga Rais ‘Am PBNU, KH. Ma’ruf Amin, pada persidangan ke-8 kasus penodaan agama yg disangkakan kepada ahok pada Selasa (31/1) kemarin, saya teringat ayat diatas.
Bagaimana tidak? Akibat kalimat-kalimat buruk dan arogan yg keluar dari mulutnya, kini ahok benar-benar menjadi common enemy. Musuh bersama. Meski dgn issue yg berbeda. Selain dengan GNPF-MUI yg terus mengawal kasus penistaan al-qur’an surat Al-Maidah ayat 51, ahok kini mulai ‘menyeret’ SBY dan warga NU dalam pusaran konflik.
Pernyataan tim kuasa ahok yg mengaku mengetahui pembicaraan telp SBY ke KH. Ma'ruf Amin menimbulkan pertanyaan besar di tengah publik. Bagaimana mungkin seorang gubernur (dan tim kuasanya) bisa masuk ke ruang privasi pembicaraan pihak lain, bahkan ke mantan org nomor 1 di republik ini?
Padahal menurut UU, hanya KPK, Kejaksaan, dan BIN saja yg diberi wewenang utk melakukan penyadapan. Kok bisa sampai ke ahok dan tim pengacaranya? Siapa yg memberikan? Menarik utk ditunggu.
Memang sejak kasus penodaan al-Qur'an ini muncul, org2 di belakang ahok senantiasa mengarahkan tuduhan kpd SBY, yg dianggap punya kepentingan pada pilgub DKI karena mencalonkan putranya. SBY dituduh sbg pihak yg mendanai Aksi-aksi Bela Islam. SBY jg dianggap sbg pihak yg berada di belakang keluarnya fatwa MUI, yg mrk anggap sbg fatwa 'pesanan'.
Sbg mantan RI-1, SBY tentu tidak bodoh utk mengetahui siapa di balik ini semua. SBY pasti akan mengambil sikap utk menjaga kehormatan dan harga dirinya. Masih ingat bagaimana SBY begitu marah saat mengetahui Australia menyadapnya? Apalagi cuma ini.
Ngeriiii....
Demikian pula dgn kata-kata ahok dan pengacaranya kepada KH. Ma'ruf Amin yg menimbulkan kemarahan 'berjamaah' di kalangan warga NU.
Padahal jamak diketahui, bhw selama ini sebagian warga NU, termasuk bbrp organisasi underbow-nya, tidak begitu menunjukkan sikap permusuhan terhadap ahok dalam kasus al-Maidah 51. Bahkan cenderung membelanya.
Tapi dgn cercaan dan hardikan ahok dan pengacaranya terhadap KH. Ma'ruf Amin, sbg tokoh panutan yg begitu dihormati oleh kalangan NU, mengingat beliau adalah pemimpin tertinggi di jam'iyyah (Rais 'Am PBNU), maka kemarahan warga NU kpd ahok tak bisa dibendung.
“Saya bukan tokoh NU tapi saya warga jam’iyyah NU sejak bayi. Saya tersinggung atas hardikan ahok terhadap KH Makruf Amin. Saya ikut protes sebagai warga NU,” ujar Mahfud MD, yg juga mantan ketua MK.
Bahkan dalam salah satu pernyataan resminya Pimpinan Pusat GP Ansor menyatakan: “GP Ansor tidak akan tinggal diam dan dengan ini menyatakan siap mendampingi dan membela Kyai Ma’ruf Amin, sebagai pimpinan tertinggi kami, secara lahir dan batin dalam koridor hukum; dan menyerukan kepada seluruh kader Ansor dan Banser untuk siaga satu komando”.
Semua ini tentu saja membuyarkan strategi pengalihan issue yg sudah disetting org2 dibelakang ahok.
Jujur harus diakui, bertele-telenya proses persidangan ahok, ditambah lagi dgn penetapan Habib Rizieq sbg tersangka penghinaan lambang negara, dan OTT (?) Patrialis Akbar kemarin telah membuat fokus ummat terpecah.
Tapi kini... akibat kalimat-kalimat buruknya di persidangan ke-8 kemarin, semua kembali fokus ke kasus ahok. Bahkan semakin besar dan meluas.
Pepatah ‘siapa menabur angin, akan menuai badai’ cocok utk menggambarkan prilaku ahok, dan juga para pendukungnya.
Jadi... percuma saja tangisan dan air mata di sidang perdana. Itu semua tidak bisa menyembunyikan sikap kasar dan arogan ahok, yg nampaknya sudah merupakan 'bawaan orok'. ********
KRL CommuterLine Jakarta-Depok, yg terus bergoyang. Asyyik..
Posting Komentar