Medsos dan Big Data: Melacak Penemuan dan Penyebaran Berita Diduga Black Campaign
https://bariqunnury.blogspot.com/2017/02/medsos-dan-big-data-melacak-penemuan.html
Media sosial dan analisa big data sangat membantu kita untuk memahami bagaimana sebuah berita muncul, menyebar, diverifikasi, dan dipahami polanya. Tanpa ada laporan dan penyebaran di media sosial, Drone Emprit tidak akan bisa mendeteksi apapun.
Jadi, apresiasi yang tinggi kepada netizen yang melaporkan dan membahas temuan tentang selebaran, kupon atau apapun ke media sosial. Potongan2 berita lama-lama akan membantuk pola dan cerita yang lengkap.
Contoh Kasus dan Data
Sebagai contoh bagaimana kita bisa melakukan hal di atas, kebetulan kemaren muncul gambar yang terkait tiga selebaran: Kartu Prioritas (no 1), Pasar Murah (no 2), dan Kupon Minyak Gratis (no 3). Di sosial media, yang lumayan ramai kemaren adalah tentang Kartu Prioritas dan Kupon Minyak.
Saya belum nemu status ramai tentang Pasar Murah (let me know kl ada, biar lengkap analisisnya). Jadi si Emprit hanya memonitor dua kata kunci 'Kartu Prioritas' dan 'Kupon Minyak'.
Hingga pagi ini, terkumpul 811 mention untuk keyword pertama, dan 765 untuk keyword kedua. Trend frekuensi mention dari kedua keyword ini ternyata mirip. Mungkin karena keduanya muncul bersamaan dalam banyak status yang dishare.
Menelusuri Jejak Digital
Karena polanya sama, saya ambil contoh bagaimana kita bisa menelusuri laporan tentang temuan kupon 'Kartu Prioritas'. Dari grafik trend, kita bisa lihat gambar kartu tersebut pertama kali dilaporkan oleh akun @kemalarsjad pada pukul 14:14 WIB di Twitter. Statusnya menjadi Most Retweeted dan mulai menyebar. Hingga pada pukul 16:03 (selang 2 jam setelah pertama dilaporkan), muncul Chirpstory berisi rangkuman percakapan tentang kartu ini, yang kemudian masuk sebagai salah satu Most Retweeted status.
Perlu beberapa jam hingga berita ini masuk ke media mainstream. Pukul 22:54 Kompas melaporkan bahwa Bawaslu DKI sedang menelusuri Kartu Prioritas dan Kupon Minyak Gratis tersebut. Sejam berikutnya masuk ke Tribunnews pada pukul 23:44.
Dari sini saya kira Bawaslu bisa mulai menelusuri dari penemu pertama gambar kupon, dari mana dia dapat, hingga ditemukan kebenarannya.
SNA Mengupas Pola Penyebaran Berita
Hanya melihat timeline Twitter, sulit untuk mengetahui pola percakapan. Kita bisa melihat pola dan peta percakapan dengan mudah menggunakan grafik SNA.
Dari grafik SNA si Emprit, dimana semua percakapan menyangkut kedua keyword diplot jadi satu, kita bisa lihat petanya. Akun @kemalarsjad sebagai penemu dan pelapor gambar kartu mendapat retweet paling banyak. Di sampingnya ada akun @danrem yang mendukung laporan Kemal dengan status pada pukul 17:47, "Tadi @kemalarsjad posting sebaran kartu prioritas 1 dan kupon minyak 3, ternyata ada promo kacamata juga, besok ATM? Gue sih (no 2)." Status ini menjadi Most Retweeted kedua.
Selanjutnya kita bisa lihat network percakapan yang terbentuk di dalam jaringan pertemanan akun-akun tersebut. Drone Emprit menunggu hingga pagi ini untuk mengumpulkan data lebih, berharap ada percakapan dari luar chamber tersebut. Namun, pembicaraan tentang temun kartu tersebut belum sampai viral keluar dari chambernya.
Sentimen berita dari Kompas cenderung netral dan positif dalam artian Bawaslu sudah bertindak untuk menelusuri kebenarannya. Sedangkan dari Tribunnews melaporkan bantahan dari timses 1 dan 3 yang menyatakan bahwa itu hoax. Sementara itu, sentimen percakapan di dalam chamber di atas cenderung negatif terhadap nomor 1 dan 3 yg diduga bermain money politics dengan membuat kupon2 tersebut.
Siapa yang diuntungkan dan dirugikan?
Dalam masa tenang seperti ini, tentu tidak ada kelompok yang mengaku. Mereka yang dituduh pasti merasa dirugikan jika itu benar hoax. Sebaliknya, mereka yang menyerang dengan bukti-bukti foto itu akan diuntungkan.
Di jaman big data seperti sekarang, semua percakapan bebas diakses secara terbuka, disimpan dan bisa dianalisis lebih jauh. Siapapun bisa melakukannya. Dan dengan algoritma SNA kita bisa membaca pola.
Jika benar pada akhirnya terbukti bahwa kupon2 itu bikinan timses masing-masing, yang harus dibuktikan oleh Bawaslu, tentu kita berterimakasih pada siapapun yang melaporkan. Dan sebaliknya, jika itu ternyata benar hoax seperti yang dijawab oleh timses, maka pola pelaporan dan penyebaran akan bisa dibaca oleh publik.
Closing
Era media sosial telah memudahkan kita menyampaikan gagasan, informasi, kampanye, propaganda, dan hoax dengan sangat cepat dan mudah. Harapan kita, penggunaan sosial media ini supaya dimanfaatkan untuk membangun demokrasi yang sehat dan memberdayakan bangsa, bukan memecah belah.
Bagaimana kita mencapai itu? Tools analisis big data seperti Drone Emprit ini bisa dimanfaatkan untuk memonitor penggunaan media sosial. Bisa menjadi alat feedback dan evaluasi bersama.
Posting Komentar