Betapa sering kita mendahului kehendakNya.
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/11/betapa-sering-kita-mendahului.html
Kita masih ingat kemarin kan teman-teman?
Waktu Jenderal Polisi Badrodin Haiti dipinang oleh Bapak Ir. Jokowi sebagai calon tunggal Kapolri, banyak sekali dari kita yang mencela beliau habis-habisan.
Bagaimana tidak?
Bapak Presiden kita yang sejak awal memang memiliki kesan tak baik dikalangan sebagian orang, ditambah memori kaum Muslimin pada konflik Poso beberapa tahun silam & hubungannya dengan Jendral Badrodin, maka munculah kesimpulan bahwa keduanya (khususnya Jenderal Badrodin) sudah layak untuk dicela. Tak peduli beliau sekarang seperti apa pokoknya wajib dicela, bahkan para Ulama yang berusaha mendatangi beliau pun tak lepas dari celaan. Intinya.. seakan tak ada sedikitpun kemungkinan Pak Jenderal bisa menjadi baik kedepannya.
Tapi dengan kehendak Allah melalui do'a baik sebagian kaum Muslimin dan upaya pendekatan oleh sebagian Ulama, hal-hal mengejutkan pun mulai terjadi.
Siapa sih yang mengira?
Orang yang dulunya ganas menghadapi kaum Muslimin & kritis pada setiap ciri keislaman, kini semakin terkenal dengan perkataannya: "Jenggot dan Celana Cingkrang bukan Ciri Teroris!".
Tak hanya itu, ternyata banyak orang mulai mengabarkan bahwa beliau semakin sering mendatangi pengajian dan majlis taklim yang tersebar dimana-mana. Hingga beliau pensiun, kita pun melihat kejutan puncaknya: masyarakat kini bisa melihat senyum ramah disertai jenggot menghiasi wajah beliau.
Sekali lagi.. siapa sih yang mengira kalau Jenderal berkumis lebat dengan tatapan tajam yang pernah berurusan dengan kaum Muslimin di Poso itu, kini adalah seorang Ikhwan?
Seribuan tahun silam, Laila Ummu Abdillah ؓ pernah mengabarkan.. bahwasanya saking kerasnya Umar bin Khattab ؓ pada kaum Muslimin, sampai-sampai orang menganggap bahwa do'a hidayah pada Umar itu sia-sia, seakan keislaman Umar itu seperti cerita fantasi yang hanya akan berhenti di angan saja. Tak perlu banyak dibayangkan karena takut hati kecewa.
Tapi siapa sangka?
Yang tadinya orang sampai berkata: "Umar tak akan memeluk Islam hingga keledainya masuk Islam" (Lihat: Siratun-Nabawiyyah fi Dhau-il Mashadiril-Ashliyyah, hlm. 213), justru melihat bahwa hampir tak ada orang yang sepadan dengan Umar dalam pengabdiannya pada Allah ﷻ dan kesetiaannya pada Rasulullah ﷺ. Hampir tak ada orang yang lebih baik totalitasnya dalam berislam selain Umar.
Saking luar biasanya dampak kejadiannya, Ibnu Mas'ud ؓ pun mensifati keadaan waktu itu:
مَازِلْنَا أَعِزَّةً مُنْذُ أَسْلَمَ عُمَرُ
"Sejak ‘Umar bin Khaththab masuk Islam, kami senantiasa memiliki ‘izzah."
'Izzah, rasa bangga dan kemuliaan, yang anehnya justru muncul dari orang yang pernah disumpah serapahi dulunya.
Maka, kita mau membenci orang yang pernah menzhalimi kita?
Silahkan..
Tapi jangan sia-siakan do'a terzhalimi kita terlewat begitu saja tanpa tanpa mendo'akan baik orang yang sama. Barangkali jika terkabul, kebaikannya juga bisa kita nikmati nantinya.
Jangan juga mendahului Allah dalam kehendakNya.
Posting Komentar