Yusril Klarifikasi Berita yang Dipelintir Media
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/11/yusril-klarifikasi-berita-yang.html
Mengenai pemberitaan bahwa Yusril Ihza Mahendra menjadi pendukung Ahok, Yusril memberikan klarifikasi bahwa media tertentu memelintir esensi ucapannya. ” Yang saya benarkan adalah statemen bahwa Ahok masih bisa ikut Pilkada. Saya tidak membenarkan apa yang ditulis detik.com karena itu sudah persepsi dan tafsiran mereka”, tuturnya (28/11).
Terkait dengan UU Pilkada, Yusril menilai bahwa dirinya mengatakan hal yang benar meski itu pahit untuk didengar. Yusril membatasi diri bicara dari sudut hukum dan perundang-undangan agar tetap adil dan tetap berpegang pada hukum yang dihormati bersama. “Saya dukung dia tetap ikut pilkada. Cukup jelas pernyataan saya. Soal dugaan penistaan agama, hukum dan keadilan wajib ditegakkan”, lanjut Yusril.
Lebih lanjut Yusril mengatakan bahwa dirinya sudah berulangkali mengatakan pelanggaran terhadap hukum, mesti diproses dan ditegakan keadilan. “Dalam keyakinan saya, menegakkan syari’ah dalam konteks jinayat baik hudud maupun ta’zir hal itu adalah kewenangan negara, bukan kewenangan individu. Andai saya berhasil menangkap maling di rumah saya, saya tetap tidak berwenang melaksanakan jinayat (hudud) terhadap si pencuri”, ungkapnya.
Yusril menegaskan bahwa selayaknya para elit politik mesti mengedepankan sikap gentlemen. “Saya pribadi, kalau saya bertarung dengan seseorang atau dengan kelompok manapun, saya akan bersikap gentlemen. Pertarungan harus berlangsung secara adil dan fair. Sudah sering itu saya lakukan. Saya akan tetap jadi petarung sejati, insya Allah, sampai kapanpun. Mudah2an Allah meridhai saya. Mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan saya”, paparnya. Yusril mengajak para tokoh Islam untuk jadi pemain, bukan menjadi mainan politik kelompok-kelompok tertentu. “Jangan mudah diprovokasi kelompok lain tanpa berpikir panjang, gampang dipecah belah dan diadu domba satu sama lain. Umat Islam disuruh jadi martir, tapi kalau sudah menang, mereka ditinggal dan kemudian dikuasai kelompok lain. Tidakkah umat Islam negeri ini mau memetik pelajaran dari sejarah dengan mengedepankan rasionalitas daripada emosi?”, pungkasnya
Sumber :
persis.or.id
Terkait dengan UU Pilkada, Yusril menilai bahwa dirinya mengatakan hal yang benar meski itu pahit untuk didengar. Yusril membatasi diri bicara dari sudut hukum dan perundang-undangan agar tetap adil dan tetap berpegang pada hukum yang dihormati bersama. “Saya dukung dia tetap ikut pilkada. Cukup jelas pernyataan saya. Soal dugaan penistaan agama, hukum dan keadilan wajib ditegakkan”, lanjut Yusril.
Lebih lanjut Yusril mengatakan bahwa dirinya sudah berulangkali mengatakan pelanggaran terhadap hukum, mesti diproses dan ditegakan keadilan. “Dalam keyakinan saya, menegakkan syari’ah dalam konteks jinayat baik hudud maupun ta’zir hal itu adalah kewenangan negara, bukan kewenangan individu. Andai saya berhasil menangkap maling di rumah saya, saya tetap tidak berwenang melaksanakan jinayat (hudud) terhadap si pencuri”, ungkapnya.
Yusril menegaskan bahwa selayaknya para elit politik mesti mengedepankan sikap gentlemen. “Saya pribadi, kalau saya bertarung dengan seseorang atau dengan kelompok manapun, saya akan bersikap gentlemen. Pertarungan harus berlangsung secara adil dan fair. Sudah sering itu saya lakukan. Saya akan tetap jadi petarung sejati, insya Allah, sampai kapanpun. Mudah2an Allah meridhai saya. Mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan saya”, paparnya. Yusril mengajak para tokoh Islam untuk jadi pemain, bukan menjadi mainan politik kelompok-kelompok tertentu. “Jangan mudah diprovokasi kelompok lain tanpa berpikir panjang, gampang dipecah belah dan diadu domba satu sama lain. Umat Islam disuruh jadi martir, tapi kalau sudah menang, mereka ditinggal dan kemudian dikuasai kelompok lain. Tidakkah umat Islam negeri ini mau memetik pelajaran dari sejarah dengan mengedepankan rasionalitas daripada emosi?”, pungkasnya
Sumber :
persis.or.id
Posting Komentar