SARJANA TEKNIK SIPIL ITB, JADI TUKANG CUCI MOTOR HINGGA JURAGAN RAJA UDUK!
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/03/sarjana-teknik-sipil-itb-jadi-tukang.html
Dunia entrepreneur itu memang unik, kadang tampak begitu kejam, menyedihkan, diremehkan, namun dengan ketekunan jadi berujung pada sukses yang mengherankan!
Lulusan dari kampus bergengsi di Indonesia harusnya Rizal Kurniadi layak jadi karyawan di perusahaan multinasional atau di BUMN besar bagian membangun gedung megah, hotel atau jembatan layang.
ITB mewisudanya jadi Sarjana Teknik Sipil dengan IPK 3,2. Panggilan dunia wirausaha membuat Rizal memilih berjualan alat penghemat pulsa.
"Saat itu saya hanya punya hitungan di atas kertas, modal segini, untung segini. Langsung ambil keputusan tanpa menghitung resikonya. Dan benar, usaha pertama yang saya kira menjanjikan ternyata berujung pada kebangkrutan.."
Mmmm... Gak usah ngomong "kasihan yaa" itu proses, semua entreprenuer mengalami.
"Saya terus bekerja menjadi sales apartemen, kemana-mana bawa brosur yang akan saya jual. Lebih banyak yang meremehkan dibanding yang membeli, berbulan-bulan tanpa penjualan. Saya akhirnya mundur, mungkin ini bukan rejeki saya" lanjut Rijal.
"Saya memilih pulang ke Pontianak, tanpa membawa apa-apa, beberapa lama nganggur saya melihat ada kawan yang punya kafe rame, dibagian depannya ada space kosong lumayan besar. Saya minta ijin untuk membuka cucian motor sederhana disana. Jadi orang yang sedang makan di kafe itu motornya sambil saya cucikan. Saya kerjakan sendiri, saya cuci motor-motor itu, sudah hilang semua rasa malu, gak peduli dengan gelar dan ijazah Sarjana Teknik Sipil dari ITB. Makin hari makin makin banyak yang jadi langganan, saya makin kewalahan akhirnya saya mengambil kru untuk membantu saya. Usaha ini saya jalankan sampai 8 bulan, saya akhirnya menutupnya untuk mengejar impian lainnya.."
-MEMULAI BISNIS TANPA UTANG RIBA
"Masakan nasi Uduk ibu saya enak sekali, saya minta resepnya, dan saya niatkan untuk jadi usaha baru saya. Saya berdoa pada Allah agar ketemu orang yang mau membantu.
Alhamdulillah... Ada kawan lama yang jadi angel investor. Bener-bener kayak malaikat, dia memberi modal 50 juta, dan boleh dikembalikan kapan saja kalo bisnis sudah jalan tanpa bunga sedikitpun. Saya langsung bergerak, alat masak pinjam ibu, piring, gelas, meja, kursi saya pinjam bibi. Pokoknya 100 % modal dari pinjaman tanpa riba. Mungkin disitu mas keberkahannya.."
Saya tekun menyimak kisahnya waktu ngobrol di stand WMM Expo di Graha Sabha Pramana UGM minggu lalu.. Seru sambil menikmati nasi uduknya dengan sambal pedas, tempe tahu teri dan ayam bakarnya.
"Saya memilih beras khusus yang bisa menyatu dengan bumbu uduknya, jadi rasanya khas. Ini 3 hari pemeran 90% saya bawa langsung dari Pontianak mas, tiap siang ngambil di bandara pakai cargo NamAir, jadi fresh, hanya tempe yang kami beli Jogja.."
"Diawal usaha saya bener-bener jadi boss dan kuli di usaha saya. Tidur di gudang beralas kardus, sebelum subuh sudah ke pasar untuk belanja bahan baku. Balik ke warung jualan sampai malam.. Berdarah-darah saya lewati, makin banyak langganan, makin banyak pesanan, sampai kami kewalahan.."
Makin seru..
"Sekarang saya sudah punya 3 warung Raja Uduk di Pontianak, sebulan punya omzet yang lumayan untuk menafkahi Karyawan saya 90 orang, dengan 400 ratus lebih ayam potong yang kami masak. Alhamdulillah ini adalah perjalanan panjang dunia entrepreneur.. Saya sudah menjalani, melewatinya, dan membuktikan bahwa usaha tanpa modal dari akad-akad riba akan banyak keberkahannya... " kata Rijal lagi..
Pertanyaan iseng saya diakhir obrolan itu..
"Dari omzet itu, dapat profit bersih berapa rata-rata Jal?"
"Sekitar 20-25% nya mas.."
Pasti yang baca ini langsung menghitungnya, yang gak canggih itungannya langsung ambil kalkulator, ketak ketik.. Ketak ketik.. Lalu terbelalak mendelik matanya...
Salam,
@Saptuari
Note:
"Dari 10 pintu rezeki, 9 berasal dari dunia perniagaan.."
-Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam
Lulusan dari kampus bergengsi di Indonesia harusnya Rizal Kurniadi layak jadi karyawan di perusahaan multinasional atau di BUMN besar bagian membangun gedung megah, hotel atau jembatan layang.
ITB mewisudanya jadi Sarjana Teknik Sipil dengan IPK 3,2. Panggilan dunia wirausaha membuat Rizal memilih berjualan alat penghemat pulsa.
"Saat itu saya hanya punya hitungan di atas kertas, modal segini, untung segini. Langsung ambil keputusan tanpa menghitung resikonya. Dan benar, usaha pertama yang saya kira menjanjikan ternyata berujung pada kebangkrutan.."
Mmmm... Gak usah ngomong "kasihan yaa" itu proses, semua entreprenuer mengalami.
"Saya terus bekerja menjadi sales apartemen, kemana-mana bawa brosur yang akan saya jual. Lebih banyak yang meremehkan dibanding yang membeli, berbulan-bulan tanpa penjualan. Saya akhirnya mundur, mungkin ini bukan rejeki saya" lanjut Rijal.
"Saya memilih pulang ke Pontianak, tanpa membawa apa-apa, beberapa lama nganggur saya melihat ada kawan yang punya kafe rame, dibagian depannya ada space kosong lumayan besar. Saya minta ijin untuk membuka cucian motor sederhana disana. Jadi orang yang sedang makan di kafe itu motornya sambil saya cucikan. Saya kerjakan sendiri, saya cuci motor-motor itu, sudah hilang semua rasa malu, gak peduli dengan gelar dan ijazah Sarjana Teknik Sipil dari ITB. Makin hari makin makin banyak yang jadi langganan, saya makin kewalahan akhirnya saya mengambil kru untuk membantu saya. Usaha ini saya jalankan sampai 8 bulan, saya akhirnya menutupnya untuk mengejar impian lainnya.."
-MEMULAI BISNIS TANPA UTANG RIBA
"Masakan nasi Uduk ibu saya enak sekali, saya minta resepnya, dan saya niatkan untuk jadi usaha baru saya. Saya berdoa pada Allah agar ketemu orang yang mau membantu.
Alhamdulillah... Ada kawan lama yang jadi angel investor. Bener-bener kayak malaikat, dia memberi modal 50 juta, dan boleh dikembalikan kapan saja kalo bisnis sudah jalan tanpa bunga sedikitpun. Saya langsung bergerak, alat masak pinjam ibu, piring, gelas, meja, kursi saya pinjam bibi. Pokoknya 100 % modal dari pinjaman tanpa riba. Mungkin disitu mas keberkahannya.."
Saya tekun menyimak kisahnya waktu ngobrol di stand WMM Expo di Graha Sabha Pramana UGM minggu lalu.. Seru sambil menikmati nasi uduknya dengan sambal pedas, tempe tahu teri dan ayam bakarnya.
"Saya memilih beras khusus yang bisa menyatu dengan bumbu uduknya, jadi rasanya khas. Ini 3 hari pemeran 90% saya bawa langsung dari Pontianak mas, tiap siang ngambil di bandara pakai cargo NamAir, jadi fresh, hanya tempe yang kami beli Jogja.."
"Diawal usaha saya bener-bener jadi boss dan kuli di usaha saya. Tidur di gudang beralas kardus, sebelum subuh sudah ke pasar untuk belanja bahan baku. Balik ke warung jualan sampai malam.. Berdarah-darah saya lewati, makin banyak langganan, makin banyak pesanan, sampai kami kewalahan.."
Makin seru..
"Sekarang saya sudah punya 3 warung Raja Uduk di Pontianak, sebulan punya omzet yang lumayan untuk menafkahi Karyawan saya 90 orang, dengan 400 ratus lebih ayam potong yang kami masak. Alhamdulillah ini adalah perjalanan panjang dunia entrepreneur.. Saya sudah menjalani, melewatinya, dan membuktikan bahwa usaha tanpa modal dari akad-akad riba akan banyak keberkahannya... " kata Rijal lagi..
Pertanyaan iseng saya diakhir obrolan itu..
"Dari omzet itu, dapat profit bersih berapa rata-rata Jal?"
"Sekitar 20-25% nya mas.."
Pasti yang baca ini langsung menghitungnya, yang gak canggih itungannya langsung ambil kalkulator, ketak ketik.. Ketak ketik.. Lalu terbelalak mendelik matanya...
Salam,
@Saptuari
Note:
"Dari 10 pintu rezeki, 9 berasal dari dunia perniagaan.."
-Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam
Posting Komentar