Ayo para ayah lebih aktif lagi turut berperan mendidik anak di rumah.

Tulisan bagus Yana Nurliana.

---------------
Khusus tulisan soal LGBT saya buat di FanPage ini, krn saya udh di peringatkan keras ama FB..

Ga bole upload soal ituh, krn menyinggung komunitas mereka..
Wallahualam..

#

2 hari ini colekan memenuhi wall dan inbox tentang beredarnya foto Pasangan Gay yg menikah di Bali, sdh saya terima versi capture aslinya bbrpa waktu lalu..

Saya yakin, kejadian ini bkn yg pertama di Bali.. Tp bru ketahuan aja hehe..
EO pernikahan sejenis memang ada di Bali, krn udh sepaket dengan mencarikan 'pemuka agama' yg bersedia menikahkan..

FYI, hampir semua agama menolak perilaku menyimpang ini..

#

Dari semua ini, saya 'tertarik' pada foto sungkem ke ibunda berkonde itu..

Ini jg yg jd fokus capture original yg pertama kali saya terima, di capture oleh 'gay lainnya' yg tampaknya iri pada pasangan ini yg direstui ibunya..

Tulisan tentang peran Ibu dan LGBT pernah saya tulis disini..
Namun lagi-lagi..
Kembali padamu juga ayah..
Baik anak lelaki..
Maupun anak perempuan..
Membutuhkanmu lebih.. Lebih..
Saat dunia makin gila..
Celotehan Ummi Yana

" Terlalu Dekat Dengan Ibu ".

Hampir-hampir saya protes dengan salah satu poin 'penyebab' kebanyakan, umumnya Pria menjadi LGBT,
Poin yg disebut kak Egi, saat presentasi tentang Peduli Sahabat, di Jombang, beberapa waktu lalu.

Emang apa salahnya anak lelaki dekat dengan ibunya? Bukankah begitu RasuluLLAH menyebutkan..
Ibumu.. Ibumu.. Sampai 3x.

" Dekat dalam arti, dekat yang berlebihan.. Sayang yang berlebihan.. Sampai sang anak kehilangan figur Ayah. Hanya ibu saja yg ada dalam benaknya! "

*

Belum sempat saya bertanya detil,
Sekelabat nama beberapa kawan yg saya kenal, muncul.

Kawan saya yg memilih jalan hidup menjadi banci atau gay,
Mereka memiliki ciri-ciri yg terlalu mirip dgn yg diceritakan Kak Egi.

Mereka dekat dan sayang bangetttt pada ibunya,
begitupun sebaliknya, ibunya sayang bangetttt sama mereka.

Yang ada kemudian, sangking sayangnya..
Ibu-ibu tersebut, membiarkan dan mendukung pilihan anak lelakinya menjadi Banci atau Homo.

Bahkan tak jarang, sebenarnya merekalah yg menjadi motivator terbesar yg membentuk perilaku belok anaknya.
InnaliLLAH..

#

" Anak saya banyak yang naksir! Apalagi setelah Operasi Jakun dan Implan Payudara ".

Ujar seorang ibu didepan para wartawan, suatu hari.
Dengan bangga sang ibu menceritakan proses transformasi anak lelakinya menjadi wanita 'seutuhnya'.

Banci yang juga seorang mantan artis cilik yang memang sudah terlihat gemulai sejak kecil di layar TV.

Ia memproklamirkan diri menjadi Banci berkelas,
Mungkin karena mampu sekolah mode diluar negeri dan membuka brand sepatu kenamaan.
Mungkin maksutnya berkelas, karena operasi yang dilakukan bukan pakai suntik silikon murahan seperti banci kaleng di salon-salon kampung, namun oleh dokter bedah kenamaan di luar negeri.

Atau mungkin merasa berkelas karena cari uang bukan dengan nongkrong di taman-taman kota remang-remang yg rawan kejaran satpol PP.

Bisa juga barangkali, merasa berkelas, karena menyebut dirinya 'transgender' bukan banci..
Entahlah..
Ambigu saya menafsirkan 'kelas'-nya
*

" Si Abang suka Kartun Frozen ya? ". Tanyaku pada salah seorang kawan suatu sore ketika melihat kamar putra semata wayangnya penuh dengan stiker es dan salju biru.
Bukannya mendapatkan jawaban malu-malu, kawanku menjawah sumringah.

" Iya yan! Dia sampe hapal lagu Let it go itu! Aku juga suka nontonnya. Ada kali 100kali kami nonton bareng. Ini pas ultah nanti, dia request edible cake-nya tema frozen..". Cerocosnya.

" Tokoh pangeran sama Olaf ya ? " Harapku.

" Bukan Yan.. Dia suka tokoh Elsa.. Xixixi ".

Dan aku melongo.
Terlebih, bocah lelaki 9 tahun yang kubicarakan itu muncul diruang tamu saat kami mengobrol sambil tertatih mengenakan high heels ibunya, dan melilit pashmina di kepala.
Bergaya ala hijabers gaol..
Dan sang ibu, kawanku itu, terkekeh-kekeh geli.
Lucu.

Aku menatap keduanya, bergantian.

Entah bagian mana yang lucu.

Karena yang ada dibenakku hanyalah bisikan pelan:

" Kamu telah melatih banci cilik, kawan.. Sekarang mungkin lucu. Tidak beberapa tahun kedepan.. "
*
Lebih lanjut,
tentu butuh pendalaman obrolan untuk membahas penyebab LGBT dan Peran Ibu dalam mendidik anak-anak.

Dan pasti juga akan sangat berkaitan dengan peran Ayah.
Pasti..!
Namun,
Waktu yang sangat terbatas..

Dan begitu banyak pertanyaan, membuat perbincangan kami dengan Kak Egi seputar peran Ibu, menjadi sangat terbatas.

*

Tak semua ibu yg dekat dengan anak laki-laki, akan mutlak menjadi banci atau gay..
Tidak..

Bukan itu poin tulisan ini.
Tulisan ini, hanya mengingatkan aku pribadi,
sebagai ibu yg punya anak lelaki, untuk tetap proporsional menempatkan peranku.

Juga sebagai penyemangat untuk (terutama) suamiku sebagai ayah, juga mungkin para ayah diluar sana.

Agar pandai2 menempatkan posisi dan perannya.

Ayah sangat diperlukan perannya untuk menampilkan sosok maskulin seorang pria dalam pertumbuhan anak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan.
Karena Al Quran, jelas hanya menyebut 2 jenis manusia..
Laki-laki.. Dan perempuan.
Bukan Hanya Perempuan Sejenis.
Bukan juga hanya Lelaki sejenis.
Tak ada Banci..
Atau setengahnya.

Titik!

Yana Nurliana,
Menulis adalah menasehati diri sendiri

Related

Parenting 6838810352645359815

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item