DUA GAGAL, BUKAN SIAL





Kahlenberg, puncak bukit di atas kota Vienna itu memang kenangan pahit. Setelah Sultan Sulaiman Al Qanuni & iparnya, Pargali Ibrahim Pasha dipukul mundur pada tahun 1529; Sultan Muhammad IV memerintahkan perdana menterinya, Merzifonlu Kara Musthafa Pasha kembali ke ibukota kesayangan wangsa Habsburg itu pada 1683.

Dengan 100.000 pasukan, Grand Vizier 'Utsmani keturunan Albania itu mengepung Vienna yang hanya dijaga 10.000 tentara Habsburg. Dentang lonceng Katedral St. Stephen berdentang bertalu-talu dengan para biarawan menangis dalam doa ketika hampir saja gerbang Vienna yang nyaris jebol itu digasak pasukan Sipahi pilihan.


Qadarallah, wa maa syaa-a fa'al, Jan III Sobieski, Raja Polandia datang dengan pasukan Kavaleri Hussar-nya yang sangat tangguh, bertindak seperti Khalid ibn Al Walid di Uhud, memutar dan menghantam pasukan 'Utsmani dari belakang. Dengan pincer tactic, pasukan pengepung dipotong dari komando utamanya di perkemahan Kahlenberg, terjebak di lembah antara benteng kota & bukit. Ketakkompakan strategi di kalangan perwira lapangan kian memperparah kocar-kacirnya pasukan Turki.

Mundur dengan perih, bahkan Kara Musthafa Pasha harus membayar kegagalan ini dengan nyawanya. Desember 1683, tiba utusan pembawa 'Firman', dekrit kesultanan Muhammad IV yang memerintahkan sang Shadrul A'zham dihukum mati. Dengan cekikan kain sutra pada hari Natal di Belgrade, Kara Musthafa Pasha mengucapkan kalimat terakhirnya, "Atas kehendakMu Ya Allah.."

Kahlenberg, dua gagal, tapi bukan sial. Sebab, kecuali jika disebut dalam Quran & Sunnah; mukmin meyakini bahwa semua tempat adalah baik, semua waktu adalah baik.

Gunung Uhud memang tempat berkenangan getir bagi para sahabat. Di sana Rasulullah luka & terkabar dibunuh, 70 syuhada terbantai. Di sana, Hamzah dikunyah jantungnya, Mush’ab dipapas lengannya, ‘Abdullah ibn Jahsy disayati hidung, telinga & perutnya.

Manusiawi jika memori menyakitkan atas Uhud mengendap di dalam jiwa para sahabat. Nama gunung itu mencekam hati mereka.

Maka indah sekali sabda beliau mengobati luka itu, “Uhud adalah gunung yang mencintai kita, dan kitapun mencintainya.” Maka berulangkali pula Uhud dijadikan umpama tuk besarnya ‘amal shalih, “Mitsla Jabali Uhudin”; sebagai penegas cinta itu.

Ketika suatu hari Nabi bersama Abu Bakr, 'Umar, & 'Utsman berada di atas Uhud, gunung itu bergetar. Sang Nabipun berbisik lembut, "Tenanglah duhai Uhud, yang di atasmu ini tak lain seorang Nabi, seorang Shiddiq, & 2 syahid."

Nabi & Shiddiq telah diketahui. Maka duhai bagaimana kiranya perasaan 'Umar & 'Utsman diberikan kabar mesra tentang kesyahidan? Ya; syahid bukanlah kesialan. Ia kabar kebahagiaan bagi iman. Maka adakah hati kita mencitakan? Yaa Rabbanaa.


Ustadz Salim A Fillah, 

Related

Ustadz Salim A Fillah 2512438536426636036

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item