Memupuk Keyakinan
https://bariqunnury.blogspot.com/2015/09/memupuk-keyakinan.html
Bagaimana caranya agar dapat memupuk keyakinan yang kokoh dan tidak mudah goyah, karena dalam hidup ini selalu menemukan kesenangan dan kesedihan yang kadang membuat ibadah jadi tidak fokus ? *
Keimanan dan keyakinan yang mudah goyah adalah salah satu sifat dari orang-orang munafik. Adapun orang-orang beriman selalu yakin dengan janji-janji Allah Ta'ala dan pertolongan yang datang dari-Nya.
Hasan al-Bashri rahimahullah berkata :
"Tidak ada yang takut dari kemungkinan terkena kemunafikan selain orang yang beriman dan tidak ada yang merasa aman dari kemungkinan terkena kemunafikan selain orang munafik" (HR.Bukhari, lihat Fathul Baari I/221).
Agar selalu timbul keyakinan yang kokoh dalam kondisi apa pun insya Allah, maka hendaknya dilakukan beberapa kiat di bawah ini :
(1). Tetaplah selalu dalam amal shalih.
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata :
"Kesabaran itu setengah dari iman dan keyakinan itu adalah seluruh iman".
Allah Ta'ala berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata" (QS. Al-Hajj : 11).
Hasan al-Bashri rahimahullah berkata : "Yang dimaksud adalah orang munafik, ia beribadah dengan lisannya saja, namun hatinya tidak beribadah" (Lihat Tafsir al-Qurthubi XII/17).
Ibnu Zaid rahimahullah berkata : "Ini adalah (sifat) orang munafik. Jika dunianya baik maka ia akan tekun beribadah, namun jika dunianya rusak maka ia berubah dan berbalik, tidak menjalankan ibadah kecuali untuk kepentingan duniawinya. Apabila ia mengalami kesusahan, fitnah, ujian atau kehidupan yang sempit, maka ia meninggalkan agamanya dan kembali kepada kekafiran" (Lihat Tafsir ath-Thabari VII/5803 dan Tafsir Ibnu Katsir X/22).
Maka kita jauhi sifat kemunafikan tersebut dan tetaplah beramal shalih seperti banyak berdzikir kepada Allah, membaca al-Qur'an dengan mentadabburinya dll, karena dengannya Allah akan memperteguh keimanan dan keyakinan seseorang...
Allah Ta'ala berfirman :
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
"...Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)" (QS. An-Nisaa' : 66).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
"Membaca al-Qur'an sesuai dengan cara yang telah diperintahkan akan melahirkan keimanan yang besar dalam hati, menambah keyakinan, ketenangan dan kesembuhan".
عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
“Barangsiapa yang shalat karena Allah selama 40 hari secara berjama’ah (yaitu bagi laki-laki) dengan mendapatkan takbir pertama (takbiratul ihramnya imam), maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari sifat kemunafikan” (HR. At-Tirmidzi, lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir II/1089 dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah IV/629 dan VI/314).
Al-‘Allaamah at-Thiibi rahimahullah berkata:
”Ia dilindungi (oleh Allah) di dunia ini dari melakukan perbuatan kemunafikan dan diberi taufiq untuk melakukan amalan orang-orang yang ikhlas. Sedangkan di akhirat, ia dilindungi dari adzab yang ditimpakan kepada orang munafik dan diberi kesaksian bahwa ia bukan seorang munafik. Yakni jika kaum munafik melakukan shalat, maka mereka shalat dengan bermalas-malasan. Dan keadaannya ini berbeda dengan keadaan mereka” (Lihat Tuhfatul Ahwaadzi I/201).
(2). Letakkan dunia di tangan dan akhirat di hati.
Ahmad bin Abi Hawari rahimahullah berkata :
"Barangsiapa memandang dunia dengan pandangan menginginkannya dan cinta, maka Allah pasti mengeluarkan cahaya keyakinan dan zuhud dari hatinya" (Siyaru A'laamin Nubalaa' XII/85)
Jadikanlah urusan dunia berada di tangan kita, sedangkan hati hanyalah untuk Allah dan urusan akhirat...
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya makanan anak Adam telah dijadikan perumpamaan untuk dunia. Sekalipun telah dihiasi dan dibumbui, maka lihatlah akan jadi apa (setelah itu) ?" (HR.Ibnu Hibban dan ath-Thabrani, lihat ash-Shahiihah no.382, hadits dari Ubay).
Seseorang yang telah meletakkan cinta dunia di hatinya, maka syaitan pun akan menimbulkan perasaan was-was yang berlebihan. Perbanyaklah istighfar, bertaubat, meminta perlindungan kepada Allah dari bisikan syaitan dan sering-seringlah untuk berziarah kubur, insya Allah banyak membantu hati yang lalai, lupa dan kurang yakin...
Barangsiapa yang menjadikan kematian sebagai fokus pandangannya, ia tidak akan mempedulikan kesempitan dunia dan juga keluasannya...
Barangsiapa yang mengingat kematian, segala musibah dunia baginya terasa sepele...
(3). Banyak meninggalkan dosa dan maksiat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ
"Sesungguhnya seseorang benar-benar terhalang dari rezeki dengan sebab dosa yang dilakukannya" (HR.Ibnu Majah no. 90 dan 4022, Ahmad V/277 dan al-Hakim I/493, lihat Shahih Sunan Ibnu Majah no.73, hadits dari Tsauban).
Dan salah satu bentuk rezeki dari Allah adalah "keyakinan", yang akan Allah tanamkan ke dalam hati seorang hamba. Tetapi jika hamba tersebut bergelimang dalam dosa dan maksiat, maka akan hilanglah rezeki yakin pada dirinya.
(4). Banyak berteman dengan orang-orang yang shalih, bertaqwa dan terlihat sekali pada diri mereka rasa takut yang tinggi kepada Allah.
Dengan berbagai kelebihan yang telah mereka miliki, maka insya Allah akan mudah memberikan pengaruh kepada siapa pun yang selalu bergaul dengannya, sehingga akan dapat meningkatkan keimanan dan keyakinan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang diantara kalian memperhatikan siapakah yang menjadi teman dekatnya” (HR. Ahmad II/303, 334, Abu Dawud no. 4812, at-Tirmidzi no. 2484 dan al-Hakim V/171, lihat ash-Shahihah II/633, hadits dari Abu Hurairah).
(5). Banyak berdoa agar diberikan keyakinan
Salah satu contoh doa agar diberikan keyakinan yaitu doanya Thalq bin Habib rahimahullah :
اللهم اني اسالك علم الخاءفين منك و خوف العالمين بك و يقين المتوكلين بك.....
"Ya Allah aku memohon kepada-Mu ilmu orang-orang yang takut kepada-Mu, rasa takut orang-orang yang mengenal-Mu, keyakinan orang-orang yang bertawakkal kepada-Mu....." (Siyaru A'laamin Nubalaa' V/361, lengkapnya lihat buku "50 Sebab Doa Tidak Terkabul" hal 61-65 oleh NUB).
Wallahul Muwaffiq (NUB)
Keimanan dan keyakinan yang mudah goyah adalah salah satu sifat dari orang-orang munafik. Adapun orang-orang beriman selalu yakin dengan janji-janji Allah Ta'ala dan pertolongan yang datang dari-Nya.
Hasan al-Bashri rahimahullah berkata :
"Tidak ada yang takut dari kemungkinan terkena kemunafikan selain orang yang beriman dan tidak ada yang merasa aman dari kemungkinan terkena kemunafikan selain orang munafik" (HR.Bukhari, lihat Fathul Baari I/221).
Agar selalu timbul keyakinan yang kokoh dalam kondisi apa pun insya Allah, maka hendaknya dilakukan beberapa kiat di bawah ini :
(1). Tetaplah selalu dalam amal shalih.
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata :
"Kesabaran itu setengah dari iman dan keyakinan itu adalah seluruh iman".
Allah Ta'ala berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata" (QS. Al-Hajj : 11).
Hasan al-Bashri rahimahullah berkata : "Yang dimaksud adalah orang munafik, ia beribadah dengan lisannya saja, namun hatinya tidak beribadah" (Lihat Tafsir al-Qurthubi XII/17).
Ibnu Zaid rahimahullah berkata : "Ini adalah (sifat) orang munafik. Jika dunianya baik maka ia akan tekun beribadah, namun jika dunianya rusak maka ia berubah dan berbalik, tidak menjalankan ibadah kecuali untuk kepentingan duniawinya. Apabila ia mengalami kesusahan, fitnah, ujian atau kehidupan yang sempit, maka ia meninggalkan agamanya dan kembali kepada kekafiran" (Lihat Tafsir ath-Thabari VII/5803 dan Tafsir Ibnu Katsir X/22).
Maka kita jauhi sifat kemunafikan tersebut dan tetaplah beramal shalih seperti banyak berdzikir kepada Allah, membaca al-Qur'an dengan mentadabburinya dll, karena dengannya Allah akan memperteguh keimanan dan keyakinan seseorang...
Allah Ta'ala berfirman :
وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
"...Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)" (QS. An-Nisaa' : 66).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
"Membaca al-Qur'an sesuai dengan cara yang telah diperintahkan akan melahirkan keimanan yang besar dalam hati, menambah keyakinan, ketenangan dan kesembuhan".
عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
“Barangsiapa yang shalat karena Allah selama 40 hari secara berjama’ah (yaitu bagi laki-laki) dengan mendapatkan takbir pertama (takbiratul ihramnya imam), maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari sifat kemunafikan” (HR. At-Tirmidzi, lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir II/1089 dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah IV/629 dan VI/314).
Al-‘Allaamah at-Thiibi rahimahullah berkata:
”Ia dilindungi (oleh Allah) di dunia ini dari melakukan perbuatan kemunafikan dan diberi taufiq untuk melakukan amalan orang-orang yang ikhlas. Sedangkan di akhirat, ia dilindungi dari adzab yang ditimpakan kepada orang munafik dan diberi kesaksian bahwa ia bukan seorang munafik. Yakni jika kaum munafik melakukan shalat, maka mereka shalat dengan bermalas-malasan. Dan keadaannya ini berbeda dengan keadaan mereka” (Lihat Tuhfatul Ahwaadzi I/201).
(2). Letakkan dunia di tangan dan akhirat di hati.
Ahmad bin Abi Hawari rahimahullah berkata :
"Barangsiapa memandang dunia dengan pandangan menginginkannya dan cinta, maka Allah pasti mengeluarkan cahaya keyakinan dan zuhud dari hatinya" (Siyaru A'laamin Nubalaa' XII/85)
Jadikanlah urusan dunia berada di tangan kita, sedangkan hati hanyalah untuk Allah dan urusan akhirat...
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya makanan anak Adam telah dijadikan perumpamaan untuk dunia. Sekalipun telah dihiasi dan dibumbui, maka lihatlah akan jadi apa (setelah itu) ?" (HR.Ibnu Hibban dan ath-Thabrani, lihat ash-Shahiihah no.382, hadits dari Ubay).
Seseorang yang telah meletakkan cinta dunia di hatinya, maka syaitan pun akan menimbulkan perasaan was-was yang berlebihan. Perbanyaklah istighfar, bertaubat, meminta perlindungan kepada Allah dari bisikan syaitan dan sering-seringlah untuk berziarah kubur, insya Allah banyak membantu hati yang lalai, lupa dan kurang yakin...
Barangsiapa yang menjadikan kematian sebagai fokus pandangannya, ia tidak akan mempedulikan kesempitan dunia dan juga keluasannya...
Barangsiapa yang mengingat kematian, segala musibah dunia baginya terasa sepele...
(3). Banyak meninggalkan dosa dan maksiat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ
"Sesungguhnya seseorang benar-benar terhalang dari rezeki dengan sebab dosa yang dilakukannya" (HR.Ibnu Majah no. 90 dan 4022, Ahmad V/277 dan al-Hakim I/493, lihat Shahih Sunan Ibnu Majah no.73, hadits dari Tsauban).
Dan salah satu bentuk rezeki dari Allah adalah "keyakinan", yang akan Allah tanamkan ke dalam hati seorang hamba. Tetapi jika hamba tersebut bergelimang dalam dosa dan maksiat, maka akan hilanglah rezeki yakin pada dirinya.
(4). Banyak berteman dengan orang-orang yang shalih, bertaqwa dan terlihat sekali pada diri mereka rasa takut yang tinggi kepada Allah.
Dengan berbagai kelebihan yang telah mereka miliki, maka insya Allah akan mudah memberikan pengaruh kepada siapa pun yang selalu bergaul dengannya, sehingga akan dapat meningkatkan keimanan dan keyakinan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang diantara kalian memperhatikan siapakah yang menjadi teman dekatnya” (HR. Ahmad II/303, 334, Abu Dawud no. 4812, at-Tirmidzi no. 2484 dan al-Hakim V/171, lihat ash-Shahihah II/633, hadits dari Abu Hurairah).
(5). Banyak berdoa agar diberikan keyakinan
Salah satu contoh doa agar diberikan keyakinan yaitu doanya Thalq bin Habib rahimahullah :
اللهم اني اسالك علم الخاءفين منك و خوف العالمين بك و يقين المتوكلين بك.....
"Ya Allah aku memohon kepada-Mu ilmu orang-orang yang takut kepada-Mu, rasa takut orang-orang yang mengenal-Mu, keyakinan orang-orang yang bertawakkal kepada-Mu....." (Siyaru A'laamin Nubalaa' V/361, lengkapnya lihat buku "50 Sebab Doa Tidak Terkabul" hal 61-65 oleh NUB).
Wallahul Muwaffiq (NUB)
Posting Komentar