Balaslah dengan Setimpal, Atau Baiknya Maafkan
https://bariqunnury.blogspot.com/2015/09/balaslah-dengan-setimpal-atau-baiknya.html
Alkisah dalam sebuah hadits dalam Shahih al-Bukhary dan Shahih Muslim yang saya dapatkan dari kitab Shahih al-Qashash an-Nabawy karya Syaikh Abu Ishaq al-Huwainy, diceritakan oleh sahabat Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Sayyidana Muhammad -shallallahu alaihi wa sallam- berkata:
"Ada seekor semut yang menggigit salah seorang Nabi. Lalu Nabi itu memerintahkan agar membakar sarang semut-semut itu. Kemudian Allah berfirman kepadanya, "Hanya karena gigitan seekor semut kamu akan membakar suatu kaum yang selalu bertasbih?"
Selesai kutipan dari kitab terjemahannya, "Kisah Teladan dalam Hadits", Pustaka Aqwam.
Doa orang yang dizhalimi memang tanpa hijab, sebagaimana di hadits sahabat Mu'adz. Namun as-Syaikh ibn al-Utsaimin dalam "at-Ta'liq ala Shahih Muslim" menerangkan bahwa tidak boleh mendoakan pihak yang menzalimi kita, dengan doa keburukan yang lebih buruk dari kezaliman dia. Karena jika begitu, malah ini tidak adil. Lebih zalim dari dia jadinya.
Dalam Islam, kita tidak boleh membalas suatu keburukan dengan keburukan yang lebih buruk darinya. Membalas dengan keburukan yang serupa diperbolehkan, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
فَمَنِ ٱعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَٱعْتَدُوا۟ عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا ٱعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ
"Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu." [Q.S. Al-Baqarah: 194]
Makanya, dilarang bagi kita untuk membunuh hewan dengan siksaan, apalagi orang. Kita dilarang membunuh dengan pembakaran. Selain karena hanya Allah yang berhak menyiksa makhluk dengan pembakaran, hal itu juga sifatnya 'menyiksa'. Maka ini haram bagi makhluk untuk melakukannya terhadap sesama.
Meskipun kita diperbolehkan membalas serupa, namun Islam lebih mengutamakan pemaafan dan berbuat ihsan walau terhadap pihak yang menzalimi. Allah Ta'ala berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." [Q.S. Ali Imran: 134]
Dan terkadang kita dilarang untuk berlaku serupa bahkan. Sebagaimana kata Nabi:
أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ، وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
"Tunaikanlah amanat kepada pihak yang mempercayaimu. Dan janganlah kamu berkhianat terhadap pihak yang mengkhianatimu." [H.R. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzy dan lainnya]
Bahkan, dahulu kala ketika kaum Muslimin didengkikan oleh Yahudi yang hendak menghancurkan agama Islam, Allah Ta'ala memerintahkan untuk berlapang dada sampai Allah tentukan nanti keputusan-Nya terhadap mereka yang berbuat jahat. Apa kata Allah?
فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ
"Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. " [Q.S. Al-Baqarah: 103]
Maka, kita asah lagi mu'amalah dan akhlaq kita terhadap manusia berbasiskan 'memaafkan' terhadap pihak yang berlaku salah pada kita. Insya Allah semua akan ada ganjarannya dan baik-baik saja.
oleh Hasan Al-Jaizy
Posting Komentar