Dua kubu yang pernah bersatu di masa Pemersatu

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah wa qaddasa ruhahu bercerita bahwa Al-Asy'ariyyah dan al-Hanbaliyah pernah bersatu untuk beberapa masa lamanya hingga tiba masa Imam Abul Qasim al-Qusyairi rahimahullah.

 Saat itulah terjadi Fitnah Hanabilah di Baghdad yang juga dikisahkan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam an-Bidayah. Dan perseteruan dua kubu itu pun memuncak di masa Syaikhul Islam. Tapi ternyata di tangan beliaulah dua kubu tersebut berhasil melakukan "gencatan senjata".

Dengan sikap tasamuh dan inshaf tingkat tinggi terhadap kubu Asya'irah beliau mampu melunakkan hati Hanabilah dengan menyebutkan pendapat-pendapat Imam Ahmad yang dikutip oleh Imam Abul Hasan al-Asy'ari dalam kitabnya.


Hampir semua karangan Syaikhul Islam seperti al-Aqidah al-Wasithiyyah, al-Fatawa al-Hamawiyyah, Majmu' al-Fatawa bagian Asma wa Shifat, Bayan Talbis al-Jahmiyyah, Dar' at-Ta'aarudh, Ijtima' al-Juyuusy, ash-Shawaa'iq al-Mursalah adalah bantahan cerdas berkelas meski pedas dan panas. Tapi semuanya mampu beliau ademkan dengan satu karangannya yaitu, "Raf'ul Malaam 'anil-Aimmatil-A'laam."

Maka sejarah pun memberikan bukti tak terbantahkan bagaimana tasamuh dan inshafnya seorang 'Alim bernama Ibnu Taimiyyah menghadapi lawan-lawan yang menyelesihinya, memfitnahnya, mengafirkannya, dan bahkan menghalalkan darahnya dari kalangan Malikiyyah seperti Qadhi Ibnu Makhluf dan anteknya, Ibnu 'Adlaan.

Atau dari kalangan Syafi'iyyah Shufiyyah semisal Ali al-Bakri, Nashr al-Manbaji dan lain-lain. Dan bahkan yang sangat mengagumkan adalah sikap sejati beliau sebagai seorang 'Alim tatkala seterunya, Ali al-Bakri diburu penguasa dan rakyat gara-gara fitnah yang dibuatnya, ia lari kabur bersembunyi namun sayang tak ada tempat yang aman selain rumah Syaikhul Islam.

Ia pun datang ke rumah Syaikh yang pernah ia fatwakan sebagai orang kafir dan halal darahnya tersebut guna minta perlindungan. Dan sekali lagi, Syaikhul Islam menolongnya di depan penguasa, Ibnu Qalawun, agar ia dibebaskan. Syaikhul Islam pun memaafkannya. Dan satu kata-kata beliau yang hampir punah kita temukan di zaman ini yaitu,

"Kalau engkau bunuh mereka semua (para ulama seteru Syaikhul Islam, pen.), maka engkau akan kehilangan para ulama yang baik seperti mereka."

Beliau ucapkan itu karena Raja Ibnu Qalawun meminta fatwa Syaikhul Islam agar mereka diperintahkan untuk dibunuh. Ia ingin membalaskan dosa-dosa mereka atas diri Syaikhul Islam dan atas dirinya yang pernah dikudeta.

Semoga yang berkeras-keras terhadap Syaikhul Islam dan juga yang berkeras-keras menjadi pengikutnya mengerti bahwa beliau memiliki sikap unggulan yaitu tasamuh yang bahkan diakui oleh kawan maupun lawan.

Bagaimana dengan keadaan kita hari ini? Masih tersimpankah TNT dan C4 di dada-dada kita guna kita ledakkan setiap saat bila bersinggungan dengan "seteru-seteru" kita?

Kalau masih tersimpan dengan baik maka itu tanda bahwa kita memang sama sekali tidak layak dikumpulkan bersama Syaikhul Islam, Sang Pemersatu umat.

Ohya, alhamdulillah kabar baik sudah datang dari Ustadz KH. Muhammad Arifin Badri hafidzahullah yang telah meneladani sikap tasamuh Syaikhul Islam dengan silaturahim ke Kyai-kiyai NU hafidzahumullah. Mudah-mudahan Salafiyyin Hanabilah Indonesia dan Aswaja Asya'irah Indonesia bisa melakukan persatuan umat meski mazhab berbeda.

Tinggal berikutnya adalah usaha mempersatukan barisan antara Salafiyyin dengan Ikhwanul Muslimin. Ayo siapa duluan yang mau meneladani Syaikhul Islam?

[Dikutip dari kitab-kitab Syaikhul Islam dan selain beliau yang dijual bebas di pasaran, tidak seperti kitab-kitab Syiah yang susah nyarinya di pasaran biar borok korengnya tidak ketahuan]

Oleh Ustadz Fairuz Ahmad

Related

Fairuz Ahmad 6001135615763324170

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item