'Moslem Fanatics Fight in Surabaya'
https://bariqunnury.blogspot.com/2017/01/moslem-fanatics-fight-in-surabaya.html
Judul di gambar ini merupakan ss dari koran digital The New York Times tanggal 20 November 1945, saat mulainya perang besar-besaran sejak 10 November yang didaulat menjadi hari pahlawan.
Dalam artikel koran tersebut, disebutkan ribuan atau lebih muslim yang dicap media mereka fanatik berjuang melawan Inggris di Surabaya, karena mengikuti seruan ulama mereka.
Sejarah mengajarkan, umat Islam yang melawan penjajahan dan mengikuti ulama akan disebut 'fanatik' atau 'radikal' atau semacamnya, dan 71 tahun silam dalam artikel ini mengajarkan kita.
Sejarah mengajarkan, bahwa kemenangan sudah dekat, dan tak akan ada yang sia-sia. Menyesap teh hangat di pagi hari, mengantar anak sekolah, mengetik dengan santai di laptop, menginjak pedal hingga terlelap di malam hari, sebuah nikmat kemerdekaan yang dahulu mereka, para 'muslim fanatik' dan para ulama perjuangkan berpeluh darah.
Mereka tak peduli dicap fanatik. Para ulama pun berjuang dengan segenap tenaga. Maka, kalau hari ini ada pihak yang tak menghargai ulama, mencap muslim fanatik, menakut-nakuti umat dengan bala tentaranya, maka mereka tak pernah belajar dari sejarah, seperti kata Shaw, "When he said that we learn from history that man can never learn anything from history." Bahwa umat Islam tak kan pernah gentar, pun melawan kepongahan penjajah bertank-tank di depan mata.
Nikmat memang, berdiri tegak ber-haha hihi ria di riuh kafe Ibu Kota, di atas jejak syuhada November 1945. Di balik layar PC mencaci maki ulama, men-share berita hoax merendahkan para ulama; lupa akan akar negerinya, bahwa kenikmatannya kini karena jasa mereka di masa silam, sambil menuding sana-sini fanatik, persis para penjajah dulu di sini.
Maka, camkan kalimat Buya Hamka ini, “Tuan boleh menuduh kaum muslimin itu fanatik. Tapi tuan harus membenarkan kata hati tuan sendiri bahwasanya fanatik umat Islam itu modal yang sangat besar dalam kemerdekaan Indonesia. Agar tuan tahu itu bukanlah fanatik! Itulah yang bernama ghirah!”
(sumber gambar kiriman bang Alwi Alatas)
===============
Ikuti konten-konten Sejarah terbaru bersama Jejak Islam untuk Bangsa di chanel berikut ini:
website: jejakislam.net
twitter: twitter.com/jejak_islam
facebook: fb.me/jejakislam.net
telegram: tlgrm.me/JejakIslamuntukBangsa
===============
Kerjasama Lembaga, Donasi, dan Undangan Kajian Sejarah, narahubung 085782700545 (Call/SMS/WA/Telegram)
Posting Komentar