Sama Dalam Penciptaan, Berbeda Dalam Sifat dan Karakter
https://bariqunnury.blogspot.com/2015/10/sama-dalam-penciptaan-berbeda-dalam.html
KELUARGA ISLAMI
Pemateri: Ustzh. EKO YULIARTI SIROJ, S.Ag.
Lantas, dimana letak perbedaan manusia?
Rasulullah SAW bersabda :
إن الله خلق آدم من قبضة قبضها من جميع الأرض, فجاء بنو آدم على قدر الأرض جاء منهم الأبيض والأحمر والأسود وبين ذلك والخبيث والطيب والسهل والحزن وبين ذلك.
Artinya:
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan Adam dari segumpal tanah yang diambil-Nya dari segala macam tanah.
Kemudian datanglah anak-anak Adam menurut tanah asal mereka. Mereka ada yang putih, merah, hitam dan sebagainya; ada pula yang jelek, baik, sederhana, bersedih dan sebagainya.” (H.R. Abu Daud dan Tirmizi)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَاا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS Ar Ruum : 54)
Disinilah perbedaannya…..
dalam perjalanan itu.
Dalam tumbuh kembang dan pembentukan karakternya.
Berbedanya pola hidup, makanan, minuman dan budaya membuat manusia memiliki karakter umum yang berbeda-beda.
Ada orang Timur yang ramah dan santun, ada orang Barat yang terbuka dan terus terang.
Ada orang Arab yang penuh semangat, ada orang Inggris yang penuh etika.
Karakter umum itu kemudian mengerucut menjadi karakter khusus orang per orang.
Ada orang yang berhati
lembut, ada yang keras hatinya.
Ada yang pemaaf, ada yang pemarah.
Ada yang pendiam ada yang ramai.
Ada yang terbuka ada yang tertutup.
Ada yang bergerak cepat, ada yang santai.
Dan yang lainnya.
Karakter khusus ini dilandasi oleh sifat dasar seseorang yang dipengaruhi dengan sangat besar oleh pola asuh, kondisi lingkungan, kondisi ekonomi dan pendidikan.
Maka menjadi sebuah keniscayaan bahwa setiap orang memiliki karakter yang berbeda.
Perbedaan karakter ini membuat manusia harus saling mengenal.
Agar interaksi diantara mereka dapat berjalan dengan harmonis. Interaksi yang hangat, saling memahami dan terhindar dari banyak masalah yang muncul karena perbedaan.
Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujurat:13)
Maka mulialah dua sahabat besar Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA. Dua insan yang Allah ciptakan sama sebagai manusia kemudian keduanya berjalan dengan takdirnya sendiri-sendiri.
Abu Bakar RA sahabat berhati lembut, berparas tampan, bersegera dalam berderma dan dalam semua kebaikan. Ia yang rela menghadapi rintangan yang sangat berat demi menemani Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrahnya. Ia yang diakhir hayatnya meminta agar kekayaan yang ia dapat saat menjadi khalifah, dikembalikan ke baitul maal kaum muslimin.
Dan inilah Umar bin Khattab RA… Sahabat berhati baja, berpostur gagah, bersegera menghadang musuh-musuh Allah yang akan mengganggu Rasulullah SAW dan bersegera menghunus pedangnya saat mendengar kemunkaran terjadi.
Ia yang disebutkan dalam hadits riwayat Aisyah sebagai seseorang yang ditakuti oleh syaitan. Ia yang begitu murka saat mendengar orang mengatakan Rasulullah telah wafat.
Allah ciptakan keduanya sama sebagai manusia…dengan karakter yang jauh berbeda.
Namun perbedaan karakter yang hampir seratus delapan puluh derajat itu tidak membuat mereka harus berhadapan, berselisih atau berpisah karena merasa tidak cocok.
Justru perbedaan karakter itu mereka kelola dalam interaksi mereka sehingga menghasilkan amal solih yang luar biasa.
Abu Bakar yang menangis tersedu saat Allah membenarkan pandangan Umar tentang tawanan perang Badar dan Umar yang berlinang air mata saat tahu apa yang setiap pagi dilakukan Abu Bakar dirumah seorang nenek tua dipinggiran kota Madinah.
Keduanya menjadi manusia mulia karena ketakwaan yang mereka miliki bukan sekedar karena karakter belaka.
🔎🔑 Dan disinilah kita hari ini. Belajar dan terus belajar, berusaha dan terus berusaha agar perbedaan karakter antara suami, istri, anak, orang tua, mertua, ipar, dan kerabat lainnya dapat kita kelola menjadi sebuah harmoni yang indah bukan menjadi sebab terjadinya perpecahan.🔑
Di keluargalah kita belajar mengelola beragam karakter ini karena diluar sana, di masyarakat luas, kita akan berhadapan dengan karakter yang lebih beragam.
Sebagai insan yang berbeda, suami istri pasti akan mengahadapi ketidakcocokan.
Tapi benarkah ketidakcocokan harus menjadi factor yang menyebabkan suami istri berpisah padahal itu adalah hal yang niscaya?
Jika sampai terjadi, maka sesungguhnya kekurangan yang ada pada keluarga-keluarga kita adalah keterampilan untuk mengelola ketidakcocokan itu bukan ketidakcocokan itu sendiri.
Keluarga-keluarga kita kurang terampil mengelola perbedaan bukan perbedaan itu sendiri yang menyebabkan banyak perpisahan.
Maka, memahami persamaan dalam penciptaan dan perbedaan dalam karakter merupakan prinsip ketiga yang perlu difahami oleh anggota keluarga setelah prinsip pertama yaitu memahami misi sebagai manusia dan prinsip yang kedua yaitu fitrah manusia yang terjaga dengan mengikuti petunjuk Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Semoga Allah kuatkan pondasi-pondasi keluarga kita dan Allah tingkatkan kefahaman kita terhadap ilmu dalam berkeluarga.
Aamiin ya Robbal ‘alamiin…
Pemateri: Ustzh. EKO YULIARTI SIROJ, S.Ag.
Lantas, dimana letak perbedaan manusia?
Rasulullah SAW bersabda :
إن الله خلق آدم من قبضة قبضها من جميع الأرض, فجاء بنو آدم على قدر الأرض جاء منهم الأبيض والأحمر والأسود وبين ذلك والخبيث والطيب والسهل والحزن وبين ذلك.
Artinya:
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan Adam dari segumpal tanah yang diambil-Nya dari segala macam tanah.
Kemudian datanglah anak-anak Adam menurut tanah asal mereka. Mereka ada yang putih, merah, hitam dan sebagainya; ada pula yang jelek, baik, sederhana, bersedih dan sebagainya.” (H.R. Abu Daud dan Tirmizi)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَاا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS Ar Ruum : 54)
Disinilah perbedaannya…..
dalam perjalanan itu.
Dalam tumbuh kembang dan pembentukan karakternya.
Berbedanya pola hidup, makanan, minuman dan budaya membuat manusia memiliki karakter umum yang berbeda-beda.
Ada orang Timur yang ramah dan santun, ada orang Barat yang terbuka dan terus terang.
Ada orang Arab yang penuh semangat, ada orang Inggris yang penuh etika.
Karakter umum itu kemudian mengerucut menjadi karakter khusus orang per orang.
Ada orang yang berhati
lembut, ada yang keras hatinya.
Ada yang pemaaf, ada yang pemarah.
Ada yang pendiam ada yang ramai.
Ada yang terbuka ada yang tertutup.
Ada yang bergerak cepat, ada yang santai.
Dan yang lainnya.
Karakter khusus ini dilandasi oleh sifat dasar seseorang yang dipengaruhi dengan sangat besar oleh pola asuh, kondisi lingkungan, kondisi ekonomi dan pendidikan.
Maka menjadi sebuah keniscayaan bahwa setiap orang memiliki karakter yang berbeda.
Perbedaan karakter ini membuat manusia harus saling mengenal.
Agar interaksi diantara mereka dapat berjalan dengan harmonis. Interaksi yang hangat, saling memahami dan terhindar dari banyak masalah yang muncul karena perbedaan.
Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujurat:13)
Maka mulialah dua sahabat besar Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA. Dua insan yang Allah ciptakan sama sebagai manusia kemudian keduanya berjalan dengan takdirnya sendiri-sendiri.
Abu Bakar RA sahabat berhati lembut, berparas tampan, bersegera dalam berderma dan dalam semua kebaikan. Ia yang rela menghadapi rintangan yang sangat berat demi menemani Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrahnya. Ia yang diakhir hayatnya meminta agar kekayaan yang ia dapat saat menjadi khalifah, dikembalikan ke baitul maal kaum muslimin.
Dan inilah Umar bin Khattab RA… Sahabat berhati baja, berpostur gagah, bersegera menghadang musuh-musuh Allah yang akan mengganggu Rasulullah SAW dan bersegera menghunus pedangnya saat mendengar kemunkaran terjadi.
Ia yang disebutkan dalam hadits riwayat Aisyah sebagai seseorang yang ditakuti oleh syaitan. Ia yang begitu murka saat mendengar orang mengatakan Rasulullah telah wafat.
Allah ciptakan keduanya sama sebagai manusia…dengan karakter yang jauh berbeda.
Namun perbedaan karakter yang hampir seratus delapan puluh derajat itu tidak membuat mereka harus berhadapan, berselisih atau berpisah karena merasa tidak cocok.
Justru perbedaan karakter itu mereka kelola dalam interaksi mereka sehingga menghasilkan amal solih yang luar biasa.
Abu Bakar yang menangis tersedu saat Allah membenarkan pandangan Umar tentang tawanan perang Badar dan Umar yang berlinang air mata saat tahu apa yang setiap pagi dilakukan Abu Bakar dirumah seorang nenek tua dipinggiran kota Madinah.
Keduanya menjadi manusia mulia karena ketakwaan yang mereka miliki bukan sekedar karena karakter belaka.
🔎🔑 Dan disinilah kita hari ini. Belajar dan terus belajar, berusaha dan terus berusaha agar perbedaan karakter antara suami, istri, anak, orang tua, mertua, ipar, dan kerabat lainnya dapat kita kelola menjadi sebuah harmoni yang indah bukan menjadi sebab terjadinya perpecahan.🔑
Di keluargalah kita belajar mengelola beragam karakter ini karena diluar sana, di masyarakat luas, kita akan berhadapan dengan karakter yang lebih beragam.
Sebagai insan yang berbeda, suami istri pasti akan mengahadapi ketidakcocokan.
Tapi benarkah ketidakcocokan harus menjadi factor yang menyebabkan suami istri berpisah padahal itu adalah hal yang niscaya?
Jika sampai terjadi, maka sesungguhnya kekurangan yang ada pada keluarga-keluarga kita adalah keterampilan untuk mengelola ketidakcocokan itu bukan ketidakcocokan itu sendiri.
Keluarga-keluarga kita kurang terampil mengelola perbedaan bukan perbedaan itu sendiri yang menyebabkan banyak perpisahan.
Maka, memahami persamaan dalam penciptaan dan perbedaan dalam karakter merupakan prinsip ketiga yang perlu difahami oleh anggota keluarga setelah prinsip pertama yaitu memahami misi sebagai manusia dan prinsip yang kedua yaitu fitrah manusia yang terjaga dengan mengikuti petunjuk Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Semoga Allah kuatkan pondasi-pondasi keluarga kita dan Allah tingkatkan kefahaman kita terhadap ilmu dalam berkeluarga.
Aamiin ya Robbal ‘alamiin…
Posting Komentar