BINGKAI HUBUNGAN SUAMI ISTRI (bag-1)
https://bariqunnury.blogspot.com/2015/11/bingkai-hubungan-suami-istri-bag-1.html
Pemateri: Ustzh. EKO YULIARTI SIROJ, SAg
Satu kisah mengagumkan diriwayatkan oleh seorang sahabiyat berhati mulia bernama Asma binti Abu Bakar Ra.
Ia berkata : “Aku menikah dengan Zubair saat dia tidak memiliki apapun selain seekor keledai yang menjadi tunggangannya. Setiap hari aku memberi makan dan minum keledai itu serta membersihkannya.
Aku mencari air untuk keperluan keluarga dan aku menyiapkan minum untuknya.
Akupun membuatkan roti dengan dibantu para wanita anshar karena aku tidak pandai membuat roti.
Aku membawa biji gandum di atas kepalaku dan berjalan sepertiga farsakh menuju rumah para wanita anshar itu.
Suatu hari saat aku berjalan pulang dengan membawa biji gandum di atas kepalaku, tiba-tiba aku bertemu dengan Rasulullah SAW dan rombongan kaum anshar. Beliau mengajakku untuk pulang dengan menunggang unta yang berjalan di belakang unta beliau.
Betapa senang hatiku dengan tawaran beliau karena lelahku akan segera berakhir. Namun saat aku ingat Zubair yang sangat pencemburu, aku urungkan niatku menerima tawaran Rasulullah. Beliau memahami kekhawatiranku dan berlalu didepanku dengan cepat.
Setibanya dirumah, aku ceritakan peristiwa itu kepada Zubair suamiku dan ia berkata : “Sungguh perjalananmu dengan membawa biji gandum di atas kepalamu lebih membuatku merasa berat dibandingkan dengan engkau menerima tawaran Rasulullah SAW.”
Dari Anas bin Malik ia berkisah, “Suatu saat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di tempat salah seorang istrinya dan istrinya yang lain mengirim sepiring makanan. Maka istrinya yang sedang bersamanya ini memukul tangan pembantu sehingga jatuhlah piring dan pecah sehingga makanan berhamburan. Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan pecahan piring tersebut dan mengumpulkan makanan yang tadinya di piring, dengan tersenyum beliau berkata, “Ibu kalian cemburu…”
Imam Tirmizi dalam kitabnya Asy-Syamail meriwayatkan bahwa Aisyah RA berkata : “Rasulullah SAW itu adalah seorang biasa, beliau menjahit sendiri bajunya, memerah sendiri susu dari kambingnya, dan melakukan sendiri perkara yang diingininya.”
Demikianlah Rasulullah SAW dan para sahabat mencontohkan bagaimana seharusnya suami dan istri memiliki komitmen yang dilandasi kesadaran akan misinya sebagai manusia untuk beribadah kepada Allah dan untuk memakmurkan bumi. Menyadari bahwa setiap langkah hidupnya bahkan setiap helaan nafasnya adalah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam rumah tangga hubungan suami istri adalah hubungan yang paling penting. Karena keduanya adalah subyek utama didalam keluarga.
Agar hubungan keduanya terjaga dalam keharmonisan, hubungan yang dijalin harus dilandasi oleh petunjuk Rasulullah SAW, dan landasan dari hubungan suami istri adalah :
1⃣Saling Tolong Menolong (Ta’awun)
Berumah tangga adalah kebaikan. Dan Allah SWT memerintahkan kita untuk saling tolong menolong dalam kebaikan.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿المائدة: ٢﴾
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS Al-Maidah : 2)
Kalimat تَعَاوَنُوا memiliki arti saling tolong menolong. Kata saling menunjukkan bahwa yang melakukan pekerjaan itu bukan hanya satu pihak akan tetapi dilakukan oleh kedua belah pihak.
Suami dan istri sama-sama melakukan dan memberikan pertolongan untuk pasangannya. Suami sebagai pencari nafkah, bekerja bukan semata untuk memenuhi kewajibannya. Ia menafkahi istri, anak-anak dan keluarganya dalam rangka menolong mereka agar berkehidupan layak dan mampu berdiri tegak menunaikan kebaikan-kebaikan yang banyak dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Terkadang istri harus ikut turun tangan memenuhi kebutuhan keluarga. Seperti yang dilakukan oleh Asma binti Abi Bakar dalam kisah di atas. Saat Zubair suaminya tidak mampu untuk menghadirkan seorang pembantu (khadimat) maka Asma melakukan seluruh pekerjaan rumahnya seorang diri. Bahkan ia rela menempuh perjalanan cukup jauh demi membuat roti yang merupakan makanan pokok di keluarganya.
Posting Komentar