SAYA TAK BERSAMA PERANCIS, SAYA TAK BERSAMA ISIS!
https://bariqunnury.blogspot.com/2015/11/saya-tak-bersama-perancis-saya-tak.html
Saya ingin memulai catatan ini dengan sebuah pernyataan sederhana: ISIS bukan representasi Islam. Dan jangan sebut para tentara ISIS sebagai mujahid!
Serangan teror yang mereka lakukan di Paris 13 November lalu adalah sebuah kebiadaban yang tak bisa dibenarkan dari sudut pandang agama manapun, juga tak bisa diterima akal sehat siapapun. Serangan itu jelas sebuah teror: Serangan dengan motivasi politik tertentu terhadap masyarakat sipil non-kombatan yang dirancang untuk menciptakan ketakutan. Mereka teroris.
Terlepas serang itu benar dilakukan ISIS, atau sekadar klaim mereka saja untuk mengatakan kepada dunia bahwa mereka kuat dan bisa melakukan serangan di mana-mana, kita patut berduka atas tindakan keji yang telah mengoyak-koyak rasa kemanusiaan itu. Dan di sanalah kita tahu ISIS adalah musuh kemanusiaan, musuh kita semua, yang secara kurang ajar memakai topeng agama untuk melegalkan kejahatannya.
Tetapi setelah kejadian Paris, tepatnya dua hari setelah tragedi itu, kita akan sadar bahwa ISIS adalah musuh yang sebenarnya kecil belaka. Penjahat yang lebih besar, atau jika ingin menggunakan kata 'teroris yang lebih besar', adalah mereka yang secara membabi-buta menghancurkan kota-kota dan membunuh jutaan rakyat sipil biasa dengan menggunakan persenjataan militer canggih. Seperti bisa diduga, Perancis akhirnya 'membalas' serangan ISIS dengan membombardir Raqqa, Syiria, yang merupakan markas organisasi teroris itu. Sialnya, serangan udara Perancis, yang dibantu Rusia, tak hanya menghancurkan markas ISIS, tetapi meluluh lantakkan sebuah kota sekaligus membunuh dan melukai masyarakat tak berdosa di sana--bahkan termasuk perempuan dan anak-anak!
Ketakutan segera menyeruak di Syiria, tentu saja. Serangan udara 'From Paris with Love' tiba-tiba mengancam masyarakat sipil lainnya di sekitar Raqqa. Bahkan, karena sebuah bom udara menghancurkan pintu perbatasan kota, suplai air dan makanan ke beberapa daerah jadi terputus. Jika terorisme adalah sebuah tindakan bermotif politik tertentu terhadap non-kombatan, dilakukan oleh aktor negara atau non-negara, maka apa yang dilakukan militer Perancis di Raqqa dan sekitarnya tak ubahnya tindakan terror itu sendiri--tentu saja dengan persenjataan militer yang jauh lebih mematikan dan serangan yang lebih terorganisir.
Kita tak perlu membawa-bawa agama di sini. Tak usah meniru media mainstream yang semena-mena menghubung-kaitkan aksi teror tertentu dengan Islam, seraya penuh tendensi untuk memojokkan agama tersebut. Seolah-olah yang dilakukan kelompok atau negara Islam adalah kejahatan luar biasa yang harus diperangi oleh rakyat seluruh dunia, sementara jika 'teror' yang sama dilakukan negar-negara Barat terhadap negara-negara Islam itu tak lain sebuah misi kemanusiaan? Bah!
Tentang terorisme, dunia memang tak adil. Suka atau tidak suka, faktanya memang Islam selalu menjadi pihak yang dipersalahkan--dan karenanya harus dihukum beramai-ramai. Padahal boleh jadi rumor yang beredar itu benar: Bahwa Al-Qaeda pada awalnya dibentuk-didanai-dan dipersenjatai Amerika Serikat, bahwa ISIS juga bentukan negara tersebut untuk mengacaukan stabilitas politik di Timur Tengah, bahwa propaganda teror digaungkan untuk melegalkan perang untuk menambang minyak, bahwa tragedi Paris menggunakan cara yang sama seperti 9/11, false flag, agar Perancis bisa menginvasi Syiria dan AS leluasa memanfaatkan semua kekacauannya?
Jangan lupakan Amerika Serikat yang menyerang dan meluluhlantakkan Afghanistan atas nama 'war on terror'. Lalu setelah negara itu memporak porandakan Irak karena menuduh Saddam Hussein memiliki senjata biologis pemusnah massal, di manakah gerangan senjata itu?
Apakah saya percaya teori konspirasi? Tidak juga, sebenarnya. Saya hanya tidak bisa berpura-pura bodoh tidak melihat benang merah dan pola dari berbagai hal yang telah terjadi pada negara-negara Islam sejak 9/11. Dan jika memang ISIS adalah 'pasukan pembela Islam yang ingin menegakkan khilafah', mengapa mereka tak sedikitpun menyentuh Israel? Mengapa mereka tak berani untuk sekadar bergabung membela rakyat Palestina yang berjuang di jalur Gaza? Siapa yang sebenarnya dibela ISIS? Kepada siapa mereka mengabdi?
Ada yang aneh dengan semua ini. Kita tengah digiring untuk percaya bahwa apa yang terjadi di dunia hanya fenomena perebutan kekuasaan belaka. Politics as usual. Bahwa ada kelompok tertentu, yang seenaknya dilabeli 'jihadis' membuat kekacauan di berbagai tempat, menbunuh banyak orang, dan karenanya harus dihabisi dengan cara menghabisi negara-negara Islam yang menjadi 'rumah' mereka? Bahwa atas nama kemanusiaan, artinya negara-negara Barat dengan persenjataan canggih boleh membombardir negara-negara Islam yang menjadi sarang 'teroris' itu? Bah!
Saya mengambil banyak resiko dengan menuliskan semua kegelisahan ini: Akan ada orang yang menganggap saya tolol karena tidak mengerti 'politik internasional', akan ada yang menganggap saya 'bodoh' karena mempertanyakan semua ini, akan ada yang menganggap saya memihak kelompok tertentu karena menentang 'standard ganda' yang diterapkan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Tidak apa-apa, entoh saya hanya ingin bertanya sekaligus menumpahkan segala kegelisahan saya selama ini. Silakan Anda menyebut dan melabeli saya dengan apapun.
Yang jelas, bagi saya, apa yang terjadi sekarang adalah perang para teroris. Teror yang dibalas dengan teror lainnya. Sementara itu kita dipaksa untuk memilih berpihak pada yang mana? Terus berdebat tentang kubu mana yang paling benar? Bah!
Saya tak mau berpihak pada kubu manapun. Saya tak mau mendukung kebiadaban manapun. Teror yang dilakukan aktor non-negara ataupun negara adalah kejahatan kemanusiaan yang sesegera mungkin harus dihentikan! Kekerasan yang dilawan kekerasan haya akan terus membuat dunia porak-poranda, dan korban tak berdosa terus berjatuhan...
ISIS adalah teroris. Negara-negara yang menghancurkan dan menyerang negara lain adalah teroris yang lebih besar lagi. Mereka harus dilawan. Mereka harus dihentikan. Bagaimana caranya? Mungkin susah... Tapi mungkin kita bisa memulainya dengan cara tak mengikuti logika yang dibangun untuk melegalkan semua kejahatan mereka!
Surabaya, 21 November 2015
FAHD PAHDEPIE
Sumber FB FAHD PAHDEPIE
Posting Komentar