Agar tak menjadi buih bagian tiga
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/08/agar-tak-menjadi-buih-bagian-tiga.html
Agar tak menjadi buih bagian tiga
(Kreatifitas ala Amerika)
Sebagai mantan orang nomor satu di Organisasi kemahasiswaan kampus, saya cukup percaya diri untuk mengatakan kalau saya ini pemberani. Namun prasangka ini berubah setelah sampai di Amerika. Saya merasa "kecil" disini.
Saya memilih Florida State Univ. karena alasan sederhana, disini sudah ada beberapa generasi mahasiswa fisika dari Indonesia. Jadi saya tidak perlu khawatir untuk beradaptasi di Lingkungan baru karena banyak orang yang akan membantu saya nantinya.
Dengan pertimbangan inilah saya menolak peluang untuk kuliah di kampus lain, mengingat saya akan menjadi orang Indonesia pertama yang kuliah disana. Dengan bahasa Inggris yang masih pas pasan, saya tidak bisa membayangkan kesulitan yang akan muncul ketika saya harus mencari apartemen sendiri, mengurus printilan dokumen seperti SSN dan sebagainya.
Oleh karena itu, saya lumayan tertohok ketika bertemu dengan seorang berusia 20an, perempuan, dan sudah solo traveling ke belasan negara; bukan ke negara2 yang populer untuk wisata serta ramah turis melainkan negara2 tidak terkenal yang penduduknya bahkan tidak berbahasa Inggris.
Selain itu saya juga bertemu beberapa kawan yang pernah menjadi sukarelawan di Ghana. Mereka (anak2 S1) membuat organisasi sosial, mengumpulkan dana, membuat program2 sosial di Afrika, serta memobilisasi sukarelawan untuk pelaksanaan program hingga monitoring. Hal semacam ini jujur tak pernah terbayang waktu saya kuliah dulu.
Pernah pula bertemu dengan anak S1, punya beberapa store AT&T (perusahaan telekomunikasi), punya perusahaan marketing consultant, juga berkecimpung di organisasi sosial.
Cerita2 seperti inilah yang membuat saya merasa "kecil", belum lagi ketika membaca cerita2 macam leslie dewan; pemudi lulusan S1 yang kemudian membuat perusahaan pembangkit nuklir ketika usianya dibawah 30 tahun.
........
Jika nuansa "efisiensi ala Jerman" muncul ketika bersama prof. saya, maka aroma "kreatifitas amerika" kentara ketika saya berbaur dengan American. Tak heran, raksasa teknologi mulai dari Microsoft, google, apple, Facebook lahir di Amerika. Demikian juga dengan trend teknologi seperti Big data, data science, cloud computing, Flying car, tesla dll; semua muncul dari Amerika.
Kreatifitas adalah keberanian untuk mencipta sesuatu yang belum ada, atau menjelajahi hal hal baru.
Dua hal yang melekat pada kreatifitas adalah ide dan keberanian/keyakinan. Ide dapat muncul dari mana saja, namun keyakinan serta keberanian untuk mengeksekusi ide lah yang langka.
Di tangan orang yg berani, ide gila pun bisa dieksekusi meski seakan orang itu tak punya kapasitas.
Elon musk adalah bintang dekade ini. Pendiri spaceX, tesla, paypal dll ini beberapa waktu lalu mengejutkan dunia setelah berhasil mendaratkan roket di laut, Menandai era "renewable rocket". Demikian juga dengan Mobil listrik nya yang sebentar lagi mengisi jalanan Amerika, dan mungkin juga akan merevolusi industri mobil. Saat ini misi besar dia adalah mendaratkan manusia di Mars.
Yang menarik, elon musk tidak punya latar belakang sama sekali sebagai Insinyur roket, atau teknik mesin. Elon hanya punya gelar sarjana dengan dua major; Fisika dan Ekonomi.
Sebagai orang yang sama sekali tidak berlatar belakang engineering, ketertarikan elon membuat roket diawali dari sebuah buku tentang roket. "Kayaknya bikin roket seru nih.. " Barangkali ini yg ada di benak elon kala itu.
Saya yakin, Elon bukan satu-satu nya yang punya ide demikian. Barangkali kita pun punya ide atau niatan sama. Bukankah kita juga sering mengalami momen2 : "Kayaknya seru kalau kita bikin ini" atau " Asyik ya kalo kita bisa bikin ini." Yang membedakan cuma satu : Elon punya keberanian mengeksekusinya.
.........
Baby step! kata kata favorit dari salah satu Profesor saya, seorang Yahudi polandia berkewarganegaraan Meksiko. Beliau selalu menekankan pentingnya mengeksekusi satu ide dengan langkah kecil, baby step yang pelan pelan ditumbuhkan dengan tekun. Kalau kata pembimbing saya : "At least we have something to start," mantra yang selalu muncur diakhir diskusi kami. Sehingga selama ini saya selalu punya rencana riset yang clear setiap harinya.
Sukses Elon bukan dongeng satu malam. Sebelum Ia menjual produk teknologi Jutaan dollar, elon musk menjual program game sederhana dengan bahasa BASIC ketika berusia 12 tahun.
Demikian juga dengan cerita booming pokemon-go, ada kerja 20 tahun dibaliknya. Baby stepnya adalah game multiplayer, lantas perlahan tumbuh menjadi google earth sebelum jadi pokemon go.
........
(Kreatifitas ala Amerika)
Sebagai mantan orang nomor satu di Organisasi kemahasiswaan kampus, saya cukup percaya diri untuk mengatakan kalau saya ini pemberani. Namun prasangka ini berubah setelah sampai di Amerika. Saya merasa "kecil" disini.
Saya memilih Florida State Univ. karena alasan sederhana, disini sudah ada beberapa generasi mahasiswa fisika dari Indonesia. Jadi saya tidak perlu khawatir untuk beradaptasi di Lingkungan baru karena banyak orang yang akan membantu saya nantinya.
Dengan pertimbangan inilah saya menolak peluang untuk kuliah di kampus lain, mengingat saya akan menjadi orang Indonesia pertama yang kuliah disana. Dengan bahasa Inggris yang masih pas pasan, saya tidak bisa membayangkan kesulitan yang akan muncul ketika saya harus mencari apartemen sendiri, mengurus printilan dokumen seperti SSN dan sebagainya.
Oleh karena itu, saya lumayan tertohok ketika bertemu dengan seorang berusia 20an, perempuan, dan sudah solo traveling ke belasan negara; bukan ke negara2 yang populer untuk wisata serta ramah turis melainkan negara2 tidak terkenal yang penduduknya bahkan tidak berbahasa Inggris.
Selain itu saya juga bertemu beberapa kawan yang pernah menjadi sukarelawan di Ghana. Mereka (anak2 S1) membuat organisasi sosial, mengumpulkan dana, membuat program2 sosial di Afrika, serta memobilisasi sukarelawan untuk pelaksanaan program hingga monitoring. Hal semacam ini jujur tak pernah terbayang waktu saya kuliah dulu.
Pernah pula bertemu dengan anak S1, punya beberapa store AT&T (perusahaan telekomunikasi), punya perusahaan marketing consultant, juga berkecimpung di organisasi sosial.
Cerita2 seperti inilah yang membuat saya merasa "kecil", belum lagi ketika membaca cerita2 macam leslie dewan; pemudi lulusan S1 yang kemudian membuat perusahaan pembangkit nuklir ketika usianya dibawah 30 tahun.
........
Jika nuansa "efisiensi ala Jerman" muncul ketika bersama prof. saya, maka aroma "kreatifitas amerika" kentara ketika saya berbaur dengan American. Tak heran, raksasa teknologi mulai dari Microsoft, google, apple, Facebook lahir di Amerika. Demikian juga dengan trend teknologi seperti Big data, data science, cloud computing, Flying car, tesla dll; semua muncul dari Amerika.
Kreatifitas adalah keberanian untuk mencipta sesuatu yang belum ada, atau menjelajahi hal hal baru.
Dua hal yang melekat pada kreatifitas adalah ide dan keberanian/keyakinan. Ide dapat muncul dari mana saja, namun keyakinan serta keberanian untuk mengeksekusi ide lah yang langka.
Di tangan orang yg berani, ide gila pun bisa dieksekusi meski seakan orang itu tak punya kapasitas.
Elon musk adalah bintang dekade ini. Pendiri spaceX, tesla, paypal dll ini beberapa waktu lalu mengejutkan dunia setelah berhasil mendaratkan roket di laut, Menandai era "renewable rocket". Demikian juga dengan Mobil listrik nya yang sebentar lagi mengisi jalanan Amerika, dan mungkin juga akan merevolusi industri mobil. Saat ini misi besar dia adalah mendaratkan manusia di Mars.
Yang menarik, elon musk tidak punya latar belakang sama sekali sebagai Insinyur roket, atau teknik mesin. Elon hanya punya gelar sarjana dengan dua major; Fisika dan Ekonomi.
Sebagai orang yang sama sekali tidak berlatar belakang engineering, ketertarikan elon membuat roket diawali dari sebuah buku tentang roket. "Kayaknya bikin roket seru nih.. " Barangkali ini yg ada di benak elon kala itu.
Saya yakin, Elon bukan satu-satu nya yang punya ide demikian. Barangkali kita pun punya ide atau niatan sama. Bukankah kita juga sering mengalami momen2 : "Kayaknya seru kalau kita bikin ini" atau " Asyik ya kalo kita bisa bikin ini." Yang membedakan cuma satu : Elon punya keberanian mengeksekusinya.
.........
Baby step! kata kata favorit dari salah satu Profesor saya, seorang Yahudi polandia berkewarganegaraan Meksiko. Beliau selalu menekankan pentingnya mengeksekusi satu ide dengan langkah kecil, baby step yang pelan pelan ditumbuhkan dengan tekun. Kalau kata pembimbing saya : "At least we have something to start," mantra yang selalu muncur diakhir diskusi kami. Sehingga selama ini saya selalu punya rencana riset yang clear setiap harinya.
Sukses Elon bukan dongeng satu malam. Sebelum Ia menjual produk teknologi Jutaan dollar, elon musk menjual program game sederhana dengan bahasa BASIC ketika berusia 12 tahun.
Demikian juga dengan cerita booming pokemon-go, ada kerja 20 tahun dibaliknya. Baby stepnya adalah game multiplayer, lantas perlahan tumbuh menjadi google earth sebelum jadi pokemon go.
........
Posting Komentar