LIPIA Memang Identik Wahabi, Tapi Kultur Mahasiswa di Kampus dan Asrama serta Para alumninya Tidak Mesti Wahabi

Dari FB Ustadz Abdul Hakim

-----------------

Dulu waktu masih ngampus di LIPIA, saya dan kawan-kawan sekelas yang gurunya sama, mata kuliah yang "di-lahab" juga sama, bahkan buku yang dibaca pun sama. Tapi adanya kesamaan di beberapa titik itu ternyata tak mampu juga bisa menyamakan kita di titik-titik yang lain. Singkatnya, tak semua yang ada pada diri kita menjadi sama.


Di beberapa semester yang kita lalui, ada mata kuliah yang dulu kita sebut mata kuliah "kewahabiahan" walaupun nama kuliah aslinya da'awat. Pembahasannya seputar sejarah dan perjalanan dakwah syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Kemudian, cara kami berpakaian pun cenderung berbeda-beda, ada yang cingkrang dan berjenggot lebat, bahkan sebagian ada yang berpakaian dg pakaian ala Arab. Tapi ada juga yang berpakaian layaknya orang Indonesia, bercelana panjang (sebagiannya di bawah mata kaki) dengan paduan kemeja batik. Kadang ada juga yang senang berbaju taqwa ( maksud saya baju Koko) dengan bawahan celanan jeans. Sekali lagi, warna kita sangat beragam.

Di luar kegiatan kuliah, kita yang satu kelas pun punya 'dunia' yang juga berbeda, termasuk kegiatan dakwah yang kita telateni. Ada yang terang-terangan menyatakan "Kun salafiyan Ala al-jadah", juga ada yang secara nyata beraktifitas di partai (PKS) , di organisasi macam NU, Muhammadiyah, Persis dll. Kita beragam.

Dari sisi ini, saya sangat bangga menjadi alumni LIPIA dengan berbagai kesamaan dan sekaligus juga beragam perbedaan yang kita miliki.

Saya pribadi, inginnya meniru nuansa LIPIA dalam dakwah. Beragam gaya dan model tanpa memaksakan keadaan untuk selalu sama. LIPIA, menurut sebagian orang adalah tempat kaderisasi faham Wahabi, ternyata tidak 100% benar. Karena di sini, dosen-dosen yang mengajar pun berasal dari berbagai latar belakang pemahaman yang berbeda. Dosen dari Mesir, mayoritas perfaham aqidah asyariyah, dan dosen Saudi berfaham salafi. Sebagian lagi menyebut Ikhwanul muslimin. Semua berjalan bersama dalam 'mencerdaskan' mahasiswa.

Dalam kondisi seperti ini, mahasiswa dihadapkan ragam pilihan. Tinggal ambil saja mana yang cocok.

Kalau masing- masing yang berbeda membawa argumen yang kuat dan mengikuti ulama yang bisa dipertanggung-jawabkan keilmuannya, mengapa mesti harus sama.? Jalan boleh sedikit berbeda, tujuan tetap sama. Yang Aswaja tak perlu takut dakwah salafi, yang salafi pun tak perlu nyesat-nyesatin ikhwan, yang ikhwan pun tak perlu khawatir dengan organisasi asli Indonesia, Muhammadiyah, NU, persis dll.

Gitu aja lah. Saya sedang galau berat melihat kaum muslimin saling serang dan saling tolak. Padahal kita punya banyak agenda besar yang harus dikerjakan bersama-sama.

Wallahu A'lam.

Copas

Related

Abdul Hakim Lc 4839695739258646180

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item