Berkeluarga Dengan Memahami Misi Kita Sebagai Manusia

Sabtu, 19 Dzulhijjah 1436 / 03 Oktober 2015

Pemateri: Ustadzah Eko Yuliarti Siroj M.Ag.

Berdegup kencang jantung ibunda Hajar saat sang suami Ibrahim AS berkemas pergi meninggalkannya bersama bayi merah tak berdaya di kaki sebuah bukit tandus tanpa tanda-tanda kehidupan. Tak nampak pepohonan, sumber air dan manusia disana. Berbekal sekeranjang kecil kurma dan sebotol air, Hajar harus bertahan ditempat itu.


Saat langkah Ibrahim AS mulai berbilang, dengan mata yang berkaca Hajar bertanya : ”Apakah Allah memerintahkan ini kepadamu?”.

Jawaban yang sangat singkat Ibrahim lontarkan karena sesungguhnya hatinya begitu berat meninggalkan istri dan anak yang ia tunggu sejak lama. Ibrahim AS menjawab : “Ya”.
Dan  seketika itu Allah turunkan ketenangan ke dalam jiwa Hajar. Hilang sudah gundah hatinya berganti dengan keyakinan dan optimisme   akan datangnya pertolongan Allah SWT.

Ketenangan Hajar bersamaan dengan merunduknya Ibrahim AS. Sejak melangkahkan kaki dari samping sang istri, tak sekalipun Ibrahim menoleh ke belakang. Air mata berurai sambil menahan gemuruh perasaannya. Ia mempercepat langkah agar segera hilang dari pandangan Hajar.

Dan begitu sampai di tempat yang tak lagi terlihat Hajar, Ibrahim merunduk bersujud kepada Allah menumpahkan segala gundahnya dan memohon perlindungan-Nya.

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“ Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)

Teladan yang Allah sematkan pada keluarga Ibrahim AS dilatarbelakangi karena kesadaran penuh mereka terhadap eksistensi dirinya.

Nabi Ibrahim AS dan ibunda Hajar menyadari betul bahwa mereka adalah hamba Allah SWT yang memiliki tugas utama untuk beribadah kepada-Nya. Gejolak jiwa Hajar yang seketika berganti dengan ketenangan tidaklah mudah dilakukan banyak orang, kecuali jika seseorang menyadari bahwa statusnya sebagai hamba Allah memiliki misi untuk beribadah kepada-Nya.

Seorang hamba tentu saja harus mengikuti apa yang diinginkan oleh tuannya. Seorang hamba Allah harus mengikuti semua keinginan Allah SWT. Penghambaan seseorang kepada Allah ditandai dengan kepasrahannya kepada semua ketentuan Allah.

Berprasangka baik dengan segala ketentuan-Nya dan meyakini akan datangnya pertolongan dan kebaikan dari ketentuan itu.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُون

” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”. (QS Adz Dzaariyat: 56)

Tidak hanya beribadah kepada Allah SWT yang menjadi misi manusia tapi ia diberikan misi lain yaitu memakmurkan bumi.

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ 

“Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada bagimu Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat dan memperkenankan (hamba-Nya)." (QS Huud : 61)

Menjalankan kedua misi yang diemban oleh manusia di atas bukanlah hal yang mudah. Namun Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang membekali kepantasan kepada manusia untuk bisa menunaikan misinya. 

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا

“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS Al-Isra : 70)

Kemuliaan manusia, Allah bimbing agar bermanfaat untuk menjalankan misi dengan dihadirkannya para nabi dan Rasul yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan sungguh, Kami telah mengutus sebelum engkau (Muhammad) beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan merupakan hak Kami menolong orang-orang yang beriman.” (QS Ar-Ruum:47)

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا

“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS Al-Fath : 28)

Berkeluarga adalah satu cara manusia dalam menjalankan misinya.

Berkeluarga adalah IBADAH kepada Allah.

Berkeluarga adalah memakmurkan bumi dan kehidupan.

Berkeluarga adalah menunjukkan sifat dan sikap mulia manusia.

Keluarga yang mulia adalah keluarga yang mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya sehingga seluruh anggota keluarga menjadi orang-orang yang kompeten menunaikan misinya sebagai manusia.

Kesadaran dan kefahaman akan korelasi antara misi manusia dengan keluarga merupakan poin penting yang harus terus ditanamkan. Kehidupan modern yang semakin kompleks disertai gangguan-gangguan yang ditujukan kepada keluarga muslim, menuntut kita untuk memahami secara jernih landasan dasar kita berkeluarga.

Kita seringkali mencari solusi atas masalah yang terjadi pada keluarga kita dengan mengandalkan teori praktis, sebab akibat, factor ekonomi, social, kultur, psikologi, dll.

Dan kita seringkali lupa bahwa rapuhnya tatanan keluarga kita sesungguhnya karena ketidakfahaman anggota keluarga akan landasan dasar berkeluarga. Sehingga tidak heran bila banyak ditemukan masalah keluarga yang sama terjadi berulang-ulang dengan subyek yang sama padahal sejumlah trik dan tips sudah dicoba diberikan dan dipraktekan.

Tak akan ada Ibrahim AS yang rela meninggalkan istri dan anaknya di padang tandus, tak akan ada Hajar yang penuh tawakkal dan optimis menghadapi kehidupan berat bersama bayi merahnya jika mereka tak memahami hakikat diri, misi dan kemuliaan yang Allah berikan kepadanya. 

Maka kefahaman itulah yang kita butuhkan dalam berkeluarga.
Misi manusia untuk beribadah dan memakmurkan bumi, berbekal kompetensi yang Allah berikan yaitu menjadi makhluk yang mulia.
Dan kemuliaan itu berjalan efektif bila dijalankan sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Semoga Allah kokohkan keluarga-keluarga kita dengan kefahaman kita akan agama yang terus bertambah dan kedekatan kita kepada-Nya yang terus meningkat.

Wallohu a’lam bis showaab.

Related

KELUARGA SAMARA 628077136441675754

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item