Kembali, Raja Salman Dikhianati

By: Nandang Burhanudin
*****

Dalam hemat saya, invasi Russia ke Syiria belum menjadi terlaksananya Nubuwwah Rasul tentang Syam di akhir zaman. Alasannya mudah; Israel Raya belum dideklarasikan, Al-Haramain belum bergolak, dan seruan jihad belum dari satu komando. Fase saat ini masih fase pemurniaan (tamhish), mana orang beriman, mana munafik, dan mana kafir.


Gempuran Russia semakin mengukuhkan cengkeraman Zionisme internasional terhadap dunia. AS, Eropa, Russia, China, Iran berada dalam satu komando. Namun tetap, korbannya adalah satu: umat Islam. AS di era Obama, tak memiliki taring menghadapi Russia. Sebab kepentingan AS adalah jelmaan kepentingan Israel. Pun hal sama, kepentingan Russia dan Iran pun sama dengan Israel.

Oleh karena itu. Kita melihat, AS-Eropa memerankan 3 peran sekaligus.

1. Peran yang keras, kasar dan tegas terhadap HAMAS-Jihad Islam-Ikhwanul Muslimin. Gerakan perlawanan ini ditunjuk sebagai gerakan teroris. Seluruh elemen yang head to head dengan Israel dihabisi.

2. Peran memecah belah. AS-UE bermuka manis di hadapan Raja Salman untuk kasus Yaman dan Mesir. Namun bermuka masam untuk urusan Syiria. Di sisi lain, AS-UE berbaikan dengan Iran. Di mulut, AS mengatakan Assad berakhir. Di lapangan, AS membiarkan Saudi Arabia kalang kabut saat harus berhadapan dengan dua front tempur sekaligus. Padahal lawannya sama: di Yaman dan Syiria berhadapan dengan Syiah. Pun sama-sama menghadapi pemimpin durjana sebagaimana halnya di Mesir.

3. Peran keruhkan kolamnya, ambil ikannya. Siapapun yang mencermati kondisi Timur Tengah, nampak semakin pekat. AS-UE-RUssia-China memang menggagendakan kondisi ini sejak lama. Tapi yang diuntungkan selalu Israel.

Namun yang paling mengenaskan dari semua itu adalah; pengkhianatan beberapa negara Arab terhadap Raja Salman itu sendiri. Banyak kalangan menilai, Raja Salman adalah Raja Faishal jilid 2. Israel tidak tinggal diam. Langkah awal melemahkan Raja Salman adalah, mengurangi negara-negara pendukung.

Mesir di era junta kudeta As-Sisi, Raja Jordania, penguasa Emirates Arab nampak lebih memilih membela kepentingan Israel daripada membantu Raja Salman di Syiria membendung hegemoni Syiah. Sementara di Yaman, ketiga negara plus AS mendukung Raja Salman setengah hati. Memang, perang Yaman akan dibuat lama sehingga menguras energi Saudi.

Raja Salman benar-benar dihadapkan pada buah simalakama. Menerima kekuasaan dalam keadaan carut marut dari mendiang Raja sebelumnya. Ada baiknya Raja Salman mengikuti kebijakan Raja Faishal. Tidak membuka konfrontatif dahulu keluar. Membangun soliditas internal di kalangan umat Islam Sunni. Membangun poros kekuatan riil dengan negara-negara Sunni. Lalu menekan AS, UE dan Russia. Tak ada cara lain dengan melemahkan ekonomi pusat-pusat kekufuran itu.

Embargo minyak nampaknya tidak akan mujarab. Maka satu-satunya dengan menarik uang Saudi yang disimpan dan diinvestasikan di negara-negara tersebut. Menghentikan bantuan ke negara-negara seperti Mesir-Jordania. Hal yang jika dilakukan, bisa jadi nyawa taruhannya. Namun jika tidak, Saudi akan terus dibuat limbung!

Related

Opini 6576081419615770416

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item