Ceritaku di Suriah





Aku bekerja di bidang pemeliharaan kompor minyak tua, dan pekerjaan ini berjalan sudah 25 tahun lamanya yg aku pelajari dari ayahku. Ketika aku menjalankan pekerjaan ini, aku merasa selalu dibutuhkan karena mayoritas warga Suriah menggunakan kompor ini untuk memasak setiap harinya dan mereka akan membutuhkan tukang kompor untuk perbaikan secara berkala. Aku merasa mereka menyukaiku karena pekerjaan ini sangat membantu mereka, namun aku tidak bisa menebak apakah mereka menyukaiku karena pekerjaan ini atau sebab Ayahku, dan segala hal yang ada di tempat ini mengingatkanku tentang banyak hal.


Ketika aku masih muda, aku tidak begitu menyadari akan apa yang Ayahku katakan, namun sebulan yg lalu Ayahku meninggal dunia dan ketika itu aku baru tahu apa maksud dari perkataannya. beberapa menit sebelum kematian merenggutnya, aku duduk bersamanya memperbaiki kompor bersama. Aku bertanya padanya " Ayah, kenapa kita tidak mengembangkan usaha ini? Engkau sudah bekerja di bidang ini selama 40 th dan aku menemanimu sudah 25 th dan kita masih tetap saja seperti ini. belum berubah!

" Tidak, kita sudah mencapai banyak hal" Orang-orang tahu tentang kita, mereka membutuhkan kita dan mereka bergantung kepada kita" Kita tetap sederhana seperti ini saja. Lebih baik begini daripada menjadi kaya. Kebahagiaan itu bukan tentang uang atau menjadi kaya raya." Itulah perkataan terakhir Ayahku. Tak berselang lama, aku mendengar sebuah ledakan roket cluster di udara, spontan aku langsung menjatuhkan diriku di tanah dan aku melihat rudal itu mengenai Ayahku ketika ia sedang turun dari tenda, tapi aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku sudah berusaha meneriakinya untuk menjatuhkan diri di tanah, tapi aku tidak mendengar suara apapun kecuali suara rudal itu. Saat itu aku tidak tahu apa yg terjadi dan ketika aku bangun Ayahku sudah berada diatas punggungku terbaring bersimbah darah. Aku mencoba membangunkan beliau namun beliau tidak menjawabnya, ia sudah tiada.

Hari ini, aku melakukan pekerjaanku seperti biasa, dan di setiap sorenya aku selalu terkenang ketika aku duduk bersama Ayahku disini bersamaku. Aku tahu aku tak akan bisa lagi menawarkan apapun pada Ayahku setelah kematiannya, tapi aku masih bisa melanjutkan perkerjaannya dan akan terus bertahan sebagaimana yg pernah beliau katakan padaku.

Abu Zuhair, 35 th
Ia hidup dibawah kepungan selama 3 tahun bersama istri dan 6 orang anaknya. Foto ini diambil 15 Maret 2016 di Douma, Ghouta Timur, Suriah.

Related

Suriah 6013474302594790847

Posting Komentar

RecentArsip

Recent

  • Untuk Banser: Ada Puluhan Juta Orang Siap Disebut Mayat
  • By Asyari Usman Ketika Hizbut Tahir Indonesia (HTI) dibubarkan tahun lalu ... read more
  • UJIAN Kejama'ahan @salimafillah . Dalam ujian kejama'ahan Bani Israil; ada yang ... read more
  • RASANYA PERBINCANGAN kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa membahas ... read more
  • Menepi bukan Pergi
  • MENEPI, BUKAN PERGI Oleh ustad Satria Hadilubis Kekecewaan Abu Dzhar Al ... read more
  • Muka Dua
  • BAHAYA ORANG BERMUKA DUA Nabi SAW mengecam orang yang bermuka dua sebagai orang ... read more
  • Ganjik Genap Jakarta
  • *Ganjil Genap DKI JKT* Berdasarkan Pergub DKI Jkt no. 106/2018 ditetapkan: 1.) ... read more
  • Pakai sendal di kuburan
  • BENARKAH DIHARAMKAN MEMAKAI SENDAL DI KUBURAN ?? Oleh : Abdullah Al ... read more
  • Ambisi Pribadi
  • *MEWASPADAI AMBISI PRIBADI* Dalam sejarah pergerakan Islam, di samping ... read more
  • KONSEP NALAR & LOGIKA KEKUASAAN ARAH BARU INDONESIA. **** Kita tidak bisa ... read more
  • Sari Wangi
  • *PELAJARAN SANGAT BERHARGA DARI BANGKRUTNYA SARI WANGI* Oleh : Jamil Azzaini ... read more
    Recent Posts Widget

    Arsip

    Entri yang Diunggulkan

    Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

    Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

    Hot in week

    Tayangan Laman

    item