UNTUK SAYA
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/04/untuk-saya.html
Bismillah.
"UNTUK SAYA"
Malu rasanya "saya" ketika menyampaikan pesan nasihat pada teman teman semua, dimana ketika "saya" menuntut ilmu Dien berharap Allah ridho pada "saya", namun hilanglah pahala amalnya ketika sifat sombong ini muncul dengan sendirinya.
Dimulai ketika " saya" baru saja menuntut ilmu, seakan "saya" sudah pandai menjelaskan masalah agama ini itu, menetapkan hukum ini itu, seakan "saya" paham akan semua persoalan agama ini. Padahal "saya" baru sebatas mengenal, baru tahu kulitnya saja dari Dien ini.
Ibaratnya, "saya" masih terbata-bata membaca IQRO, sudah sombong dengan menjelaskan tafsir ibnu katsir... Padahal "saya" belum fasih membaca IQRO.
Masih terngiang-iang kata kata nasihat dari salah seorang ustadz bidang fiqh dari negara tercinta ini,
"Dulu saya kuliah di Jurusan Ushul Fiqih, saya kuliah selama 4 tahun untuk S2, dan 5 tahun untuk S3. Tapi saya masih berpikir 4 sampai 5 kali untuk mengeluarkan suatu hukum dibidang fiqih"
Beliau melanjutkan :
"Dan lebih mengherankan lagi,,, Penuntut Ilmu sekarang bisa MENJAWAB SEMUA bidang ilmu. Allahul Musta'an"
(Ustadz DR. Erwandi Tarmizi, MA حفظه الله تعلى)
Jika seorang ustadz berpendidikan tinggi yang "saya" tahu kapasitas ilmunya melebihi "saya" saja masih berfikir berulang-ulang dalam menyikapi suatu hukum dalam Dien ini, lantas apakah pantas diri "saya" yang baru saja "ngaji" untuk menetapkan suatu hukum?
Semoga "saya" dan temen-temen semua yang membaca tulisan ini tidak menciutkan semangatnya dalam berdakwah, justru semakin semangat dalam menimba ilmu dan semakin berhati hati dalam menyampaikan dakwah, terlebih masalah hukum agama ini.
Brebes, 7 april 2016
~ Tsurayya Corner ~
"UNTUK SAYA"
Malu rasanya "saya" ketika menyampaikan pesan nasihat pada teman teman semua, dimana ketika "saya" menuntut ilmu Dien berharap Allah ridho pada "saya", namun hilanglah pahala amalnya ketika sifat sombong ini muncul dengan sendirinya.
Dimulai ketika " saya" baru saja menuntut ilmu, seakan "saya" sudah pandai menjelaskan masalah agama ini itu, menetapkan hukum ini itu, seakan "saya" paham akan semua persoalan agama ini. Padahal "saya" baru sebatas mengenal, baru tahu kulitnya saja dari Dien ini.
Ibaratnya, "saya" masih terbata-bata membaca IQRO, sudah sombong dengan menjelaskan tafsir ibnu katsir... Padahal "saya" belum fasih membaca IQRO.
Masih terngiang-iang kata kata nasihat dari salah seorang ustadz bidang fiqh dari negara tercinta ini,
"Dulu saya kuliah di Jurusan Ushul Fiqih, saya kuliah selama 4 tahun untuk S2, dan 5 tahun untuk S3. Tapi saya masih berpikir 4 sampai 5 kali untuk mengeluarkan suatu hukum dibidang fiqih"
Beliau melanjutkan :
"Dan lebih mengherankan lagi,,, Penuntut Ilmu sekarang bisa MENJAWAB SEMUA bidang ilmu. Allahul Musta'an"
(Ustadz DR. Erwandi Tarmizi, MA حفظه الله تعلى)
Jika seorang ustadz berpendidikan tinggi yang "saya" tahu kapasitas ilmunya melebihi "saya" saja masih berfikir berulang-ulang dalam menyikapi suatu hukum dalam Dien ini, lantas apakah pantas diri "saya" yang baru saja "ngaji" untuk menetapkan suatu hukum?
Semoga "saya" dan temen-temen semua yang membaca tulisan ini tidak menciutkan semangatnya dalam berdakwah, justru semakin semangat dalam menimba ilmu dan semakin berhati hati dalam menyampaikan dakwah, terlebih masalah hukum agama ini.
Brebes, 7 april 2016
~ Tsurayya Corner ~
Posting Komentar