Najmuddin Ayyub Mencari Jodoh
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/04/najmuddin-ayyub-mencari-jodoh.html
By: Nandang Burhanudin
*****
Alkisah. Seorang pangeran di Tikrit Irak lama membujang. Bukan jodoh melintang atau tak ada yang senang. Bukan pula pilih-pilih gadis berambut pirang. Sebab baginya, mengakhiri masa lajang adalah tonggak sejarah untuk menerjang gelombang. Maju ke gelanggang. Singkirkan Salibis, hingga Islam kembali terang benderang.
Siapakah pemuda itu? Ia adalah Najmuddin Ayyub. Saudaranya Asadudin Syerakuh keheranan. "Wahai saudaraku. Apa gerangan yang membuatmu menunda pernikahan?"
"Aku belum temukan perempuan yang pantas untukku!" Jawabnya tegas.
"Masa iya. Bagaimana kalau aku lamarkan dengan putri Raja Syah binti Sultan Muhammad Malik Syah, Sultan Saljuq? Atau dengan putri Nizham Malik, menteri besar Abbasiyah?"
"Mereka tak pantas untukku!"
"Haduh. Yang bener? Lalu siapa yang pantas untukmu?"
"Yang kuinginkan adalah perempuan shalihah yang mampu menngandeng tanganku ke surga. Dari rahim dan didikannya lahir seorang prajurit yang mampu membebaskan AlQuds."
"Emang ada? Hari giniii masih idealis."
Najmudin bergeming. "Barangsiapa yang mengikhlaskan niat karena Allah. Pasti Allah siapkan perempuan yang kuidamkan." Tegasnya.
Najmuddin terus beraktivitas menuntut ilmu. Tak kenal lelah. Siang malam memantaskan diri. Saat itu ia tinggal di Tikrit Irak. Jarak ke AlQuds sangat jauh. Tapi idealisme dan cintanya pada Palestina rak tergoyahkan.
Hingga pada suatu kesempatan. Ia menghadiri majlis ilmu seorang Syaikh. Berkumpul pula para akhwat di tempat terpisah dengan hijab.
Tak lama usai kajian. Suara ketukan isyarat terdengar nyaring di bilik perempuan. Si pengetuk pintu adalah akhwat yang dikenal banyak menolak lamaran dari kaum bangsawan dan terhormat.
"Lhoo. Anti lagi. Yah. Kemarin kenapa banyak nolak ikhwan yang mau ngelamar?"
Di balik hijab ia bersuara lantang, "Mereka tak cocok buat saya Syaikh!"
"Lho. Lalu tipe pris seperti apa yang anti idamkan?"
"Saya mengidamkan pria shalih yang darinya mengeluarkan benih keturunan dan didikannya mampu menjadi prajurit pembebas AlQuds."
Najmuddin Ayyub terbelalak. Langsung fokus perhatian tertuju pada Syaikh. Ia menanyakan ulang. Siapa akhwat yang bicara persis seperti apa yang menjadi prinsipnya.
Syaikh menjawab. Ia adalah akhwat desa yang sering menolak lamaran bangsawan. Mendengar demikian. Najmuddin Ayyub sigap bicara, "Nikahkan saya segera dengan akhwat tadi. InsyaAllah kami akan melahirkan prajurit yang akan membebaskan AlQuds."
Betul. Seiring waktu. Dari rumah tangga sederhana inilah. Lahir seorang panglima perang yang mengalahkan pasukan Salib dan sukses membebaskan AlQuds. Ia adalah Shalahuddin AlAyyubi.
*****
Alkisah. Seorang pangeran di Tikrit Irak lama membujang. Bukan jodoh melintang atau tak ada yang senang. Bukan pula pilih-pilih gadis berambut pirang. Sebab baginya, mengakhiri masa lajang adalah tonggak sejarah untuk menerjang gelombang. Maju ke gelanggang. Singkirkan Salibis, hingga Islam kembali terang benderang.
Siapakah pemuda itu? Ia adalah Najmuddin Ayyub. Saudaranya Asadudin Syerakuh keheranan. "Wahai saudaraku. Apa gerangan yang membuatmu menunda pernikahan?"
"Aku belum temukan perempuan yang pantas untukku!" Jawabnya tegas.
"Masa iya. Bagaimana kalau aku lamarkan dengan putri Raja Syah binti Sultan Muhammad Malik Syah, Sultan Saljuq? Atau dengan putri Nizham Malik, menteri besar Abbasiyah?"
"Mereka tak pantas untukku!"
"Haduh. Yang bener? Lalu siapa yang pantas untukmu?"
"Yang kuinginkan adalah perempuan shalihah yang mampu menngandeng tanganku ke surga. Dari rahim dan didikannya lahir seorang prajurit yang mampu membebaskan AlQuds."
"Emang ada? Hari giniii masih idealis."
Najmudin bergeming. "Barangsiapa yang mengikhlaskan niat karena Allah. Pasti Allah siapkan perempuan yang kuidamkan." Tegasnya.
Najmuddin terus beraktivitas menuntut ilmu. Tak kenal lelah. Siang malam memantaskan diri. Saat itu ia tinggal di Tikrit Irak. Jarak ke AlQuds sangat jauh. Tapi idealisme dan cintanya pada Palestina rak tergoyahkan.
Hingga pada suatu kesempatan. Ia menghadiri majlis ilmu seorang Syaikh. Berkumpul pula para akhwat di tempat terpisah dengan hijab.
Tak lama usai kajian. Suara ketukan isyarat terdengar nyaring di bilik perempuan. Si pengetuk pintu adalah akhwat yang dikenal banyak menolak lamaran dari kaum bangsawan dan terhormat.
"Lhoo. Anti lagi. Yah. Kemarin kenapa banyak nolak ikhwan yang mau ngelamar?"
Di balik hijab ia bersuara lantang, "Mereka tak cocok buat saya Syaikh!"
"Lho. Lalu tipe pris seperti apa yang anti idamkan?"
"Saya mengidamkan pria shalih yang darinya mengeluarkan benih keturunan dan didikannya mampu menjadi prajurit pembebas AlQuds."
Najmuddin Ayyub terbelalak. Langsung fokus perhatian tertuju pada Syaikh. Ia menanyakan ulang. Siapa akhwat yang bicara persis seperti apa yang menjadi prinsipnya.
Syaikh menjawab. Ia adalah akhwat desa yang sering menolak lamaran bangsawan. Mendengar demikian. Najmuddin Ayyub sigap bicara, "Nikahkan saya segera dengan akhwat tadi. InsyaAllah kami akan melahirkan prajurit yang akan membebaskan AlQuds."
Betul. Seiring waktu. Dari rumah tangga sederhana inilah. Lahir seorang panglima perang yang mengalahkan pasukan Salib dan sukses membebaskan AlQuds. Ia adalah Shalahuddin AlAyyubi.
Posting Komentar