Dialog Dengan Khawarij [Edisi Kesaksian]
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/04/dialog-dengan-khawarij-edisi-kesaksian.html
Jika dulu 'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma pernah berdialog dengan kaum khawarij, maka saya pun pernah berdialog dengan salah satu dari mereka. Hanya saja saya belum bisa menjadi sebab dia mendapatkan hidayah sunnah dari Allah 'Azza wa Jalla.
Ini terjadi ketika saya bertugas di Aleppo (Halab) awal 2014. Saya pergi ke pasar dengan berjalan kaki dengan seorang pria bernama Waliyuddin, pemuda dari Polandia yang sempat tinggal Di Norwegia sebelum tiba di Suriah. Pria ini masuk Islam setelah mendapat hidayah dari Allah, namun sayangnya dia menggali ilmu Islam hanya dari internet, suatu kebodohan yang banyak terjadi.
Sekembali dari pasar, Kami melewati pos penjagaan Jaisyul Hurr/FSA dan saya menyampaikan salam kepada mereka. Tapi Waliyuddin ini malah menganggap heran perbuatan saya tersebut.
"Abdul Hadi (nama saya di Aleppo, pemberian dari salah satu tokoh Suriah), why you give them salam?" Tanyanya.
"Because they are Moslem." jawaban saya.
"No, they are not Moslem." sanggahnya.
"Why?" tanya saya
"Because they want democracy, they fight for democracy, they didn't salat, they are smoker, they drunk alcohol. They are murtadeen" jawabnya.
"Are you sure what you say?" saya mencoba konfirmasi
"Yes, I am sure." yakin nya.
"It's takfeer, Yaa Akhy. It's forbidden for us. Only 'Ulama can do that after they fill the requirements." saya coba jelaskan
"I have fatwa from 'Ulama in Daulah (Daulah khawarij) about they heathendom." sanggahnya lagi
"Who are they?" selidik saya
"I forgot." kilahnya.
"Have they done iqomatul hujjah to Jaisyul Hurr/FSA?" selidik saya lagi.
"I don't know. And I will kill them when I with Daulah attack Aleppo" jawabnya.
"What? Are you sure about that?" konfirmasi lagi
"Yes, of course." jawabnya berapi-api.
"اِنَّا لِلّٰهِ وَ اِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ.
That's bad idea. Please, don't do that." pinta saya
"No, it's jihad." sanggahnya lagi.
"Okay, that's from you not from Al quran and as sunnah" sanggah saya
Dan akhirnya dialog kami berhenti karena tiba di markas dan disambut oleh Saudara-saudara kami, para Mujahidin.
Perhatikan kebodohan kaum khawarij ini, mengkafirkan Muslim lain yang bukan merupakan haknya Sebagaimana orang-orang menetapkan diagnosis penyakit yang merupakan hak khusus para dokter.
Tidak mudah dalam menetapkan diagnosis karena diperlukan beberapa usaha, seperti wawancara, pemeriksaan badan dan penunjang. Begitu pula dalam menetapkan seorang muslim murtad/kafir, diperlukan beberapa usaha bukan hanya berdasarkan pengamatan.
Maka cukuplah ini sebagai kesaksian saya tentang betapa bodohnya kaum khawarij dalam perkara agama walaupun dalam perkara dunia mereka tidak sebodoh dalam perkara agama. Ciri-ciri ini berlaku di setiap tempat dan zaman.
[Dr. Henri Perwira Negara, S.Ked - Ketua MMS]
Ini terjadi ketika saya bertugas di Aleppo (Halab) awal 2014. Saya pergi ke pasar dengan berjalan kaki dengan seorang pria bernama Waliyuddin, pemuda dari Polandia yang sempat tinggal Di Norwegia sebelum tiba di Suriah. Pria ini masuk Islam setelah mendapat hidayah dari Allah, namun sayangnya dia menggali ilmu Islam hanya dari internet, suatu kebodohan yang banyak terjadi.
Sekembali dari pasar, Kami melewati pos penjagaan Jaisyul Hurr/FSA dan saya menyampaikan salam kepada mereka. Tapi Waliyuddin ini malah menganggap heran perbuatan saya tersebut.
"Abdul Hadi (nama saya di Aleppo, pemberian dari salah satu tokoh Suriah), why you give them salam?" Tanyanya.
"Because they are Moslem." jawaban saya.
"No, they are not Moslem." sanggahnya.
"Why?" tanya saya
"Because they want democracy, they fight for democracy, they didn't salat, they are smoker, they drunk alcohol. They are murtadeen" jawabnya.
"Are you sure what you say?" saya mencoba konfirmasi
"Yes, I am sure." yakin nya.
"It's takfeer, Yaa Akhy. It's forbidden for us. Only 'Ulama can do that after they fill the requirements." saya coba jelaskan
"I have fatwa from 'Ulama in Daulah (Daulah khawarij) about they heathendom." sanggahnya lagi
"Who are they?" selidik saya
"I forgot." kilahnya.
"Have they done iqomatul hujjah to Jaisyul Hurr/FSA?" selidik saya lagi.
"I don't know. And I will kill them when I with Daulah attack Aleppo" jawabnya.
"What? Are you sure about that?" konfirmasi lagi
"Yes, of course." jawabnya berapi-api.
"اِنَّا لِلّٰهِ وَ اِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ.
That's bad idea. Please, don't do that." pinta saya
"No, it's jihad." sanggahnya lagi.
"Okay, that's from you not from Al quran and as sunnah" sanggah saya
Dan akhirnya dialog kami berhenti karena tiba di markas dan disambut oleh Saudara-saudara kami, para Mujahidin.
Perhatikan kebodohan kaum khawarij ini, mengkafirkan Muslim lain yang bukan merupakan haknya Sebagaimana orang-orang menetapkan diagnosis penyakit yang merupakan hak khusus para dokter.
Tidak mudah dalam menetapkan diagnosis karena diperlukan beberapa usaha, seperti wawancara, pemeriksaan badan dan penunjang. Begitu pula dalam menetapkan seorang muslim murtad/kafir, diperlukan beberapa usaha bukan hanya berdasarkan pengamatan.
Maka cukuplah ini sebagai kesaksian saya tentang betapa bodohnya kaum khawarij dalam perkara agama walaupun dalam perkara dunia mereka tidak sebodoh dalam perkara agama. Ciri-ciri ini berlaku di setiap tempat dan zaman.
[Dr. Henri Perwira Negara, S.Ked - Ketua MMS]
Posting Komentar