Menghancurkan Indonesia Itu Mudah Saja
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/05/menghancurkan-indonesia-itu-mudah-saja.html
Cuplikan Kisah Seputar Mendidik Anak
"Menghancurkan Indonesia Itu Mudah Saja"
"Maaf pak, boleh saya minta tolong, acara TV nya bisa diganti gak ya pak sama acara yang lebih cocok buat anak-anak. Maaf ya pak merepotkan"
Sudah beberapa kali kalimat serupa saya sampaikan ke pemilik restoran secara santun untuk memindahkan siaran TV yang tidak berkualitas saat kami makan di restoran. Kadang saya meminta anak-anak menundukan pandangan dan mengatakan bahwa tayangan tersebut bukan untuk anak-anak. Namun daya tarik multimedia memang besar sehingga saya lebih memilih untuk meminta sang pemilik restoran untuk memindahkan ke channel lain. Jika memang tidak bersedia, maka saya pun bersedia untuk segera meninggalkan restoran tersebut dan membungkus seluruh makanan yang dipesan.
Pernah juga kami berkunjung ke kerabat, dimana seperti kebanyakan rumah tangga, TV hampir menyala sepanjang bangun tidur sampai tidur lagi. Saat itu kerabat sedang menyalakan sinetron. Saya sudah merasa tidak nyaman kemudian mengalihkan anak-anak untuk berkegiatan lain. Alhamdulillah ibu saya sangat mengerti kegelisahan saya. Beliau meminta kerabat tersebut mematikan TV. "Punten ieu incu-incu saya mah teu nonton sinetron. Pareuman we nya" kata neneknya anak-anak. Alhamdulillah saya pun lega karena saya tidak perlu meminta pada kerabat yang lebih tua untuk mempertahankan prinsip kami. Ada beberapa kerabat yang kami cukup merasa nyaman untuk meminta mereka mematikan atau memindahkan chanel TV, namun banyak juga karena keunikan jenis hubungan kekerabatan, kami sungkan untuk meminta tolong mengganti channel atau mematikan TV. Terhadap jenis kerabat seperti ini biasanya kami selalu membawa banyak mainan untuk dimainkan di rumah kerabat agar anak-anak tidak banyak menonton televisi atau bermain online games. Selain itu jika suasana sangat tidak kondusif untuk menjaga pandangan dan pendengaran anak-anak kami, maka kami memilih untuk berkunjung dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Kami sangat percaya bahwa apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar sangat berpengaruh pada apa yang akan mereka pikirkan. Apa yang mereka pikirkan akan mempengaruhi apa yang mereka niatkan. Apa yang mereka niatkan akan mempengaruhi apa yang mereka lakukan. Maka kami memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar. Kami tidak memasang antena TV, karena terlalu banyak iklan dan tayangan yang merusak kesucian fitrah anak-anak. Kami juga tidak menonton TV kabel meski bernilai edukasi karena kami tidak suka bila jadwal hidup kami diatur oleh siaran TV. Kami sangat percaya bahwa beragam kreatifitas akan muncul saat kami mematikan televisi.
Sekilas saya pernah melihat sinetron saat saya sedang berbelanja. Miris sekali rasanya melihat tokoh-tokoh berhijab membangun hubungan pacaran islami dalam pandangan mereka. Sinetron seolah menjadi legalisasi bahwa kita boleh melakukannya. Belum lagi banyaknya cerita kehidupan sekolah yang dekat dengan berbagai kasus bullying. Sama sekali tidak menggambarkan bahwa sekolah adalah tempat menyemai benih pejuang peradaban.
Oh.... negeriku...... musuh kita tau bahwa karena bonus demografi, sekitar tahun 2025 diperkirakan Indonesia akan memiliki angka usia produktif terbanyak di seluruh dunia. Maka mereka yang takut dengan besarnya jumlah umat islam Indonesia, ingin menghancurkan bangsa ini secara sistematis dan merata tanpa mengangkat senjata. Mereka hancurkan mental bangsa dengan berbagai tayangan sampah yang mengajarkan kebobrokan etika. Belum lagi tayangan komedi show yang sama sekali tak memiliki nilai manfaat.
Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Perbanyak tayangan sinetron yang mencuci habis otak-otak anak kita agar bermental bully, konsumtif, bermegah-megahan dan juga yang merangsang cepat hasrat seksual mereka. Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Buat anak-anak merasa lelah dengan beban tugas dan pelajaran sehingga mereka tak lagi memiliki waktu dan tenaga untuk mengeskplorasi alam ini dan melihat permasalahan dunia ini. Mereka hanya akan memiliki tenaga sepulah sekolah untuk duduk berjam-jam di depan televisi atau video games. Menghancurkan indonesia itu mudah saja. Perbanyak video games seru yang menyuguhkan pronografi agar otak mereka rusak dan tak lagi mampu befikir besar tentang ummat ini. Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Sisipkan virus-virus konten porno pada segala sesuatu yang berhubungan dengan mereka seperti buku pelajaran, film kartun, buku komik, games online sampai mainan dan jajanan. Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Perbanyak warnet tanpa supervisi yang menyuguhkan 24 jam online games dan pornografi serta mengijinkan anak-anak sekolah membolos dan main sepuasanya di jam sekolah. Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Buat anak-anak Indonesia menjadi candu dengan gadjet dan multimedia sehingga ia tidak lagi memiliki kepekaan terhadap lingkunganya, bangsanya, apalagi isu kemanusiaan di muka bumi ini.
Menghancurkan anak-anak kita itu mudah saja. Cukup dengan tidak peduli terhadap apa yang mereka lihat, mereka dengar dan mereka baca atau bahkan menonton tayangan sampah bersama mereka.
Jika hal ini tidak kita selesaikan mmaka 2046 kita akan kesulitan mencari sosok pemimpin berkualitas untuk negeri ini. Jikalau ada segenlintir orang-orang asing hari ini yang menyiapkan pemimpin negeri. Maka ia akan punya PR besar memimpin rakyat yang otak dan mentalnya hancur karena tayangan televisi.
Batujajar Jawa Barat
Sang penjelajah hikmah
Kiki Barkiah
"Menghancurkan Indonesia Itu Mudah Saja"
"Maaf pak, boleh saya minta tolong, acara TV nya bisa diganti gak ya pak sama acara yang lebih cocok buat anak-anak. Maaf ya pak merepotkan"
Sudah beberapa kali kalimat serupa saya sampaikan ke pemilik restoran secara santun untuk memindahkan siaran TV yang tidak berkualitas saat kami makan di restoran. Kadang saya meminta anak-anak menundukan pandangan dan mengatakan bahwa tayangan tersebut bukan untuk anak-anak. Namun daya tarik multimedia memang besar sehingga saya lebih memilih untuk meminta sang pemilik restoran untuk memindahkan ke channel lain. Jika memang tidak bersedia, maka saya pun bersedia untuk segera meninggalkan restoran tersebut dan membungkus seluruh makanan yang dipesan.
Pernah juga kami berkunjung ke kerabat, dimana seperti kebanyakan rumah tangga, TV hampir menyala sepanjang bangun tidur sampai tidur lagi. Saat itu kerabat sedang menyalakan sinetron. Saya sudah merasa tidak nyaman kemudian mengalihkan anak-anak untuk berkegiatan lain. Alhamdulillah ibu saya sangat mengerti kegelisahan saya. Beliau meminta kerabat tersebut mematikan TV. "Punten ieu incu-incu saya mah teu nonton sinetron. Pareuman we nya" kata neneknya anak-anak. Alhamdulillah saya pun lega karena saya tidak perlu meminta pada kerabat yang lebih tua untuk mempertahankan prinsip kami. Ada beberapa kerabat yang kami cukup merasa nyaman untuk meminta mereka mematikan atau memindahkan chanel TV, namun banyak juga karena keunikan jenis hubungan kekerabatan, kami sungkan untuk meminta tolong mengganti channel atau mematikan TV. Terhadap jenis kerabat seperti ini biasanya kami selalu membawa banyak mainan untuk dimainkan di rumah kerabat agar anak-anak tidak banyak menonton televisi atau bermain online games. Selain itu jika suasana sangat tidak kondusif untuk menjaga pandangan dan pendengaran anak-anak kami, maka kami memilih untuk berkunjung dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Kami sangat percaya bahwa apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar sangat berpengaruh pada apa yang akan mereka pikirkan. Apa yang mereka pikirkan akan mempengaruhi apa yang mereka niatkan. Apa yang mereka niatkan akan mempengaruhi apa yang mereka lakukan. Maka kami memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar. Kami tidak memasang antena TV, karena terlalu banyak iklan dan tayangan yang merusak kesucian fitrah anak-anak. Kami juga tidak menonton TV kabel meski bernilai edukasi karena kami tidak suka bila jadwal hidup kami diatur oleh siaran TV. Kami sangat percaya bahwa beragam kreatifitas akan muncul saat kami mematikan televisi.
Sekilas saya pernah melihat sinetron saat saya sedang berbelanja. Miris sekali rasanya melihat tokoh-tokoh berhijab membangun hubungan pacaran islami dalam pandangan mereka. Sinetron seolah menjadi legalisasi bahwa kita boleh melakukannya. Belum lagi banyaknya cerita kehidupan sekolah yang dekat dengan berbagai kasus bullying. Sama sekali tidak menggambarkan bahwa sekolah adalah tempat menyemai benih pejuang peradaban.
Oh.... negeriku...... musuh kita tau bahwa karena bonus demografi, sekitar tahun 2025 diperkirakan Indonesia akan memiliki angka usia produktif terbanyak di seluruh dunia. Maka mereka yang takut dengan besarnya jumlah umat islam Indonesia, ingin menghancurkan bangsa ini secara sistematis dan merata tanpa mengangkat senjata. Mereka hancurkan mental bangsa dengan berbagai tayangan sampah yang mengajarkan kebobrokan etika. Belum lagi tayangan komedi show yang sama sekali tak memiliki nilai manfaat.
Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Perbanyak tayangan sinetron yang mencuci habis otak-otak anak kita agar bermental bully, konsumtif, bermegah-megahan dan juga yang merangsang cepat hasrat seksual mereka. Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Buat anak-anak merasa lelah dengan beban tugas dan pelajaran sehingga mereka tak lagi memiliki waktu dan tenaga untuk mengeskplorasi alam ini dan melihat permasalahan dunia ini. Mereka hanya akan memiliki tenaga sepulah sekolah untuk duduk berjam-jam di depan televisi atau video games. Menghancurkan indonesia itu mudah saja. Perbanyak video games seru yang menyuguhkan pronografi agar otak mereka rusak dan tak lagi mampu befikir besar tentang ummat ini. Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Sisipkan virus-virus konten porno pada segala sesuatu yang berhubungan dengan mereka seperti buku pelajaran, film kartun, buku komik, games online sampai mainan dan jajanan. Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Perbanyak warnet tanpa supervisi yang menyuguhkan 24 jam online games dan pornografi serta mengijinkan anak-anak sekolah membolos dan main sepuasanya di jam sekolah. Menghancurkan Indonesia itu mudah saja. Buat anak-anak Indonesia menjadi candu dengan gadjet dan multimedia sehingga ia tidak lagi memiliki kepekaan terhadap lingkunganya, bangsanya, apalagi isu kemanusiaan di muka bumi ini.
Menghancurkan anak-anak kita itu mudah saja. Cukup dengan tidak peduli terhadap apa yang mereka lihat, mereka dengar dan mereka baca atau bahkan menonton tayangan sampah bersama mereka.
Jika hal ini tidak kita selesaikan mmaka 2046 kita akan kesulitan mencari sosok pemimpin berkualitas untuk negeri ini. Jikalau ada segenlintir orang-orang asing hari ini yang menyiapkan pemimpin negeri. Maka ia akan punya PR besar memimpin rakyat yang otak dan mentalnya hancur karena tayangan televisi.
Batujajar Jawa Barat
Sang penjelajah hikmah
Kiki Barkiah
Posting Komentar