Pro Kontra Ritual Nishfu Sya'ban


๐Ÿƒ๐ŸŒบPRO KONTRA RITUAL NISHFU SYAโ€™BAN๐ŸŒบ๐Ÿƒ

๐Ÿ’ฆ๐Ÿ’ฅ๐Ÿ’ฆ๐Ÿ’ฅ๐Ÿ’ฆ๐Ÿ’ฅ

Di beberapa negara Islam,  umat Islam memiliki tradisi berkumpul di masjid atau di surau pada tiap baโ€™da maghrib di malam nishfu syaโ€™ban (malam ke lima belas bulan Sya'ban). Mereka membaca surat Yasin, lalu shalat dua rakaat dengan tujuan agar panjang umur, lalu shalat dua rakaat lagi agar kaya selain itu mereka berdoa dengan doa-doa khusus untuk malam nishfu syaโ€™ban. Apakah ini semua memiliki dalil dari Al Quran, As Sunnah, atau pernah diperbuat oleh sahabat, atau tabiโ€™in, atau tabiโ€™ut tabiโ€™in, atau  para imam madzhab? Ataukah ini kekeliruan dan perkara yang diada-adakan? (baca: bidโ€™ah)

๐Ÿ“Œ Pihak Yang Membid'ahkan

Kelompok ini menilai bahwa aktifitas tersebat adalah mengada-ada, menciptakan syariat baru dalam ibadah.

โœ–๏ธ Nabi dan para sahabat tidak pernah melakukan

โœ–๏ธ Jika itu baik, tentu mereka akan melakukannya sebab mereka generasi terbaik (baik ilmu dan akhlak), dan mustahil kebaikan itu luput dari mereka

โœ–๏ธ ayat dan hadits-hadits shahih menunjukkan Islam sudah sempurna  maka jangan tambah-tambahkan lagi

โœ–๏ธ Hadits-hadits tentang nishfu Sya'ban semuanya lemah

๐Ÿ“Œ Pihak yang membolehkan dan dalil-dalilnya

  Kaum muslimin yang gemar melakukan ritual nishfu syaโ€™ban memiliki banyak alasan, di antaranya adalah hadits-hadits berikut:
ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’
ููŽู‚ูŽุฏู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู‹ ููŽุฎูŽุฑูŽุฌู’ุชู ููŽุฅูุฐูŽุง ู‡ููˆูŽ ุจูุงู„ู’ุจูŽู‚ููŠุนู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽูƒูู†ู’ุชู ุชูŽุฎูŽุงูููŠู†ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุญููŠููŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ูู‡ู ู‚ูู„ู’ุชู ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุฅูู†ูู‘ูŠ ุธูŽู†ูŽู†ู’ุชู ุฃูŽู†ูŽู‘ูƒูŽ ุฃูŽุชูŽูŠู’ุชูŽ ุจูŽุนู’ุถูŽ ู†ูุณูŽุงุฆููƒูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูŽ ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ ูŠูŽู†ู’ุฒูู„ู ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉูŽ ุงู„ู†ูู‘ุตู’ูู ู…ูู†ู’ ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ููŽูŠูŽุบู’ููุฑู ู„ูุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ู…ูู†ู’ ุนูŽุฏูŽุฏู ุดูŽุนู’ุฑู ุบูŽู†ูŽู…ู ูƒูŽู„ู’ุจู
 
Dari โ€˜Aisyah, dia berkata: โ€œSuatu malam aku tidak menemukan Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam, maka aku keluar, dan  dia sedang berada di Baqiโ€™, beliau bersabda: โ€˜Apakah engkau takut Allah dan RasulNya melindungimu?โ€™ Aku berkata: โ€˜Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menyangka engkau mendatangi sebagian isterimu.โ€™ Lalu beliau bersabda: โ€˜Susungguhnya Allah โ€˜Azza wa Jalla turun pada malam nishfu syaโ€™ban menuju langit dunia, dia memberikan ampunan melebihi banyaknya bulu Anjing yang diternak.โ€  (HR. At Tirmidzi No. 736. Ibnu Majah No. 1389. Ahmad No. 24825)

  Hadits ini didhaโ€™ifkan oleh para imam hadits, lantaran para periwayatnya tidaklah saling mendengar langsung di antara mereka.

  Imam At Tirmidzi Rahimahullah berkata:

ุณูŽู…ูุนู’ุช ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู‹ุง ูŠูุถูŽุนูู‘ูู ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซูŽ ูˆ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ูƒูŽุซููŠุฑู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู’ ู…ูู†ู’ ุนูุฑู’ูˆูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุฌูŽู‘ุงุฌู ุจู’ู†ู ุฃูŽุฑู’ุทูŽุงุฉูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู’ ู…ูู†ู’ ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ูƒูŽุซููŠุฑู
 
โ€œAku mendengar Muhammad (yakni Imam Bukhari, pen) mendhaโ€™ifkan hadits ini. Dia mengatakan Yahya bin Abi Katsir tidaklah mendengarkannya dari โ€˜Urwah, dan Al Hajaj bin Arthah tidaklah mendengarkannya dari Yahya bin Abi Katsir.โ€  (Sunan At Tirmidzi pembahasan No. 736)

  Syaikh Al Albany Rahimahullah juga mendhaifkan hadits ini. (Misykah Al Mashabih, No  1299)

  Yahya bin Abi Katsir adalah seorang mudallis.  (Majmaโ€™ Az Zawaid, 1/86)

  Begitu pula Al Hajaj bin Arthah, dia juga seorang mudallis.    (Ibid, 4/170)

  Mudallis adalah orang yang suka menutupi cacat yang ada pada sebuah hadits.

  Syaikh al Albany mengatakan bahwa Al Hajaj bin Arthah tidak bisa dijadikan hujjah (dalil).  (Irwaโ€™ul Ghalil , 4/298)

  Hadits lainnya:

ุนูŽู†ู’ ุนูŽู„ููŠูู‘ ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ุทูŽุงู„ูุจู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฅูุฐูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู†ูู‘ุตู’ูู ู…ูู†ู’ ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ููŽู‚ููˆู…ููˆุง ู„ูŽูŠู’ู„ูŽู‡ูŽุง ูˆูŽุตููˆู…ููˆุง ู†ูŽู‡ูŽุงุฑูŽู‡ูŽุง ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูŽ ูŠูŽู†ู’ุฒูู„ู ูููŠู‡ูŽุง ู„ูุบูุฑููˆุจู ุงู„ุดูŽู‘ู…ู’ุณู ุฅูู„ูŽู‰ ุณูŽู…ูŽุงุกู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ููŽูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฃูŽู„ูŽุง ู…ูู†ู’ ู…ูุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ู„ููŠ ููŽุฃูŽุบู’ููุฑูŽ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽู„ูŽุง ู…ูุณู’ุชูŽุฑู’ุฒูู‚ูŒ ููŽุฃูŽุฑู’ุฒูู‚ูŽู‡ู ุฃูŽู„ูŽุง ู…ูุจู’ุชูŽู„ู‹ู‰ ููŽุฃูุนูŽุงูููŠูŽู‡ู ุฃูŽู„ูŽุง ูƒูŽุฐูŽุง ุฃูŽู„ูŽุง ูƒูŽุฐูŽุง ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽุทู’ู„ูุนูŽ ุงู„ู’ููŽุฌู’ุฑู

Dari Ali bin Abi Thalib, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam bersabda: โ€œJika datang malam nishfu syaโ€™ban maka shalatlah kalian pada malam harinya, dan berpuasalah pada siang harinya, karena sesungguhnya Allah turun ke langit dunia p
ada saat terbenamnya matahari, dan berkata: tidaklah orang yang minta ampunan kepadaKu maka Aku ampuni dia, tidaklah orang yang meminta rezeki maka Aku akan berikan dia rezeki, tidaklah orang yang mendapat musibah maka Aku akan memberinya pertolongan, dan tidaklah ini dan itu, hingga terbitnya matahari.โ€  (HR. Ibnu Majah No. 1388. Al Bahiaqi, Syuโ€™abul Iman, No. 3664)

  Dalam sanad hadits ini terdapat Abu Bakar Ibnu Abi Sabrah.
Imam al Haitsami menyebutnya sebagai  matruk (haditsnya ditinggalkan/semi palsu)  (Majmaโ€™ Az Zawaid, 1/213), dan kadzab (pendusta).  (Ibid, 6/268)

Pentahqiq Tahdzibul Kamal, yakni Dr. Basyar โ€˜Awad Maโ€™ruf mengatakan bahwa Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Yahya bin Maโ€™in menyebut Ibnu Abi Sabrah sebagai pemalsu hadits.

Shalih bin Ahmad bin Muhammad bin Hambal berkata: โ€œBapakku berkata kepadaku bahwa Ibnu Abi Sabrah adalah pemalsu hadits.โ€   (Al Jarh wat Taโ€™dil,   7/ 306)

  Imam Zainuddin Al โ€˜Iraqi mengatakan dalam Takhrijul Ihyaโ€™, bahwa hadits ini bathil dan sanadnya dhaโ€™if.    (Takhrij Ahadits Al Ihyaโ€™ No. 630)

  Imam Ibnu Rajab dalam Lathaiful Maโ€™arif  menyatakan bahwa hadits ini dhaโ€™if, dan Imam Al Mundziri mengisyaratkan kedhaโ€™ifan hadits ini dalam At Targhib.  (As Silsilah Adh Dhaifah  No. 2132)

Hadits lainnya:

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู…ููˆุณูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ุนูŽุฑููŠูู‘ ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูŽ ู„ูŽูŠูŽุทูŽู‘ู„ูุนู ูููŠ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู†ูู‘ุตู’ูู ู…ูู†ู’ ุดูŽุนู’ุจูŽุงู†ูŽ ููŽูŠูŽุบู’ููุฑู ู„ูุฌูŽู…ููŠุนู ุฎูŽู„ู’ู‚ูู‡ู ุฅูู„ูŽู‘ุง ู„ูู…ูุดู’ุฑููƒู ุฃูŽูˆู’ ู…ูุดูŽุงุญูู†ู

Dari Abu Musa al โ€˜Asyโ€™ari, dari Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam, dia bersabda: โ€œSesungguhnya Allah tampak pada malam nishfu syaโ€™ban, Dia mengampuni seluruh makhlukNya kecuali orang musyrik dan pendengki.โ€   (HR. Ath Thabarani, Al Muโ€™ja Al Awsath, No. 6967. Al Baihaqi, Syuโ€™abul Iman, No. 3672. Sementara riwayat Ahmad: โ€œKecuali orang musyrik dan pembunuh jiwa.โ€)

Dalam sanad-nya terdapat Ibnu Lahiโ€™ah dan dia seorang rawi yang dhaโ€™if.   (Majmaโ€™ Az Zawaid, 1/92)

Imam Yahya bin Maโ€™in mengatakan: โ€˜Haditsnya bukanlah apa-apa.โ€   (Lisanul Mizan, 1/356)

Syaikh al Albany Rahimahullah mengatakan hadits ini dhaโ€™if. Hadits di atas sebenarnya diriwayatkan oleh beberapa sahabat nabi.  (Misykah Al Mashabih, No. 1306). Riwayat Ahmad pun juga dhaif. (Ibid, No. 1307)

Imam al Haitsami menguraikan, hadits seperti di atas juga diriwayatkan dari jalur  Abu Bakar Ash Shiddiq dengan redaksi: โ€œKecuali orang musyrik dan orang yang mendengki saudaranya.โ€ Diriwayatkan oleh Al Bazzar, dalam rawinya ada Abdul Malik bin Abdul Malik, Ibnu Abi Hatim menyebutkan tentang dia dalam Al Jarh wat Taโ€™dil tapi dia  tidak mendhaโ€™ifkannya. Sementara rawi lainnya adalah tsiqat (terpercaya).

Juga diriwayatkan dari jalur Abu Hurairah, diriwayatkan pula oleh Al Bazzar, dalam sanadnya terdapat Hisyam bin Abdurrahman, berkata Imam Al Haitsami: โ€œAku tidak mengenalnya.โ€ Namun rawi lainnya tsiqat.

Juga diriwayatkan dari jalur โ€˜Auf bin Malik, diriwayatkan oleh Al Bazzar pula, dalam sanadnya terdapat Abdurrahman bin Ziyad bin Anโ€™am. Ahmad bin Shalih menilainya tsiqah, tetapi mayoritas imam ahli hadits mendhaโ€™ifkannya, juga terdapat Ibnu Luhaiโ€™ah yang dhaโ€™if. Namun rawi lainnya tsiqat.
Juga diriwayatkan dari jalur Muโ€™adz bin Jabal, diriwayatkan oleh Ath Thabarani dalam Al Awsath dan Al Kabir, rawi kedua sanad ini tsiqat.

Juga diriwayatkan dari jalur Ibnu Umar, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan redaksi: โ€œKecuali dua orang yakni pendengki dan pembunuh jiwa.โ€ Dalam sanadnya terdapat Ibnu Luhaiโ€™ah yang dhaif, dan rawi lainnya bisa dipercaya.
Juga diriwayatkan dari jalur Abu Tsaโ€™labah, diriwayatkan oleh Ath Thabarani dengan redaksi: โ€œ(Allah) mengampuni orang-orang beriman, dan memperlambat orang kafir, dan membiarkan orang-orang yang dengki dengan kedengkiannya, sampai ia meninggalkan perasaan dengkinya itu.โ€ Dalam sanadnya terdapat Al Ahwash bin Hakim, dan dia dhaโ€™if.    (Majmaโ€™ Az Zawaid, 8/65)

โœ… Tapi, banyaknya jalur ini dianggap satu sama lain saling menguatkan, sehingga Syaikh Al Albani menshahihkan dalam penelitiannya yang lain.  Lihat As Silsilah Ash Shahihah, 3/135, No. 1144. Darul Maโ€™arif. Juga ki
tab beliau Shahih Al Jamiโ€™ Ash Shaghir wa Ziyadatuhu, 2/785. Al Maktab Al Islami.

Dalam riwayat dari Utsman bin Muhammad bin Al Mughirah bin Al Akhnas, beliau berkata:

ุชู‚ุทุน ุงู„ุขุฌุงู„ ู…ู† ุดุนุจุงู† ุฅู„ู‰ ุดุนุจุงู†

 โ€œAjal manusia ditetapkan dari bulan syaโ€™ban ke bulan syaโ€™ban yang lain.โ€   (HR. AL Baihaqi, Syuโ€™abul Iman, No. 3681)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini mursal.  (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Quran Al โ€˜Azhim,  7/246).
Hadits mursal adalah hadits yang sanadnya gugur di thabaqat  (henerasi/lapisan) akhirnya setelah tabiโ€™in (tabiโ€™in adalah generasi setelah sahabat nabi). Maksudnya, hadits tersebut diriwayatkan dari seorang tabiโ€™in  langsung ke Rasulullah tanpa melalui seorang sahabat Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam.   Contoh seorang genarasi tabiโ€™in berkata: Rasulullah bersabda โ€ฆ., inilah mursal, sedangkan hadits yang biasa kita dengar adalah dari seorang sahabat Nabi:  Rasulullah bersabda โ€ฆ.., mayoritas ahli hadits dan fuqaha menyatakan bahwa hadits mursal adalah dhaif, demikian juga pendapat Imam Asy Syafiโ€™i. Sedangkan menurut Malik, Abu Hanifah dan segolongan ulama, hadits mursal adalah shahih. Lihat hal ini dalam karya Imam An Nawawi, At Taqrib wat Taisir โ€ฆ, Hal. 3)

Menurut jumhur (mayoritas) ulama dan kalangan Asy Syafiโ€™iyah, hadits mursal  adalah salah satu hadits dhaโ€™if .

Hadits mursal adalah hadits yang rawinya pada tingkatan setelah tabiโ€™in tidak disebutkan (digugurkan). Sehingga tidak bisa dipastikan apakah tabiโ€™in tersebut mendengar langsung atau tidak.

Jadi, validitas hadits-hadits  ini sangat diragukan, seandai pun shahih atau hasan, toh hadits ini sama sekali tidak menyebutkan tentang ritual khusus pada nishfu syaโ€™ban, hanya menyebut keutamaannya saja.

Demikianlah kedhaifan hadits-hadits tentang nishfu syaโ€™ban. Kita bisa mengetahui bahwa acara berkumpulnya menusia baโ€™da shalat maghrib betepatan dengan malam kelima belas bulan syaโ€™ban, mereka melakukan shalat, membaca yasin, dan menyedaikan air dengan berbagai wadah, adalah acara yang tidak mempunyai sandaran kuat. Sehingga wajar jika merutinkan dan melazimkan acara tersebut setiap tahun pada tiap nishfu syaโ€™ban, ada sebagian ulama yang menyebutnya sebagai perbuatan mengada-ngada (bidโ€™ah) seperti Imam Ibnu Taimiyah, Imam An Nawawi, Syaikh Yusuf al Qaradhawy, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih โ€˜Utsaimin, Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albany, para ulama di Majmaโ€™ buhuts- Mesir, dan para ulama di Lajnah Daimah- Saudi Arabia dan lain-lain.

๐Ÿ“Œ Fatwa Para Ulama Tentang Acara Nishfu Syaโ€™ban

  Pada prinsipnya beribadah pada malam apa pun โ€“ termasuk pada malam nishfu syaโ€™ban- adalah disyariatkan dan dianjurkan. Baik itu membaca Al Quran, shalat tahujjud, dan semua amal shalih lainnya. Namun yang  menjadi masalah adalah ketika โ€˜mengkhususkanโ€™ malam tersebut untuk beribadah tertentu dengan doa tertentu pula, tanpa didasarkan  sandaran yang kuat. Mengkhususkan shalat Jumat pada hari Jumat adalah benar, mengkhususkan puasa sunah pada hari senin dan kamis adalah benar, mengkhususkan shalat dhuha pada waktu dhuha (pagi) adalah benar, dan contoh lainnya, semua ini adalah benar karena memang memiliki sandaran syarโ€™i (legitimasi) dalam sumber agama (Al Quran dan As Sumah). Tetapi ketika mengkhususkan ibadah pada waktu tertentu, dengan acara tertentu, maka harus memiliki dalil yang pasti dalam agama.

  Dalam kaidah disebutkan:

ููŽุงู„ู’ุฃูŽุตู’ู„ู ูููŠ ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูŽุงุชู ุงู„ู’ุจูุทู’ู„ูŽุงู†ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽู‚ููˆู…ูŽ ุฏูŽู„ููŠู„ูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑู

โ€œPada dasarnya semua bentuk  ibadah adalah batil (terlarang), sampai adanya dalil yang menunjukkan perintahnya.โ€  (Imam Ibnul Qayyim, Iโ€™lamul Muwaqiโ€™in, 1/344. Maktabah Al Kulliyat Al Azhariyah)

  Dengan kaidah inilah para ulama sangat berhati-hati dalam urusan perkara ibadah yang pada masa-masa Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam dan sahabat tidak pernah ada. Sebab jika ibadah tersebut baik dan benar, pastilah Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam  paling tahu tentang itu dan tidak akan lupa mencontohkan atau memerintahkan kepada umatnya.

๐Ÿ“ŒMenggunakan Hadits Dhaโ€™if untuk Menggalakkan Amal Sh
alih?

  Biasanya kelompok yang mendukung nishfu syaโ€™ban juga berdalil dengan hal ini, ketika sudah disodorkan bahwa dalil mereka semuanya adalah lemah.

Memang, mayoritas para imam  membolehkan menggunakan hadits dhaโ€™if selama untuk masalah fadhailul aโ€™mal (menggalakan amal-amal utama). Mereka adalah Imam Ahmad, Imam Yahya al Qathan, Imam Abdurrahman bin Mahdi, Imam An Nawawi, Imam As Suyuthi, Imam Ibnus Shalah, Imam Izzuddin bin Abdissalam, Imam Ibnu Daqiq al โ€˜Id, dan lain-lain. Namun demikian, mereka pun memberikan syarat yang sangat ketat yang harus dipenuhi, yakni: Pertama, hadits tersebut tidak terlalu lemah. Kedua, hadits tersebut tidak bertentangan dengan tabiat agama Islam. Ketiga, hadits tersebut tidak disandarkan sebagai ucapan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam.    Namun dalam kenyataannya syarat-syarat ini hanyalah seperti teori belaka,  faktanya sangat sulit diterapkan. Sudah menjadi kenyataan bahwa hadits-hadits yang kedhaifannya parahlah yang justru sering dijadikan hujjah. Termasuk dalam masalah nishfu syaโ€™ban ini.

  Sedangkan, para imam yang menolak penggunaan hadits dhaโ€™if dalam perkara apa pun, termasuk fadhailul aโ€™mal juga banyak, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ibnu Hazm, Syaikh al Albany, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, dan lain-lain.  Bagi mereka hadits-hadits shahih sudah cukup dan mengenyangkan bagi kita untuk menjalankan segala macam permasalahan, dan biasanya ketika manusia sibuk dengan hadits dhaโ€™if, dia akan lalai terhadap yang shahih. Akhirnya, hadits-hadits shahih mejadi asing dan hadits dhaโ€™if semakin akrab.

  Maka, bagi pihak yang menolak,  lebih baik tetap menggunakan yang shahih. Apakah sudah saking sedikitnyakah hadits shahih, sehingga hadits dhaโ€™if yang digunakan? Dalam ibadah kita membutuhkan ketenangan dan kepastian status hukumnya, oleh karena itu akan lebih tenang di hati dan nyaman di pikiran jika kita lebih mementingkan hadits shahih dibanding dhaโ€™if. Demikian.

  ๐Ÿ“‹Berikut adalah Fatwa Para ulama tentang acara Nishfu Syaโ€™ban:

1.  Imam An Nawawi (bermadzhab syafiโ€™i)

Beliau Rahimahullah memberikan komentar tentang mengkhususkan shalat pada malam nishfu syaโ€™ban, sebagai berikut:

ุงู„ุตู„ุงุฉ ุงู„ู…ุนุฑูˆูุฉ ุจุตู„ุงุฉ ุงู„ุฑุบุงุฆุจ ูˆู‡ูŠ ุซู†ุชู‰ ุนุดุฑุฉ ุฑูƒุนุฉ ุชุตู„ูŠ ุจูŠู† ุงู„ู…ุบุฑุจ ูˆุงู„ุนุดุงุก ู„ูŠู„ุฉ ุฃูˆู„ ุฌู…ุนุฉ ููŠ ุฑุฌุจ ูˆุตู„ุงุฉ ู„ูŠู„ุฉ ู†ุตู ุดุนุจุงู† ู…ุงุฆุฉ ุฑูƒุนุฉ ูˆู‡ุงุชุงู† ุงู„ุตู„ุงุชุงู† ุจุฏุนุชุงู† ูˆู…ู†ูƒุฑุงู† ู‚ุจูŠุญุชุงู† ูˆู„ุง ูŠุบุชุฑ ุจุฐูƒุฑู‡ู…ุง ููŠ ูƒุชุงุจ ู‚ูˆุช ุงู„ู‚ู„ูˆุจ ูˆุงุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู† ูˆู„ุง ุจุงู„ุญุฏูŠุซ ุงู„ู…ุฐูƒูˆุฑ ููŠู‡ู…ุง ูุงู† ูƒู„ ุฐู„ูƒ ุจุงุทู„

โ€œShalat yang sudah dikenal dengan sebutan shalat Raghaโ€™ib yaitu shalat 12 rakaat yang dilakukan antara Maghrib dan Isyaโ€™, yakni malam awal hari Jumat pada bulan Rajab, dan shalat malam pada nishfu syaโ€™ban seratus rakaat, maka dua shalat ini adalah bidโ€™ah munkar yang buruk, janganlah terkecoh karena keduanya disebutkan dalam kitab Qutul Qulub  dan Ihya Ulumuddin , dan tidak ada satu pun hadits yang menyebutkan dua shalat ini, maka semuanya adalah batil.โ€    (Imam An Nawawi, Al Majmuโ€™ Syarh Al Muhadzdzab, 4/56)

Demikian komentar Imam An Nawawi.

2.  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (madzhab Hambali)

Beliau Rahimahullahi ditanya tentang shalat dimalam nishfu syaโ€™ban, beliau menjawab:

ุฅุฐูŽุง ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉูŽ ุงู„ู†ูู‘ุตู’ูู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ุฃูŽูˆู’ ูููŠ ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุฉู ุฎูŽุงุตูŽู‘ุฉู ูƒูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽูู’ุนูŽู„ู ุทูŽูˆูŽุงุฆููู ู…ูู†ู’ ุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽูู ููŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ู . ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ูุงุฌู’ุชูู…ูŽุงุนู ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุณูŽุงุฌูุฏู ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูŽู„ูŽุงุฉู ู…ูู‚ูŽุฏูŽู‘ุฑูŽุฉู . ูƒูŽุงู„ูุงุฌู’ุชูู…ูŽุงุนู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูุงุฆูŽุฉู ุฑูŽูƒู’ุนูŽุฉู ุจูู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉู ุฃูŽู„ู’ูู : { ู‚ูู„ู’ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุฃูŽุญูŽุฏูŒ } ุฏูŽุงุฆูู…ู‹ุง . ููŽู‡ูŽุฐูŽุง ุจูุฏู’ุนูŽุฉูŒ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุญูุจูŽู‘ู‡ูŽุง ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุฃูŽุฆูู…ูŽู‘ุฉู . ูˆูŽุงูŽู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู .

  โ€œJika manusia shalat malam nishfu seorang diri atau jamaah secara khusus sebagaimana yang dilakukan segolongan salaf, maka itu baik. Ada pun berkumpul di masjid untuk melakukan shalat yang sudah ditentukan, seperti berjamaah sebanyak seratus rakaat dengan membaca seribu kali Qul Huwallahu Ahad, maka ini adalah bidโ€™ah yang tidak pernah dianjurkan seorang pun kaum salaf (terdahulu). Wallahu Aโ€™lam.โ€   (Imam Ibnu Taimiyah, Majmuโ€™ Fatawa, Juz. 2, Hal. 447)

3.  Syaikh โ€˜Athiyah Saqr (Mufti Mesir)

Beliau Rahimahullah   ditanya apakah ada Rasulullah Shall
allahu โ€˜Alaihi wa Sallam mengadakan acara khusus pada malam nishfu syaโ€™ban?

Beliau menjawab (saya kutip secara ringkas):

ุซุจุช ุฃู† ุงู„ุฑุณูˆู„ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุงุญุชูู„ ุจุดู‡ุฑ ุดุนุจุงู† ุŒ ูˆูƒุงู† ุงุญุชูุงู„ู‡ ุจุงู„ุตูˆู… ุŒ ุฃู…ุง ู‚ูŠุงู… ุงู„ู„ูŠู„ ูุงู„ุฑุณูˆู„ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… ูƒุงู† ูƒุซูŠุฑ ุงู„ู‚ูŠุงู… ุจุงู„ู„ูŠู„ ูู‰ ูƒู„ ุงู„ุดู‡ุฑุŒ ูˆู‚ูŠุงู…ู‡ ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ู†ุตู ูƒู‚ูŠุงู…ู‡ ู‚ู‰ ุฃูŠุฉ ู„ูŠู„ุฉ .
ูˆูŠุคูŠุฏ ุฐู„ูƒ ู…ุง ูˆุฑุฏ ู…ู† ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ุณุงุจู‚ุฉ ูˆุฅู† ูƒุงู†ุช ุถุนูŠูุฉ ููŠุคุฎุฐ ุจู‡ุง ูู‰ ูุถุงุฆู„ ุงู„ุฃุนู…ุงู„ ุŒ ูู‚ุฏ ุฃู…ุฑ ุจู‚ูŠุงู…ู‡ุง ุŒ ูˆู‚ุงู… ู‡ูˆ ุจุงู„ูุนู„ ุนู„ู‰ ุงู„ู†ุญูˆ ุงู„ุฐู‰ ุฐูƒุฑุชู‡ ุนุงุฆุดุฉ .
ูˆูƒุงู† ู‡ุฐุง ุงู„ุงุญุชูุงู„ ุดุฎุตูŠุงุŒ ูŠุนู†ู‰ ู„ู… ูŠูƒู† ูู‰ ุฌู…ุงุนุฉ ุŒ ูˆุงู„ุตูˆุฑุฉ ุงู„ุชู‰ ูŠุญุชูู„ ุจู‡ุง ุงู„ู†ุงุณ ุงู„ูŠูˆู… ู„ู… ุชูƒู† ูู‰ ุฃูŠุงู…ู‡ ูˆู„ุง ูู‰ ุฃูŠุงู… ุงู„ุตุญุงุจุฉ ุŒ ูˆู„ูƒู† ุญุฏุซุช ูู‰ ุนู‡ุฏ ุงู„ุชุงุจุนูŠู† . ูŠุฐูƒุฑ ุงู„ู‚ุณุทู„ุงู†ู‰ ูู‰ ูƒุชุงุจู‡ "ุงู„ู…ูˆุงู‡ุจ ุงู„ู„ุฏู†ูŠุฉ"ุฌ 2 ุต 259 ุฃู† ุงู„ุชุงุจุนูŠู† ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุดุงู… ูƒุฎุงู„ุฏ ุจู† ู…ุนุฏุงู† ูˆู…ูƒุญูˆู„ ูƒุงู†ูˆุง ูŠุฌุชู‡ุฏูˆู† ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ู†ุตู ู…ู† ุดุนุจุงู† ูู‰ ุงู„ุนุจุงุฏุฉ ุŒ ูˆุนู†ู‡ู… ุฃุฎุฐ ุงู„ู†ุงุณ ุชุนุธูŠู…ู‡ุง ุŒ ูˆูŠู‚ุงู„ ุฃู†ู‡ู… ุจู„ุบู‡ู… ููŠ ุฐู„ูƒ ุขุซุงุฑ ุฅุณุฑุงุฆูŠู„ูŠุฉ . ูู„ู…ุง ุงุดุชู‡ุฑ ุฐู„ูƒ ุนู†ู‡ู… ุงุฎุชู„ู ุงู„ู†ุงุณ ุŒ ูู…ู†ู‡ู… ู…ู† ู‚ุจู„ู‡ ู…ู†ู‡ู… ุŒ ูˆู‚ุฏ ุฃู†ูƒุฑ ุฐู„ูƒ ุฃูƒุซุฑ ุงู„ุนู„ู…ุงุก ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุญุฌุงุฒุŒ ู…ู†ู‡ู… ุนุทุงุก ูˆุงุจู† ุฃุจู‰ ู…ู„ูŠูƒุฉุŒ ูˆู†ู‚ู„ู‡ ุนุจุฏ ุงู„ุฑุญู…ู† ุจู† ุฒูŠุฏ ุจู† ุฃุณู„ู… ุนู† ูู‚ู‡ุงุก ุฃู‡ู„ ุงู„ู…ุฏูŠู†ุฉ ุŒ ูˆู‡ูˆ ู‚ูˆู„ ุฃุตุญุงุจ ู…ุงู„ูƒ ูˆุบูŠุฑู‡ู… ุŒ ูˆู‚ุงู„ูˆุง : ุฐู„ูƒ ูƒู„ู‡ ุจุฏุนุฉุŒ ุซู… ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ู‚ุณุทู„ุงู†ู‰ :
ุงุฎุชู„ู ุนู„ู…ุงุก ุฃู‡ู„ ุงู„ุดุงู… ูู‰ ุตูุฉ ุฅุญูŠุงุฆู‡ุง ุนู„ู‰ ู‚ูˆู„ูŠู† ุŒ ุฃุญุฏู‡ู…ุง ุฃู†ู‡ ูŠุณุชุญุจ ุฅุญูŠุงุคู‡ุง ุฌู…ุงุนุฉ ูู‰ ุงู„ู…ุณุฌุฏุŒ ูˆูƒุงู† ุฎุงู„ุฏ ุจู† ู…ุนุฏุงู† ูˆู„ู‚ู…ุงู† ุงุจู† ุนุงู…ุฑ ูˆุบูŠุฑู‡ู…ุง ูŠู„ุจุณูˆู† ููŠู‡ุง ุฃุญุณู† ุซูŠุงุจู‡ู… ูˆูŠุชุจุฎุฑูˆู† ูˆูŠูƒุชุญู„ูˆู† ูˆูŠู‚ูˆู…ูˆู† ูู‰ ุงู„ู…ุณุฌุฏ ู„ูŠู„ุชู‡ู… ุชู„ูƒ ุŒ ูˆูˆุงูู‚ู‡ู… ุฅุณุญุงู‚ ุจู† ุฑุงู‡ูˆูŠู‡ ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ูˆู‚ุงู„ ูู‰ ู‚ูŠุงู…ู‡ุง ูู‰ ุงู„ู…ุณุงุฌุฏ ุฌู…ุงุนุฉ : ู„ูŠุณ ุฐู„ูƒ ุจุจุฏุนุฉุŒ ู†ู‚ู„ู‡ ุนู†ู‡ ุญุฑุจ ุงู„ูƒุฑู…ุงู†ู‰ ูู‰ ู…ุณุงุฆู„ู‡ . ูˆุงู„ุซุงู†ู‰ ุฃู†ู‡ ูŠูƒุฑู‡ ุงู„ุงุฌุชู…ุงุน ูู‰ ุงู„ู…ุณุงุฌุฏ ู„ู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ู‚ุตุต ูˆุงู„ุฏุนุงุก ุŒ ูˆู„ุง ูŠูƒุฑู‡ ุฃู† ูŠุตู„ู‰ ุงู„ุฑุฌู„ ููŠู‡ุง ู„ุฎุงุตุฉ ู†ูุณู‡ ุŒ ูˆู‡ุฐุง ู‚ูˆู„ ุงู„ุฃูˆุฒุงุนู‰ ุฅู…ุงู… ุฃู‡ู„ ุงู„ุดุงู… ูˆูู‚ูŠู‡ู‡ู… ูˆุนุงู„ู…ู‡ู… .

โ€œTelah pasti dari Rasulullah Shallallahu โ€˜Alaihi wa Sallam  bahwa beliau melakukan kegiatan pada bulan Syaโ€™ban yakni berpuasa. Sedangkan qiyamul lail-nya banyak beliau lakukan pada setiap bulan, dan qiyamul lailnya pada malam nisfhu syaโ€™ban sama halnya dengan qiyamul lail pada malam lain. Hal ini didukung oleh hadits-hadits yang telah saya sampaikan sebelumnya, jika hadits tersebut dhaif maka berdalil dengannya boleh untuk tema fadhailul โ€˜amal (keutamaan amal shalih), dan qiyamul lailnya beliau sebagaimana disebutkan dalam hadits dari โ€˜Aisyah yang telah saya sebutkan. Aktifitas yang dilakukannya adalah aktifitas perorangan, bukan berjamaah. Sedangkan aktifitas yang dilakukan manusia saat ini, tidak pernah ada pada masa Rasulullah, tidak pernah ada pada masa sahabat, tetapi terjadi pada masa tabiโ€™in.
Al Qasthalani menceritakan dalam kitabnya Al Mawahib Al Laduniyah (Juz.2, Hal. 259), bahwa tabiโ€™in dari negeri Syam seperti Khalid bin Miโ€™dan, dan Mak-hul, mereka berijtihad untuk beribadah pada malam nishfu syaโ€™ban.  Dari merekalah manusia beralasan untuk memuliakan malam nishfu syaโ€™ban. Diceritakan bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat   tentang hal ini. Ketika hal tersebut tersiarkan, maka manusia pun berselisih pendapat, maka di antara mereka ada yang mengikutinya. Namun perbuatan ini diingkari oleh mayoritas ulama di Hijaz seperti Athaโ€™, Ibnu Abi Malikah, dan dikutip dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam bahwa fuqaha Madinah juga menolaknya, yakni para sahabat Imam Malik dan selain mereka, lalu mereka mengatakan: โ€œSemua itu bidโ€™ah!โ€

Kemudian Al Qasthalani berkata:  โ€œUlama penduduk Syam  berbeda pendapat tentang hukum menghidupkan malam nishfu syaโ€™ban menjadi dua pendapat: Pertama, dianjurkan menghidupkan malam tersebut dengan berjamaah di masjid,  Khalid bin Miโ€™dan dan Luqman bin โ€˜Amir, dan selainnya, mereke mengenakan pakain bagus, memakai wewangian, bercelak,  dan mereka menghidupkan malamnya dengan shalat. Hal ini disepakati oleh Ishaq bin Rahawaih, dia berkata tentang shalat berjamaah pada malam tersebut: โ€œItu bukan bidโ€™ah!โ€ Hal ini dikutip oleh Harb al Karmani ketika dia bertanya kepadanya tentang ini. Kedua, bahwa dibenci (makruh) berjamaah di masjid untuk shalat, berkisah, dan berdoa pada malam itu, namun tidak mengapa jika seseorang shalatnya sendiri saja. Inilah pendapat Al Auzaโ€™i, imam penduduk Syam dan faqih (ahli fiqih)-nya mereka dan ulamanya mereka.โ€   (Fatawa Al Azhar, 10/ 131)  Selesai kutipan dari Syaikh โ€˜Athiyah Saqr Rahimahullah.

4.  Samahatusy Syaikh Abdul โ€˜Aziz bin Abdullah
bin Baz Rahimahullah

Beliau menjelaskan tentang hukum mengkhususkan ibadah pada malam Nishfu Syaโ€™ban:

ูˆู…ู† ุงู„ุจุฏุน ุงู„ุชูŠ ุฃุญุฏุซู‡ุง ุจุนุถ ุงู„ู†ุงุณ: ุจุฏุนุฉ ุงู„ุงุญุชูุงู„ ุจู„ูŠู„ุฉ ุงู„ู†ุตู ู…ู† ุดุนุจุงู†ุŒ ูˆุชุฎุตูŠุต ูŠูˆู…ู‡ุง ุจุงู„ุตูŠุงู…ุŒ ูˆู„ูŠุณ ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ุฏู„ูŠู„ ูŠุฌูˆุฒ ุงู„ุงุนุชู…ุงุฏ ุนู„ูŠู‡ุŒ ูˆู‚ุฏ ูˆุฑุฏ ููŠ ูุถู„ู‡ุง ุฃุญุงุฏูŠุซ ุถุนูŠูุฉ ู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ุงู„ุงุนุชู…ุงุฏ ุนู„ูŠู‡ุงุŒ ุฃู…ุง ู…ุง ูˆุฑุฏ ููŠ ูุถู„ ุงู„ุตู„ุงุฉ ููŠู‡ุง ููƒู„ู‡ ู…ูˆุถูˆุนุŒ ูƒู…ุง ู†ุจู‡ ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ูƒุซูŠุฑ ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู…ุŒ ูˆุณูŠุฃุชูŠ ุฐูƒุฑ ุจุนุถ ูƒู„ุงู…ู‡ู… ุฅู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡. ูˆูˆุฑุฏ ููŠู‡ุง ุฃูŠุถู‹ุง ุขุซุงุฑ ุนู† ุจุนุถ ุงู„ุณู„ู ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุดุงู… ูˆุบูŠุฑู‡ู…. ูˆุงู„ุฐูŠ ุนู„ูŠู‡ ุฌู…ู‡ูˆุฑ ุงู„ุนู„ู…ุงุก: ุฃู† ุงู„ุงุญุชูุงู„ ุจู‡ุง ุจุฏุนุฉุŒ ูˆุฃู† ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ูˆุงุฑุฏุฉ ููŠ ูุถู„ู‡ุง ูƒู„ู‡ุง ุถุนูŠูุฉ ูˆุจุนุถู‡ุง ู…ูˆุถูˆุนุŒ ูˆู…ู…ู† ู†ุจู‡ ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ุงู„ุญุงูุธ ุงุจู† ุฑุฌุจ ููŠ ูƒุชุงุจู‡ [ู„ุทุงุฆู ุงู„ู…ุนุงุฑู] ูˆุบูŠุฑู‡ุŒ ูˆุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ุถุนูŠูุฉ ุฅู†ู…ุง ูŠุนู…ู„ ุจู‡ุง ููŠ ุงู„ุนุจุงุฏุงุช ุงู„ุชูŠ ู‚ุฏ ุซุจุช ุฃุตู„ู‡ุง ุจุฃุฏู„ุฉ ุตุญูŠุญุฉุŒ ุฃู…ุง ุงู„ุงุญุชูุงู„ ุจู„ูŠู„ุฉ ุงู„ู†ุตู ู…ู† ุดุนุจุงู† ูู„ูŠุณ ู„ู‡ ุฃุตู„ ุตุญูŠุญ ุญุชู‰ ูŠุณุชุฃู†ุณ ู„ู‡ ุจุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุงู„ุถุนูŠูุฉ.

โ€œDan di antara bidโ€™ah yang di ada-adakan manusia pada malam tersebut adalah: bidโ€™ahnya mengadakan acara pada malam nishfu syaโ€™ban, dan mengkhususkan siang harinya berpuasa, hal tersebut tidak ada dasarnya  yang bisa dijadikan pegangan untuk membolehkannya. Hadits-hadits yang meriwayatkan tentang keutamaannya adalah dhaโ€™if dan tidak boleh menjadikannya sebagai pegangan, sedangkan hadits-hadits tentang keutamaan shalat pada malam tersebut, semuanya adalah maudhuโ€™ (palsu), sebagaimana yang diberitakan oleh kebanyakan ulama tentang itu, Insya Allah nanti akan saya sampaikan sebagian ucapan mereka, dan juga atsar (riwayat) dari sebagian salaf dari penduduk Syam dan selain mereka. Jumhur (mayoritas) ulama berkata: sesungguhnya acara pada malam itu adalah bidโ€™ah, dan hadits-hadits yang bercerita tentang keutamaannya adalah dhaโ€™if  dan sebagiannya adalah palsu. Di antara ulama yang memberitakan hal itu adalah Al Hafizh Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaโ€™if alMaโ€™arif dan lainnya. Ada pun hadits-hadits dhaโ€™if  hanyalah bisa diamalkan dalam perkara ibadah, jika ibadah tersebut telah ditetapkan oleh dalil-dalil yang shahih,  sedangkan acara pada malam nishfu syaโ€™ban tidak ada dasar yang shahih, melainkan โ€˜ditundukkanโ€™ dengan hadits-hadits dhaโ€™if.โ€    (Fatawa al Lajnah ad Daimah lil Buhuts โ€˜Ilmiyah wal Iftaโ€™, Juz. 4, Hal. 281) Sekian kutipan dari Syaikh Ibnu Baz.

๐Ÿ“š KESIMPULANNYA: menghidupkan malam nishfu Syaโ€™ban adalah baik dan bagus, yaitu dengan ibadah-ibadah mutlak seperti tilawah, qiyamul lail, dan sebagainya. Ada pun berjamaah berkumpul di masjid, untuk shalat, maka ini khilafiyah di antara para imam sejak masa tabiโ€™in, baik membolehkan bahkan mereka melakukan, dan ada yang membidโ€™ahkan. Maka, hendaknya kita toleran atas kenyataan ini. Ambil yang kita pandang lebih kuat, tapi jangan ingkari yang lain.

Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

๐Ÿƒ๐ŸŒพ๐ŸŒบ๐ŸŒฟ๐ŸŒป๐ŸŒดโ˜˜

โœ๏ธ Farid Nu'man Hasan

Related

FARID NU'MAN HASAN SS 8086454398080498849

Posting Komentar

Recent

  • Untuk Banser: Ada Puluhan Juta Orang Siap Disebut Mayat
  • By Asyari Usman Ketika Hizbut Tahir Indonesia (HTI) dibubarkan tahun lalu ... read more
  • UJIAN Kejama'ahan @salimafillah . Dalam ujian kejama'ahan Bani Israil; ada yang ... read more
  • RASANYA PERBINCANGAN kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa membahas ... read more
  • Menepi bukan Pergi
  • MENEPI, BUKAN PERGI Oleh ustad Satria Hadilubis Kekecewaan Abu Dzhar Al ... read more
  • Muka Dua
  • BAHAYA ORANG BERMUKA DUA Nabi SAW mengecam orang yang bermuka dua sebagai orang ... read more
  • Ganjik Genap Jakarta
  • *Ganjil Genap DKI JKT* Berdasarkan Pergub DKI Jkt no. 106/2018 ditetapkan: 1.) ... read more
  • Pakai sendal di kuburan
  • BENARKAH DIHARAMKAN MEMAKAI SENDAL DI KUBURAN ?? Oleh : Abdullah Al ... read more
  • Ambisi Pribadi
  • *MEWASPADAI AMBISI PRIBADI* Dalam sejarah pergerakan Islam, di samping ... read more
  • KONSEP NALAR & LOGIKA KEKUASAAN ARAH BARU INDONESIA. **** Kita tidak bisa ... read more
  • Sari Wangi
  • *PELAJARAN SANGAT BERHARGA DARI BANGKRUTNYA SARI WANGI* Oleh : Jamil Azzaini ... read more
    Recent Posts Widget

    Arsip

    Entri yang Diunggulkan

    Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

    Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

    Hot in week

    Tayangan Laman

    item