Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu




"Dari dulu saya bilang, meskipun saya pejabat, saya akan ngomong lantang. Saya bilang merah, merah! Saya bilang hijau, hijau! Saya bukan bunglon dan tidak suka menjadi bunglon,"ucapan itu terlontar dari mulut Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu, suatu sore menjelang maghrib, saat saya dan dua orang teman, menyambangi kediamannya di Kompleks Kostrad, Cijantung, Jakarta Timur, tahun 2005 lalu, untuk sebuah wawancara.


Jenderal Ryamizard ketika itu baru saja selesai tugasnya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Namun, sikap dan pernyataannya masih saja menjadi incaran kuli tinta. Maklum, saat menjadi KSAD, ia berteriak lantang soal adanya enam puluh ribu agen intelijen asing yang berkeliaran di negeri ini. Pernyataannya gamblang ia sampaikan di media massa. Orang-orang terkejut. Sebab, yang bicara adalah seorang jenderal, Kepala Staf Angkatan Darat pula. Tentu bukan sembarang omongan seperti di warung kopi. Bobot pernyataannya bisa dibilang berdasar data yang kuat."Di Jakarta ada berapa ribu, terus ditempat lain juga begitu. Yang jelas ada banyak di Jakart,"ujarnya.

Jenderal yang satu ini memang dikenal blak-blakan dalam berbicara. Tegas dan lugas. Apalagi menyangkut ancaman terhadap negeri ini. Tak heran jika ia begitu keras terhadap upaya bangkitnya kembali Komunisme di negeri ini. Ia seorang "jenderal tempur", bukan 'jenderal salon' yang hanya duduk di belakang meja. Di kalangan prajurit, Jend. Ryamizard dikenal sangat taat beragama. Ia bahkan dijuluki sebagai "Jenderal Kyai" oleh anak buahnya. Saat menjabat sebagai KSAD, Ryamizard banyak mendirikan sarana ibadah bagi umat Islam di barak-barak militer.

"Itu (Jenderal Kyai) sebutan orang, teman-teman saya. Saya tidak merasa kiai. Kalau saya rajin shalat lima waktu, itu karena kewajiban saya. Kalau saya nggak shalat saya berdosa. Saya tidak ke tempat-tempat maksiat, karena agama saya melarang itu. Saya tidak berjudi, minum bir, itu karena dilarang agama, "tuturnya sambil menyeruput secangkir teh dalam obrolan di teras rumahnya.

Ryamizard mengatakan, sebagai Muslim, ia harus terus membawa nilai-nilai Islam dan menyampaikannya kepada siapa saja. "Nafas agama itu saya sampaikan kepada siapa pun, apalagi kepada staf saya. Agama itu menyuruh menyampaikan kebenaran walaupun satu ayat. Itu perintah,"terangnya.

Ia melanjutkan, "Dari saya letnan, saya memang selalu perhatian pada kebenaran agama. Saya akan bawa ini. Bukan berarti mau islamisasi, bukan. Saya mau berbuat baik. Sampai saya menjabat KSAD, saya masih mengajak orang untuk berbuat baik,"tambahnya.

Obrolan kami terus berlanjut sampai kepada persoalan tentang karikatur Nabi yang saat itu sedang marak dan menjadi perhatian umat Islam. Sebuah surat kabar di Denmark, Jyland Posten, membuat karikatur yang menghina panutan umat Islam tersebut. "Apa tanggapan jenderal terhadap karikatur itu?" tanya saya.

Dengan sorot mata yang tegas, ia mengatakan, "Saya Islam. Panutan saya Nabi Muhammad SAW. Kalau kita tidak menjadikan Nabi Muhammad sebagai panutan, sama siapa lagi? Mau manut sama Jin, setan?" tegasnya. "Soal karikatur itu saya tersinggung. Paling tidak lima waktu dalam sehari saya menyebut Nabi Muhammad. Ini malah dilecehkan. Saya tersinggung. Untung saya bintang empat, jadi masih bisa berpikir jernih. Kalau bintang empat mencak-mencak, kan nggak bagus,"terangnya.

Kini ketegasan dan sikap blak-blakan jenderal purnawiran bintang empat itu terlihat lagi dalam jabatannya sebagai Menteri Pertahanan, terkait isu kebangkitan kembali Komunisme di Indonesia."Mereka bilang tidak ada, jangan-jangan yang bilang itu Komunis,"ujarnya kepada media massa. Ryamizard juga bersuara keras terkait adanya desakan agar pemerintah meminta maaf kepada korban tragedi 1965. "Tidak perlu meminta maaf pada PKI!" tegasnya.

Sikap Ryamizard yang tegas ini, bertolak belakang dengan sikap pemerintah yang terkesan lembek bahkan memberi angin pada kelompok kiri. Bahkan ada yang menyebut pernyataan Ryamizard memicu ketegangan dengan Presiden Jokowi dan Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan.Sebuah situs berita nasional bahkan memberitakan sikap Ryamizard mempermalukan Indonesia di mata dunia internasional.

Ketika namanya masuk dalam jajaran kabinet Jokowi, saya termasuk orang yang kecewa. "Kok mau ya? Dia kan tegas terhadap asing, sementara Jokowi, sudah banyak yang mafhum bagaimana sikapnya terhadap asing,"batin saya ketika itu. Keterkejutan saya semakin bertambah, ketika Ryamizard berkesempatan berkunjung ke Amerika Serikat, negara yang sebelumnya begitu membenci dirinya karena dianggap sebagai sosok ultranasionalis dan anti asing.

Apakah sebuah kebetulan atau kesengajaan, saat berkunjung ke negeri Paman Sam itu, surat kabar terkenal the Washington Post, memuat foto Ryamizard dan memberinya keterangan: Presiden Jokowi. Apakah ini sekadar insiden yang tidak disengaja, atau sesuatu yang dibuat untuk melecehkan pemimpin negeri ini? Apa mungkin surat kabar sekelas Washington Post membuat kesalahan sefatal itu tanpa kesengajaan?

* * *

Sore terus beranjak senja ketika teh dan camilan yang disuguhkan perlahan sudah mulai tandas seiring dengan obrolan yang makin menghangat. Ryamizard yang sore itu berpakaian santai mengenakan kaos kemudian mengatakan,"Contoh bagus dalam bernegara itu saat kita shalat. Ada yang memilih imam. Kalau imam itu benar, kita nggak akan ribut. Tapi kalau dia salah, ya kita tegur. Kalau tidak ditegur, nggak sah shalat kita,"ujarnya.
Obrolan mengalir terus membincangkan berbagai isu; soal sikap tentara terkait politik, terorisme, pertahanan negara, dan sebagainya. Sampailah perbincangan kami tentang hubungan TNI dan umat Islam. "Umat Islam dan TNI harus bersatu. Sebab begini, kalau mau menghancurkan Indonesia ini ada dua; lemahkan Islam dan lemahkan TNI. Atau diadu-adu. Makanya umat Islam harus ngerti soal ini. Ini kan dua kekuatan yang besar; tentara dengan rakyat yang sebagian besar Islam. Jadi harus ada saling pengertian,"ujarnya.

* * *

Sore yang cerah semakin beranjak gelap. Adzan maghrib mulai sayup-sayup terdengar."Kita shalat maghrib berjamaah dulu ya..."ucap Ryamizard menutup perbincangan.

Tulisan ini sekadar menceritakan sedikit tentang sosok Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu dalam sebuah potret singkat dalam kesempatan dua kali saya mewawancarai secara langsung di kediamannya. Sebagai pertemuan singkat, tentu tak menggambarkan sosok jenderal ini secara utuh. Bisa jadi, kekurangan yang dimiliki, lebih banyak dari gambaran kelebihan-kelebihan yang saya tulis tentang dirinya. Bisa juga sebaliknya. Wallahu a'lam. (Arta Abu Azzam)

Related

TNI 1260719370135571287

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item