Menemukan Spirit NEMO
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/05/menemukan-spirit-nemo.html
By: Nandang Burhanudin
*****
Finding Nemo. Filem animasi yang digandrungi khalayak, tua dan muda. Sejatinya ia hanyalah filem kartun. Tapi saya banyak menemukan hikmah dari penggalan cerita kehidupan seekor ikan clownfish mungil yang disuguhkan.
Finding Nemo adalah salah satu dari film animasi yang dirilis oleh Walt Disney Pictures. Konon ratingnya cukup tinggi dan paling sering ditayangkan ulang di stasiun-stasiun televisi swasta. Film berlatar laut di Australia ini berhasil masuk box office (menandingi rating film The Lord of the Rings: The Return of the King) dan meraih beberapa penghargaan bergengsi.
Alkisah. Di bawah lautan. Ada satu keluarga ikan Clownfish yang merindu kehadiran anak. Ribuan telur, selalu dimangsa ikan lain yang lebih besar. Di ujung harapan. Satu telur selamat. Si ayah (Marlin) menamainya Nemo. Si ayah over protective. Bawaannya khawatir. Pola komunikasi dengan Nemo cenderung mandatori. Padahal di usianya, Nemo merindukan dunia bermain.
Hingga satu kali. Nemo tak enak hati, saat ayahnya menyebut dirinya anak "yang kurang sempurna", mengingat siripnya pendek tidak seperti ikan lainnya. Si ayah tak ada maksud menghina. Hanya sang ayah kurang bijak memberitahukannya di hadapan publik, teman-teman Nemo.
Nemo merasa tertantang. Ia terus memperluas pergaulan. Ayahnya makin khawatir kebablasan. Di sini petualangan Nemo dimulai. Ia menyelinap jauh dari ayahnya. Nemo tertangkap seorang penyelam yang ternyata seorang dokter gigi di Sidney Harbour.
Nemo pun ditempatkan dalam sebuah akuarium, bersama sekawanan ikan yang senasib. Ditangkap untuk dijadikan ikan hias! Rencananya. Nemo akan dijadikan hadiah untuk keponakan si dokter gigi. Anak balita dengan gigi berbehel, kurang hati-hati dan pernah membunuh ikan yang dihadiahkan kepadanya.
Singkat cerita. Kita dipertontonkan kepedulian makhluk Allah lainnya. Mereka berempati pada si anak ikan Nemo. Tentu setelah melihat perjuangan Nemo yang ingin menebus kekeliruannya, abai dengan intruksi ayah dan lebih mengikuti keinginan sendiri, walau benar adanya.
Emosi kita diaduk kesungguhan ayah Nemo (Marlin), yang pontang-panting mencari Nemo. Kasih seorang ayah tak pernah pudar. Cinta mengalahkan rasa benci. Tanggungjawab mengungguli syahwat emosi. Ayah Nemo tak memilih pembiaran sebagai pemuas. Ia sadar. Keneradaan Nemo teramat berharga, walau ia bisa memproduksi telor yang akan menggantikan Nemo-Nemo lainnya di kemudian hari.
Berbulan lamanya perasaan penonton diremas-remas
Aksi-aksi antagonis dan protagonis bersatu dalam satu waktu. Ada peran ikan munafik yang manis menawarkan bantuan, tapi ternyata hanya akal bulus.
Ending cerita. Ayah dan anak berpadu kembali dalam ikatan cinta. Ayah lapang dada meminta maaf. Si anak berlinang air mata sadar dirinya keliru. Mereka kemudian beradu peluk. Ikan-ikan bersorak gembira. Burung-burung menari riang. Kejahatan si dokter gigi kembali pada dirinya. Kebaikan ikan-ikan yang menjadi kawan Nemo dalam pengasingan, pun merdeka.
Saya melihat. Nemo dan Marlin sosok yang sama-sama sibuk bergerak, fokus pada kesamaan visi. Seandainya Nemo terlelap, ia pasti sudah disantap. Nemo saja bisa. Masak manusia raiso!
Posting Komentar