Manusia PKS

By: Nandang Burhanudin
*****

Seorang pengamat politik nasional, Indra J. Piliang (Media Indonesia 27/7/05) menyebut kader PKS sebagai manusia PKS. Didasari dari rasa takjubnya, PKS lahir oleh kebanyakan berasal dari anak-anak muda belia. Mirip kumpulan lebah, bergerak bekerja dalam medan-medan pengabdian yang sulit, seperti daerah bencana dan daerah konflik. PKS hadir dan mengukir.

Entah memuji atau menyindir, Indra J. Piliang menyebut
Pergerakan manusia-manusia PKS lebih menyandarkan diri kepada ideologi yang mereka perjuangkan, entah itu revivalisme Islam, atau sekadar semangat untuk tidak mau didikte oleh kepentingan kapitalisme internasional yang digerakkan oleh jaringan Hollywood, sampai Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dulu. Manusia PKS diposisikan sebagai manusia-manusia ber'pengetahuan unggul" khususnya soal dunia luar, jika dibanding rata-rata penduduk Indonesia lainnya. Isu Palestina, Kashmir, Irak. Manusia PKS mampu mendeteksi dengan tepat, berdasarkan banyak sekali sumber informasi yang berasal dari sejumlah majalah, tabloid, sampai buku-buku tebal sampai tipis. Manusia PKS menjadi sumber alternatif utama, ketika televisi, radio atau koran-koran di Indonesia 'dianggap' hanya menyampaikan berita dari dunia sekuler. Manusia PKS hadir menjadi narasumber problematika Islam yang terus-menerus menghadapi berbagai cobaan.

Manusia PKS, dalam rentang waktu nan singkat, mampu meraih prestasi yang mengagetkan. PKS melejit menjadi pemain elite, tak lama dari kelahirannya di pojok-pojok masjid dan kampus. Boleh jadi, ketiba-tibaan itulah yang membuat Manusia PKS limbung bagaimana mengelola kemenangan di DKI. Kemenangan yang seperti tidak memberikan perbaikan apa-apa. Prioritas penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta terlihat belum menyentuh kepentingan kaum dhuafa dan kaum mustad'afin yang bertebaran di Jakarta ini. Indra menanyakan, "Ke mana suara PKS yang vokal itu?"

Wajar jika ada yang menduga, apakah PKS hanya besar dalam isu-isu besar, namun PKS tiba-tiba kerdil untuk isu-isu kecil dan detail. Padahal, ketika sistem politik di Indonesia kian terbuka dan liberal, justru setiap pengambilan keputusan kecil akan sangat besar pengaruhnya bagi kepentingan publik. Perhatikan kemenangan Jokowi dan PDIP. Terlepas dari segala kontroversi dan dukungan dana tak terbatas. Jokowi sukses menjadi media darling, dengan isu-isu kecil yang ia pun tidak melakukannya.

Jadi prinsip dasarnya. Indra J. Piliang menasihati, "Memberikan makna atas kemenangan, itulah yang menjadi tantangan manusia-manusia PKS hari ini. Berapa pun jumlah kemenangan yang diraih tidaklah akan menjadi persoalan, apabila setiap kemenangan itu, setiap suara itu, pada akhirnya dapat dikelola menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dari sana, justru tantangan PKS sekarang adalah bukan mencapai kemenangan yang lebih besar, entah 15% sampai 20%, melainkan bagaimana mengelola setiap suara yang dititipkan ke PKS dalam pemilu lalu sebagai sebuah amanah dan pekerjaan besar."

Kini, FPKS sudah berani menyuarakan lantang soal penolakan kenaikan BBM dan TDL yang mencekik rakyat. Pertanyaanya, apakah manusia PKS mampu menjadikannya sebagai "starting point" untuk kembali kepada khitthah sebagai partai yang mengedepankan maqashid syariah dalam perjuangannya? Jika tidak. Teruslah bermimpi. Bagi anda yang alergi nasehat, berarti membenci firman Allah: "Saling menasihati dalam kebajikan dan kesabaran". "Berikanlah peringatan. Sebab memberi peringatan, bermanfaat untuk kaum beriman."

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item