Ini bukan masalah siapa dibela siapa, tidak cukupkah saling hujat Salafy-Ikhwan selama ini.

Perbandingan

Fachri Ranu Indra Kukilo

Beberapa waktu lalu buku buku ber"bau" ikhwanul muslimin dilarang beredar secara resmi oleh pemerintah saudi. Sebagian oknum salafy bersuka ria atas pelarangan ini. Postingan FB bertaburan dengan punian pada King Salman.


Eh ternyata, yang melarang itu Menteri Pendidikan Saudi Azzam Addakhil (kemungkinan) tanpa sepengetahuan Sang Raja. Dan tanggal 11 kemarin sang menteri dipecat dan kebijakan pelarangan buku dicabut.

Ini bukan masalah siapa dibela siapa, tidak cukupkah saling hujat Salafy-Ikhwan selama ini. Terima kasih King Salman sudah berusaha sedikit mendekatkan 2 kekuatan dakwah islam yang tidak perlu lagi saling curiga

Dony Arif Wibowo

Dr. 'Azzaam Ad-Dakhiil mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan Saudi Arabia (atas permintaannya sendiri). Raja Salmaan kemudian menunjuknya sebagai penasihat di mahkamah kerajaan, yang posisinya setingkat menteri.

NB : Untuk meluruskan berita bahwa ia diberhentikan oleh Raja Salmaan.

Azzam Mujahid Izzulhaq

Beberapa waktu lalu, saya memperhatikan euphoria sebagian sahabat di tanah air yg bergembira atas dilarang beredarnya berbagai kitab yg ditulis oleh Hasan Al Banna, Sayyid Quthub dan Prof. DR. Yusuf Qaradhawi di Kerajaan Arab Saudi (sekolah, universitas, perpustakaan serta toko-toko buku).

Sahabat-sahabat yg senang tadi bahkan mengucapkan terimakasih (atas pelarangan karya para ulama 'Ikhwany') kepada Raja Salman ibn Abdulaziz AlSaud.

Faktanya, yg mengeluarkan pelarangan ini adalah Menteri Pendidikan Kerajaan Arab Saudi, Azzam Al Dakhil. Pelarangan ini pun adalah tanpa sepengetahuan Raja Salman.

Dan kemarin (11/12), Azzam Al Dakhil diberhentikan sebagai Menteri Pendidikan oleh Raja Salman. Dan digantikan oleh Ahmed Mohammed Al Issa sebagai Menteri Pendidikan yg baru. Dan pelarangan kitab-kitab karya ulama 'Ikhwany' ini dibatalkan.

Nah, jika sudah begini, kita sekarang tahu dimana posisi Raja Salman. Raja Salman tidak ingin kekakuan hubungan antara Salafy, Hizby/Ikhwany hingga Asy'ary (di Indonesia dan Nusantara) terus terjadi. Karena akan merugikan kekuatan Islam sendiri.

Di Indonesia, sejatinya dikotomi antara (saya meminjam istilah yg populer saat ini) Wahabi dan Sunni (sejatinya lebih tepat disebut Salafy dan Asy'ary) mestinya sudah mencair. Perdebatan hal kecil mestinya sudah bisa diselesaikan. Karena sejatinya, (maaf) Wahabi dan Sunni (lidah Indonesia lebih familier dengan penamaan tersebut) adalah satu keluarga besar Ahlu Sunnah Wal Jama'ah.

Percayalah, masalah niat, qunut, kerapatan shaff, isbal, maulid, shalawat berparlemen dan hal-hal kecil lain yg selalu menjadi perdebatan hingga permusuhan akan selesai dengan sendirinya saat kekuatan umat Islam bersatu dan membentuk sebuah kekuatan politik dan negara yg kuat apapun bentuknya. Berdemokrasi kah, Bermonarki kah, Khilafah kah, apa pun lah nama dan istilahnya.

Jika hal kecil ini tidak selesai, jangan harap hal besar yg menyangkut hajat hidup kaum muslimin di dunia pun turut selesai.

‪#‎CatatanPerjalanan‬
‪#‎DuniaBaruIslam‬
‪#‎LintasanPikiran‬

dari group taqrib baina ahlusunnah

Related

Raja Salman 4000923911280112451

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item