Manajemen Hebat Pelawak
https://bariqunnury.blogspot.com/2015/12/manajemen-hebat-pelawak.html
By: Nandang Burhanudin
*****
(1)
Satu cerita masyhur di Timteng. Juha didatangi tetangganya. Mengeluhkan himpitan hidup yang semakin mencekik.
(2)
"Apa yang menimpamu?" tanya Juha mencari tahu. "Ya. Rumah saya sempit. Keluarga makin banyak. Belum lama. Nambah lagi saudara istri dan anak-anaknya." Jawabnya.
(3)
"Mudah. Kamu punya uang? Belikan ayam yah. Lalu masukkan semua ke rumahmu. Dua minggu lagi. Datang kemari."
(4)
Ia pun datang. Keluhan nambah. Selain sempit. Bau ayam gak karuan. Apa pesan Juha. "Sekarang kamu beli keledai. Masukkan ke rumahmu. Dua minggu lagi datang kemari."
(5)
"Waduuuh. Ampun dweeh. Bau keledai campur bau ayam. Gaduh lagi." Juha menjawab, "Sekarang beli seekor unta besar. Masukkan ke rumahmu. Dua minggu lagi datang kemari."
(6)
"Ampuuun. Kalau gak ada solusi. Mending saya mati saja." Juha menjawab, "Tenang. Aku beri solusi terbaik. Cespleng."
(7)
"Saya kasih waktu 3 minggu. Setiap 1 minggu, kamu keluarkan ayam. Terus keledai. Terus bebek. Lalu minggu keempat datang kemari."
(8)
Nasihat Juha ia turuti. Minggu keempat datang dan melaporkan kondisinya. "Sudah membaik tuan. Solusi anda sangat ampuh bin cespleng."
(9)
Kondisi rakyat Indonesia mirip dengan kisah di atas.
Harga meroket. Pendapatan mepet. Kesana kemari macet. Pajak dan tagihan menggencet.
(10)
Sistem yang dipakai malah manajemen Juha. Memuliakan pelawak dan babi ngepet. Rakyat bersuara langsung dijepret polisi. Si doi malah hobi dijepret kamera.
(11)
Masih ingat turun naik harga BBM, berikut 1001 alasannya? Rakyat berterimakasih karena benain "turun" dari 8500 ke 7400.
(12)
Masih ingat tragedi freeport? Rakyat berterimakasih karena DPR jahat dibersihkan. Lupa bahwa mafia kejahatan berkumpul di istana.
(13)
Prinsipnya rakyat dibebani 1000 ton masalah. Setelah megap-megap, diberi KARTU SAKTI BERNAFAS. Saat itu, si doi dipuja puji.
(14)
Rakyat dibius sinetron Pencitraan Tak Berujung. Dibumbui suguhan apik filem Mega Membelah, Rakyat Terpecah. Saat itu, pinokio pun sumringah.
Posting Komentar