MALU, Ketika Kita Berhenti Di Jalan Dakwah.
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/09/malu-ketika-kita-berhenti-di-jalan.html
Problem hidup setiap insan itu beda-beda, kualitas ujiannya pun tentu berbeda. Tapi, pada dasarnya, semuanya diberikan ujian sesuai dengan cara hidupnya.
Bisa jadi kita tak menyadari, bahwa Iblis dan Hawa Nafsu, telah menggoda kita, hingga kita secara sadar telah bertutur, "Saya mundur di Jalan Dakwah."
Ada yang mundur, ketika kita, sedang sulit-sulitnya diterpa ujian soal pendidikan. Khawatir dianggap orang yang gagal dan kemudian menseriuskan dunia pendidikan demi meraih gelar sarjana dan intelektual sukses.
Kita lupa, bahwa Rasul SAW telah mengangkat derajat Bilal ra. dari seorang budak menjadi petugas muadzin yang agung. Allah SWT telah mengangkat derajat-derajat kebaikannya, dan membuat kedudukan lebih tinggi daripada Abu Lahab sang pemimpin Quraisy.
Ada yang berkelit, bahwa urusan Ekonominya tengah melanda. Maka ia mundur seketika, hanya karena ingin serius membangun ekonomi. Namun, entahlah, ketika ia mulai bekerja, bersemangat dalam kerja, bertugas dan atau telah sukses, ia tak kunjung kembali berdakwah.
Apakah tak malu, dengan Abdullah bin Amin atau lebih seringkali kita kenal dengan Abu Hurairah. Kemiskinan tak lantas menyurutkan ia tak mendampingi Rasul saw. Ingatlah, betapa banyak jalur hadits berasal dari beliau. Dan betapa malunya kita, bila akhirnya meninggalkan dakwah.
Atau kita belajar dari Abdurrahman bin Auf' yang hartanya berlimpah ruah, namun tak menyurutkan langkahnya dalam dakwah dan jihad bersama Rasulullah SAW. Beliau bahkan pernah kembali ke titik 0 dalam ekonominya hanya untuk hijrah bersama Rasul SAW.
Atau hanya karena popularitas dan jabatan yang terlanjur terkenal di masyarakat, lantas dengan kesibukkan yang ada, kita menanggalkan arena dakwah. Demi menjaga image dan sebutan, seorang tokoh masyarakat, dan didekatkan karena ia adalah milik masyarakat, sehingga enggan disebut-sebut sebagai aktivis dakwah.
Maka belajarlah dari Umar ra. dan Abu Sufyan ra. Betapa mereka dikenal publik karena ketokohan mereka? Tapi tak lantas menanggalkan dakwah, justru mereka seringkali menjadi "diplomatnya" Rasulullah SAW, menjadi amirul mukminin, menjadi sahabat yang serius dalam dakwah dan jihad.
Atau dengan alasan masih muda dan ingin banyak hal dicapai, agar cita-citanya bisa diraih. Dengan harapan menjadi kebanggaan. Kita menanggalkan dakwah, untuk meraih itu semua.
Kita lupa, ada Ali ra. dan Mushab bin Umair ra. Mereka serius dalam belajar islam namun dalam kapasitas jihad dan dakwahnya jangan pernah diragukan. Mereka tak sekalipun hilang dari dakwah, tapi justru mereka berakhir bersamaan dengan keislaman mereka dalam berjuang. Malu-lah kita.
Mungkin inilah cara Allah SWT, menghadirkan para sahabat ra dalam menemani Rasulullah SAW. Agar menjadi pembelajaran penting dalam dakwah kita.
Saya yang faqir,
Rizqi Awal.
Posting Komentar