TUKAR PIKIRAN DENGAN HTI
https://bariqunnury.blogspot.com/2015/12/tukar-pikiran-dengan-hti.html
[10/12 04.49] Mohammad Zubaidi: Hanya orang (1) kafir dan (2) munafiq yg lebih suka dipimpin kafir dari pada dipimpin muslim.
Anda termasuk yg mana?
[10/12 06.18]
Hari Mukti: Bagaimana dg orang yg lebih suka menerapkan hukum thoghut daripada hukum Allah ..apakah mereka ini masih layak mengaku sebagai seorang muslim ..lihat QS Al Maidah 44 ..45 ..47 ..( ....wa man lam yahkum....)
[10/12 06.41] Mohammad Zubaidi: Menerapkan hukum thoghut itu bisa secara teori bisa secara praktek.
Secara teori misalnya orang mengakui ada Dewi pembagi rizki namanya Dewi Sri. Orang ini cuma mengakui/meyakini.
Ada satu lagi yg tdk prnh bilang meyakini, tapi tiap mau tanam padi dan mau panen dia bikin sesajen di pojok2 sawah buat Dewi Sri.
Dua jenis manusia itu sama musyriknya.
Ayat Al-Maidah 44, 45 dan 47 itu juga berlaku utk semua anggota HTI yg tiap tahun bayar pajak kendaraan, pajak usaha, pajak pbb dll.
Pajak mereka itulah yg jadi tulang punggung tegaknya negara demokrasi.
Mereka juga takut melanggar, sebab kalau gak bayar pajak nantinya masuk penjara.
Pdhl takut seharusnya hanya kpd Allah.
Yg paling ideal mestinya jamaah HTI hidup spt suku anak dalam. Transaksi tdk pake uang/rupiah cukup balter.
Gak ada urusan pajak.
Semua mandiri, dari dan utk mereka sendiri.
Dg begitu di akhirat kelak tdk terkena ayat: "Allah sangat murka jika kamu cuma ngomong tapi tdk kamu kerjakan", lalu ayat " apakah kamu menyuruh manusia berbuat baik sdgkn kamu melupakan dirimu sendiri".
Beda dg kami, kaitan kami dg demokrasi adalah kaitan "keterpaksaan", karena kami bukan pendukung demokrasi, bahkan kami membenci semua sistem kecuali sistem Islam.
Sedangkan Allah saja menghalalkan babi utk kami ketika terpaksa.
Kami terpaksa mengikuti aturan demokrasi ikut pilkada, pilgub dan pilpres.
Karena jika tdk ikut kami akan dipimpin org kafir yg bakal membudayakan kemaksiatan dan kemunkaran, merusak moral dan aqidah, bhkn memurtadkan kami.
Kami memandang dosa ikut mencoblos itu jauh lebih ringan dari pd dosa dirusak moral, akidah dan dimurtadkan.
Bahkan mencoblos bisa tanpa dosa, karena terpaksa.
Bhkn bisa berpahala karena niatnya menyelamatkan umat dan negara muslim Indonesia ini.
[10/12 06.50] Mohammad Zubaidi: Saya tambahkan: banyak sekali anggota HTI yg jadi dosen IPB atau jadi PNS.
AstaghfiruLlah..
Mereka mencaci maki negara demokrasi tapi menikmati duitnya negara demokrasi, bhkn dlm beberapa hal membantu tegak dan jayanya negara demokrasi.
Satu pola hidup kontradiktif, entah bgmn kelak mempertanggungjwbkannya di hadapan Allah
Anda termasuk yg mana?
[10/12 06.18]
Hari Mukti: Bagaimana dg orang yg lebih suka menerapkan hukum thoghut daripada hukum Allah ..apakah mereka ini masih layak mengaku sebagai seorang muslim ..lihat QS Al Maidah 44 ..45 ..47 ..( ....wa man lam yahkum....)
[10/12 06.41] Mohammad Zubaidi: Menerapkan hukum thoghut itu bisa secara teori bisa secara praktek.
Secara teori misalnya orang mengakui ada Dewi pembagi rizki namanya Dewi Sri. Orang ini cuma mengakui/meyakini.
Ada satu lagi yg tdk prnh bilang meyakini, tapi tiap mau tanam padi dan mau panen dia bikin sesajen di pojok2 sawah buat Dewi Sri.
Dua jenis manusia itu sama musyriknya.
Ayat Al-Maidah 44, 45 dan 47 itu juga berlaku utk semua anggota HTI yg tiap tahun bayar pajak kendaraan, pajak usaha, pajak pbb dll.
Pajak mereka itulah yg jadi tulang punggung tegaknya negara demokrasi.
Mereka juga takut melanggar, sebab kalau gak bayar pajak nantinya masuk penjara.
Pdhl takut seharusnya hanya kpd Allah.
Yg paling ideal mestinya jamaah HTI hidup spt suku anak dalam. Transaksi tdk pake uang/rupiah cukup balter.
Gak ada urusan pajak.
Semua mandiri, dari dan utk mereka sendiri.
Dg begitu di akhirat kelak tdk terkena ayat: "Allah sangat murka jika kamu cuma ngomong tapi tdk kamu kerjakan", lalu ayat " apakah kamu menyuruh manusia berbuat baik sdgkn kamu melupakan dirimu sendiri".
Beda dg kami, kaitan kami dg demokrasi adalah kaitan "keterpaksaan", karena kami bukan pendukung demokrasi, bahkan kami membenci semua sistem kecuali sistem Islam.
Sedangkan Allah saja menghalalkan babi utk kami ketika terpaksa.
Kami terpaksa mengikuti aturan demokrasi ikut pilkada, pilgub dan pilpres.
Karena jika tdk ikut kami akan dipimpin org kafir yg bakal membudayakan kemaksiatan dan kemunkaran, merusak moral dan aqidah, bhkn memurtadkan kami.
Kami memandang dosa ikut mencoblos itu jauh lebih ringan dari pd dosa dirusak moral, akidah dan dimurtadkan.
Bahkan mencoblos bisa tanpa dosa, karena terpaksa.
Bhkn bisa berpahala karena niatnya menyelamatkan umat dan negara muslim Indonesia ini.
[10/12 06.50] Mohammad Zubaidi: Saya tambahkan: banyak sekali anggota HTI yg jadi dosen IPB atau jadi PNS.
AstaghfiruLlah..
Mereka mencaci maki negara demokrasi tapi menikmati duitnya negara demokrasi, bhkn dlm beberapa hal membantu tegak dan jayanya negara demokrasi.
Satu pola hidup kontradiktif, entah bgmn kelak mempertanggungjwbkannya di hadapan Allah
Posting Komentar