DIA BUKAN PENGEMIS
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/09/dia-bukan-pengemis.html
(Kisah nyata) Assalamualaikum Wr. Wb
Suatu malam setelah maghrib, aku mengendarai mobil ke rumah. Tiba-tiba rasa migren nyeri menyerang kepala hingga aku menepikan mobilku di depan sebuah ruko. Berhenti sejenak menunggu rasa nyeri berkurang, aku berusaha mengalihkan pikiran dengan melihat sekeliling.
Tiba-tiba kaca mobilku diketuk seorang anak. Anak laki2 kira-kira umur 12 tahun.
“Pak, Bapak mau parkir? Saya bantuin untuk parkir mobilnya ya!” katanya.
“Belum sekarang, saya mau istirahat dulu,” jawabku.
“Kalau gitu apa Bapak punya uang 2000 ?” tanya anak itu.
Karena aku sedang tidak mau diganggu, aku buru-buru serahkan uang itu. Aku pikir anak ini mungkin cuma mau minta-minta.
Aku amati anak itu. Dia mendekati tukang gorengan lalu membeli beberapa. Kemudian gorengan itu dia berikan pada sesosok orang tua yang duduk di bawah tiang listrik. Ketika dia melewati samping mobilku, aku buka kaca dan memanggilnya.
“Eh… dek ... sini… Itu siapa?” tanyaku.
“Gak tau pak… Bapak-bapak tua… Saya juga baru saja ketemu...” jawabnya.
“Loh, tadi kamu minta uang ke saya beli gorengan, kenapa diberikan ke bapak itu?”
“Oh. Saya tadi duduk di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu katanya puasa. Tadi saya lihat buka puasanya cuma minum. Katanya uangnya habis. Hari ini saya nggak jualan koran. Tanggal merah pak. Jadi gak punya uang. Saya cuma ada 1000, kalau beli gorengan cuma dapat 1 kasihan gak kenyang. Makanya saya minta pada Bapak 2000. Biar dapat 3. Bapak mau parkir sekarang? Saya bantuin parkir ya pak. Bapak kan sudah bayar. Kalau saya sebenernya bukan tukang parkir,” katanya tertawa sambil garuk garuk pipinya.
Aku terdiam. Tadi aku pikir anak ini pengemis seperti anak-anak yang biasa mangkal di jalan. Ternyata aku salah besar.
“Terus uang kamu habis dong, dek?” tanyaku.
“Iya pak. Nggak apa-apa. Besok bisa jualan koran. Insya Allah ada rezekinya lagi.”
“Kalau gitu saya ganti ya uang kamu tadi. Sekalian sisanya buat jajan.” kataku sambil menyerahkan lembaran uang Rp 50.000,-.
“Nggak usah pak. Jangan! Ibu saya sebetulnya melarang saya minta-minta. Makanya saya tawarin Bapak parkirin mobilnya. Soalnya tadi saya kasihan bapak itu aja. Cuma saya bener-bener nggak punya uang,” katanya lagi.
“Eh. Saya minta maaf ya tadi sudah salah sangka sama kamu. Kirain kamu tukang minta-minta,” kataku merasa bersalah.
“Saya yang minta maaf pak. Saya jadi minta uang duluan sama Bapak. Padahal saya belum kerja.”
“Sama-samalah. Ini ambil uangnya. Ini kamu nggak minta, saya yang ngasih” kataku sambil menyodorkan uang lembaran seratus ribuan. Lembaran limapuluh ribuan saya kantongin.
“Nggak, pak. Makasih. Bapak mau parkir sekarang?” tanyanya lagi.
“Nggak. Saya nggak usah dibantu parkir,” kataku.
“Beneran, pak? Soalnya saya mau jemput adik saya ngaji dulu pak. Takut nangis kalau kelamaan telat jemputnya.”
“Udah, sana jemput aja adiknya!” kataku tersenyum.
“Makasih ya, pak.” katanya setengah berlari meninggalkan saya yang termangu.
Saya menoleh ke tiang listrik, bapak tua itu sudah pergi. Saya lihat dari spion mobil, anak itu berjalan setengah berlari.
Subhanallah!!!
Sahabat,
Di luar sana banyak orang tidak seberuntung kita, tapi mereka masih memikirkan sesama, masih berusaha bersedekah dan sangat yakin akan jaminan rezeki dari Allah swt.
Terima kasih nak. Kamu hari ini telah memberikan pelajaran akhlaq yang luar biasa buatku. Semoga hidupmu berlimpah berkah dan rezeki.
Saya starter mobilku dan melaju pelan-pelan menuju rumah. Tak terasa bebeeapa tetes air mata mengalir di pipiku. Aku sediiih dan menangis, kerena belum bisa berbuat banyak untuk sesama.
Yaa Allah, ampunilah hambamu ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Posting Komentar