Di TNI AL, 1 Hari 1 Juz
https://bariqunnury.blogspot.com/2016/06/di-tni-al-1-hari-1-juz.html
Berkaca pada lomba Musabaqah Hifdzil Quran (MHQ) yang diselenggarakan Dinas Perawatan Personel Angkatan Laut (Diswatpersal) Juli lalu, hanya 36 personel yang berani mencoba menunjukkan kemampuannya dalam menghafal firman Allah tersebut. Dalam lomba itu, nama Letda Makarim keluar sebagai juara MHQ untuk kategori 30 juz.
Kemenangan itu menambah panjang daftar prestasinya dalam lomba menghafal Alquran. Sebab, awal Maret dia mengikuti kompetisi MHQ internasional di Arab Saudi. “Hanya dapat penghargaan peringkat delapan,” ujarnya. Bisa jadi, hingga saat ini lomba MHQ yang digelar di Arab Saudi tersebut adalah pengakuan tertinggi tentang kemampuannya. Sebab, dia dipercaya untuk mewakili Indonesia di kompetisi internasional bersama tiga orang prajurit lain. Meski kompetisi tersebut terbatas pada para prajurit, tetap saja membanggakan. “Saingannya prajurit muslim negara lain,” kenangnya.
Bagi Makarim, menjadi seorang hafidz dan tentara adalah sesuatu yang kadang kurang bisa dikompromikan. Maklum, sejak memutuskan begabung menjadi prajurit penjaga laut 2009 lalu, kemampuan menghafalnya suka berkurang. Padatnya aktifitas diawal karir harus membuatnya rela kehilangan hafalan beberapa surat Alquran. Dia mengatakan sejak masuk militer tanggungannya semakin berat. Sebab, dia memiliki kewajiban untuk menjalankan tugas sebagai prajurit juga. Oleh sebab itu, untuk mau menambah hafalannya pun harus dia pikirkan baik-baik. “Di militer memang lebih lupa. Menjaga saja berat, mau nambah jadi pikir-pikir,” imbuhnya.
Dia menggambarkan, awal masuk militer sebenarnya dia sudah menghafal 20 juz. Namun, saat itu yang bisa dikatakan benar-benar lancar ada sampai 10 juz saja. Nah, sibuk latihan dan hidup yang serba teratur membuat hafalan itu suka naik turun. Beberapa ayat yang dulu samar-samar hafal malah hilang sepenuhnya. Meski demikian, semua itu dia jadikan tantangan. Tekatnya, jangan sampai hafalan itu semakin lama semakin tergerus. Meski kesibukan kadang membuat istiqamahnya naik turun, dia tetap ingin bisa menghafal Alquran. Mau tidak mau, setiap hari dia harus membaca kitab suci itu dalam meski harus “mencuri waktu”. Setiap ada waktu luang, dia coba untuk membaca Alquran.
Malam hari adalah waktu yang kerap dia pilih untuk membaca. Sedikitnya, dalam satu hari pria asli Purworejo Jawa Tengah itu harus bisa membaca satu juz. Meski sebenarnya itu tidak cukup karena idealnya satu hari adalah lima juz. “Karena situasinya begini, bisa satu juz sudah Alhamdulilah,” katanya. Kegigihannya untuk bisa membagi waktu tersebut berbuah hasil. Hafalan yang kedodoran diawal masuk militer terus diperbaiki. Akhirnya, Makarim berhasil memenangi juara MHQ untuk kategori 30 juz.
“Meski sulit, beban moral untuk menjaga hafalan itu ada. Termasuk beban menambah,” terangnya. Menjadi hafidz juga berdampak pada kehidupan sehari-hari. Secara otomatis sikapnya harus dijaga. Jangan sampai predikatnya sebagai penghafal Alquran rusak karena perilakunya yang kurang terpuji. Yang paling sulit adalah untuk menjaga agar salatnya tetap bisa terjaga lima kali dan tepat waktu. Tidak peduli padatnya aktivitas ataupun kegiatan latihan. Makarim ngotot harus bisa salat tepat waktu. Beruntung, sejauh ini kegiatan militer tidak pernah membuatnya meninggalkan salat fardhu. Soal ketepatan waktu salat Makarim juga tidak perlu diragukan. “Selama ini, masih bisa tepat waktu,” tuturnya. Flashback kebelakang, Makarim mengatakan kemampuan menghafalnya sudah muncul sejak kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Alquran An Nur Jogjakarta. Tepatnya, saat semester IV mulai berjalan dan diawali dengan menghafal surat Al Baqarah. “Lulus kuliah sebenarnya sudah hafal 20 juz. Tetapi yang benar-benar lancar sekitar 10 juz,” jelasnya.
sumber : http://jalasenasatya.blogspot.co.id/2012/06/di-tni-al-1-hari-1-juz.html
Posting Komentar