RAJA SALMAN DAN REFORMASI SENYAP SAUDI ARABIA





Tulisan ini ditujukan untuk dua sisi, kepada Fanatikus Saudi Intoleran yang anti kelompok Islam lain, Juga Untuk Pembenci Saudi Yang tidak tahu ada reformasi dan perubahan kebijakan besar demi kepentingan Umat Islam.


Raja Salman bin Abdulaziz dulu pernah perbincangan hangat di jagat maya. Pasalnya Raja Salman dikabarkan langsung meninggalkan tamu kehormatan, Presiden Amerika Serikat (AS), Barrack Obama, yang baru saja tiba di bandara untuk menunaikan shalat Ashar.

Mendengar panggilan shalat tersebut, Raja Salman tanpa basa-basi langsung meminta maaf dan pamit pada Presiden Negeri Adikuasa ini. Raja Salman bahkan meninggalkan Obama sebelum mereka berdua melewati karpet merah penyambutan.

Tak lama setelah dibaiat, Raja Salman bin Abdul Aziz sebagai nakhoda baru kerajaan Saudi Arabia melakukan reeformasi di tubuh kerajaan lumbung minyak tersebut.

Sebelumnya, pasca dibai’at menjadi raja menggantikan saudara tirinya Abdullah bin Abdul Aziz, Raja Salman langsung bergerak cepat dengan memilih Muhammad bin Nayef sebagai wakil putra mahkota dan memecat Khalid Al-Tuwaijri yang menjabat kepala dewan kerajaan.

Di awal kepemimpinannya, Raja Salman kembali mengambil kebijakan yang membuat dirinya semakin menjadi sorotan. Raja Salman mengganti Gubernur Makkah dan melakukan perombakan besar-besaran dalam kabinet kerajaan, mungkin ini perombakan terbesar yang pernah terjadi di kerajaan Saudi Arabia. Setidaknya Raja Salman mengeluarkan 34 keputusan raja yang salah satunya pergantian kabinet.

Perombakan kabinet tersebut sangat jelas tujuannya yaitu membersihkan "kelompok Intoleran" dan menggantinya dengan sosok yang dipercaya oleh Raja Salman. Sebut saja menteri pertahanan yang baru, sekarang dijabat oleh Muhammad bin Salman yang merupakan anaknya sendiri.

Kemudian menteri dalam negeri, dijabat oleh Muhammad bin Nayef bin Abdul Aziz, yang sebelumnya dipilih menjadi wakil putra mahkota.

Keputusan lainnya adalah memberi ampunan kepada tahanan politik, yang merupakan pantangan dalam kerajaan. Sebelumnya, Saudi Arabia selalu menempatkan oposisi kerajaan sebagai musuh berbahaya, tetapi Raja Salman malah memberi ampunan, semakin membuat penasaran kemana arah politik raja baru tersebut.

Sebenarnya membaca arah politik Raja Salman tidaklah terlalu sulit. Dengan kebijakannya akhir-akhir ini sudah terlihat, baik itu arah politik dalam negeri maupun kawasan dan internasional. Dari komposisi kabinet yang baru dipilih dan orang-orang terdekat raja Salman juga bisa dikuak, kemana kapal kerajaan tersebut akan berlayar.

Di dalam kerajaan, Raja Salman dibantu oleh dua orang terdekatnya dalam melakukan "reformasi". Pertama adalah Muhammad bin Nayef yang dipilih sebagai wakil putra mahkota.

Muhammad bin Nayef selama ini dikenal dekat dengan petinggi Turki dan mempunyai sejarah buruk dengan Khalifa bin Zayed presiden Uni Emirat Arab.

Mungkin inilah alasan mengapa Erdogan waktu itu menunda lawatannya ke Somalia dan memilih terbang ke Riyadh ikut prosesi pemakaman Raja Abdullah. Sedangkan Bin Zayed presiden Uni Emirat Arab memilih tidak hadir dengan alasan tidak jelas, Nah!.

Sosok kedua adalah Muhammad bin Salman. Tidak tanggung-tanggung, Muhammad bin Salman diberi tiga jabatan penting sekaligus, yaitu sebagai menteri pertahanan, kepala dewan kerajaan dan kepala urusan ekonomi dan pembangunan. Dua sosok inilah yang membantu pembersihan loyalis Abdullah ditubuh kerajaan.

Anak Raja Salman, Pangeran Muhammad lah yang berinisiatif pertama kali memberangus pemberontak syiah Houthi di yaman.

Untuk Raja Salman sendiri, dirinya dikenal dekat dengan Tamim bin Hamed, amir kerajaan Qatar. Raja Salman dikenal sudah lama memiliki hubungan baik dengan kerajaan Qatar. Terlihat ketika kudeta di Mesir terhadap Muhammad Mursi, Raja Salman bersama Qatar menentang aksi kudeta tersebut, namun Raja Salman tidak bisa berbuat banyak terbentur oleh Raja Abdullah yang waktu itu salah seorang pendukung kudeta.

Setidaknya saat ini Raja Salman "memiliki" tiga musuh berbahaya. Yang pertama adalah Khalid Tawajiri, mantan kepala dewan kerajaan. Kedua Bendar bin Sulthan, mantan kepala kemanan nasional dan ketiga Khalifah bin Zayed presiden Uni Emirat Arab.

Tiga nama tersebut jauh sebelum Abdullah wafat sudah menyusun strategi agar Raja Salman tidak naik tahta, namun sayang sebelum misi selesai, Abdullah wafat. Rencana tinggal rencana Raja Salman tetap naik tahta.

Maka wajar Raja Salman bergerak cepat membersihkan istana sebelum melakukan manuver politik lebih jauh. Contoh sikap Saudi Arabia terjadap kasus kudeta di Mesir dan kasus Palestina. Belum lagi konspirasi Barat yang harus dihadapi Raja Salman, jika dirinya melakukan langkah politik yang membahayakan Barat yang sejak lama menjadi ‘tamu istimewa’ di Saudi Arabia.

Memperbaiki Hubungan Dengan IM

Dulu era Raja Faisal yang legendaris mengembargo eropa dan amerika karena terlibat membela Israel, juga dekat dengan IM, dulu banyak anggota IM yang lari ke Saudi karena diburu di negara Asalnya. Kedekatan Raja Salman dengan kelompok Ikhwanul Muslimin (IM) juga menjadi catatan penting dalam membaca arah politik Raja Salman.

Rasyid Al-Ghanusy adalah tokoh Ikhwanul Muslimin yang turut hadir dalam prosesi pemakaman Abdullah bersama Erdogan. Ini tentu tanda bahwa Raja Salman membuka pintu pembicaraan dengan kelompok tersebut, namun banyak kalangan memperkirakan sebenarnya mereka sudah memiliki hubungan dekat.

Menteri Pendidikan Dr. Azzam Muhammad Al-Dakheel dicopot dari jabatannya dan diganti dengan Dr. Ahmed Muhammad Ahmed Al-Isa sebagai menteri pendidikan yang baru.

Beberapa kalangan menduga penggantian tersebut terkait kebijakan Al-Dakheel beberapa waktu lalu yang melarang beredarnya 80 buku Ikhwanul Muslimin di Saudi termasuk karya Hassan Al-Banna, Sayyid Qutb, Yusuf Al-Qaradawi, Abu Al A’la Al Maududi, Abdul Qadir Audah, Musthafa As Siba’i, Hasan At Turabi dan Salman Audah.

Kelompok hizbi Intoleran yang merupakan oknum mengaku salak tidak mengerti kondisi sosial politik menyanggah hal ini. Katanya tidak diganti melainkan mengundurkan diri lalu dipindah posisi, padahal dari semua nama nama yang diganti Raja Salman diatas, diganti dengan SOP nya hampir sama, yang bersangkutan mengundurkan diri kemudian dipindah ke pos lain. Seolah ada ketidakrelaan Raja Salman membela kelompok Ikhwanul Muslimin. Padahal kebijakan Saudi saat ini amat dekat denga Turki yang notabene dipimpin Presiden dari kelompok IM, terbukti Raja Salman langsung membuat Koalisi Militer negara Islam paska Turki menembak Jatuh Jet Rusia, tujuannya tak lain untuk memberikan sinyal dukungan sekaligus ancaman bagi yang mengancam Turki. Yakni Rusia dan sekutunya.

Politik Mesir

Kurang lengkap berbicara timur tengah tanpa membahas Mesir. Berita teranyar Raja Salman telah memecat Dubes Saudi Arabia untuk Mesir, Ahmad bin Abdul Aziz Qattan. Dubes Qattan dikenal sebagai kurir kerajaan Saudi Arabia untuk pemerintah kudeta Abdel Fattah As-sisi.

Pemecatan tersebut signal dari Raja Salman bahwa politik Saudi Arabia akan berubah terhadap Mesir. Bisa jadi Raja Salman menghentikan bantuan untuk Mesir, atau masih memberikan bantuan tapi dengan syarat yang harus dipenuhi Mesir. Syaratnya apa? Mungkin kesepakatan poros baru nanti Ankara-Riyadh-Doha yang bisa menjawab.

Sepak terjang Raja Salman ini tentu mendapat dukungan kuat dari rakyat Saudi Arabia, bahkan muslim internasional yang melihat selama ini Saudi Arabia diam saja tiba tiba berubah drastis setahun belakangan.

Bikin Galau Obama

Dalam kunjungan resmi ke Arab Saudi, Rabu (19/4/2016), Presiden AS Barack Obama tiba di Riyadh tanpa disambut Raja Salman. Alih-alih menjumpai sambutan Raja Salman, atau pejabat tinggi bangsawan, orang nomor satu AS itu keluar dari pesawat dan melangkah ke karpet merah dengan hanya disambut Gubernur Riyadh dan pejabat tingkat lainnya yang lebih rendah. Hal tersebut mengisyaratkan kepada dunia bahwa kebijakan Obama tidak disambut di Arab Saudi dan seluruh GCC.

Obama sendiri menunjukkan ketidakcocokan langsung kepada pemerintahan Saudi. Pada November tahun lalu, Obama bertemu dengan Perdana Menteri Australia Malcom Turnball dalam sebuah acara pertemuan santai. Ketika Turnball bertanya kepada presiden Amerika apakah Saudi adalah teman bagi AS, Obama tersenyum dan berkata “Itu rumit.” Ketika ditanya tentang bangkitnya ekstremisme di Indonesia, Obama tidak menghindar untuk langsung menyalahkan Saudi. Dia mengatakan kepada Turnball bahwa munculnya ekstrimisme adalah karena Saudi dan negara-negara GCC lainnya mendanai sekolah yang mengajarkan ekstrimisme dan ideologi yang ia percaya sesuai dengan monarki Saudi.

Perang Ekonomi Dengan Koalisi Assad

Setahun belakangan masyarakat dunia menikmati harga minyak mentah dunia yang terus terjun bebas hingga di bawah $ 40/barrel. Tak terkecuali pemerintah Indonesia. Sementara rakyat Indonesia masih harus membeli bensin jenis premium di kisaran harga Rp 6000-an.

Aktor utama rendahnya harga minyak mentah dunia adalah Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar dunia. Apa untungnya bagi mereka? Bukankah pendapatan negara tersebut malah akan turun.

Efek jebloknya harga sang emas hitam ini membawa dampak signifikan bagi perekonomian beberapa negara dan industri energi. Salah satunya adalah Rusia. Ekspor energi negara itu turun drastis, menambah derita perekonomian si “Beruang merah” di tahun 2015. Pendapatan ekspor Rusia dari sektor migas, porak-poranda.

Tahun ini ekonomi Rusia mengalami resesi yang parah, dengan hancurnya mata uang Rubbel oleh inflasi dan kurs yang terjun bebas karena cadangan devisa yang KO.

Rusia adalah pendukung diktator teroris Basyar al-Assad, sementara Arab Saudi mendukung revolusi rakyat Suriah. Rusia pun tidak bisa lagi ‘mengintimidasi’ Eropa atau Turki dengan ketergantungan energi pada mereka, sebabnya, harga minyak mentah Arab saudi sangat murah.

Menteri Minyak Veteran Diganti

Raja Arab Saudi Salman menggantikan menteri minyak veteran Ali Al-Naimi yang digantikan Khalid Al-Falih dalam perombakan kabinet secara besar-besaran di posisi pejabat senior, sepekan usai mengumumkan reformasi ekonomi besar di negara tersebut.

Al-Naimi, 80, menjabat sebagai menteri minyak sejak 1995 dan menjadi salah satu menteri paling berpengaruh di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Naimi didepak setelah Pangeran Mohammed bin Salman mengumumkan perombakan kebijakan ekonomi terbesar sejak dibentuknya Saudi Arab Saudi pada 1932 untuk mengurangi ketergantungan negara kerajaan terhadap minyak.

Dan cara penggantian itu tetap sama, yang bersangkutan mengundurkan diri dan dipindah ke pos lain. Seperti halnya penggantian mentri pendidikan yang sebelumnya melarang buku IM.

Terakhir, saya himbau bagi kelompok hizbi Intoleran sadarlah bahwa Ulil Amri Saudi Raja Salman berupaya menyatukan Umat ini, dan bagi anda yang membenci Saudi karena masa lalu hendaklah bersikap adil kepada orang yang berbeda dengan kebijakan berbeda.

Related

Arab Saudi 690537691295330423

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item