Saldo Cinta untuk Kader Dakwah

By: Nandang Burhanudin
*****

Suatu hari dalam pertempuran Qaadisiyah, Sa’d bin Abi Waqqaash komandan tempur yang diutus Khalifah Umar bin Khatthab mengalami sakit. Saat rehat, Sa’d didatangi oleh Abu Mihjan. Sosok yang dikenal penagih arak dan penyair ulung. Hal yang memaksa Sa’d mengikat Abu Mihjan. Sa’d pun menugaskan Khaalid bin ‘Urfuthah untuk memimpin pasukan kuda.

Ketika perang berkecamuk. Abu Mihjan bersenandung; “Cukuplah duka cita itu, karena jatuhnya kuda diterjang tombak. Sementara aku, tak kuasa melepaskan diri yang terikat kuat belenggu.”

Abu Mihjan berkata kepada Bintu Khashafah, istri Sa’d bin Abi Waqqaash, “Tolong lepaskanlah belenggu ini. Aku berjanji padamu, jika Allah menyelamatkanku dalam perang ini, aku akan kembali kemari hingga aku masukkan kedua kakiku ini ke dalam ikatan. Namun jika aku terbunuh, maka kalian akan terbebas dariku.”

Istri Sa’d kemudian melepaskan Abu Mihjan tepat pada saat perang tengah berkecamuk. Tanpa pikir panjang, Abu Mihjan langsung melompat ke atas kuda milik Sa’d yang dinamakan Al-Balqaa’. Ia sambar tombak yang ada di dekatnya. Sejurus kemudian meluncur ke medan tempur. Menerjang. Menyasar. Menebas setiap musuh dan memorakporandakan barisan mereka.

Kaum muslimin berdecak kagum. “Lelaki itu bagai malaikat!” Sa’d yang keluar melihat sosok gagah berani bertanya-tanya, “Lompatan kuda perang tersebut mirip seperti lompatan Al-Balqaa’, dan tebasan-tebasanpenunggangnya mirip seperti Abu Mihjan! Namun bukankah Abu Mihjan sedang terikat?”

Ketika Abu Mihjan selesai menghancurkan barisan musuh, ia pun kembali ke dalam tahanan. Lantas memenuhi janji, memasukkan kedua kakinya kembali ke dalam ikatan. Melihat hal demikian, Bintu Khashafah langsung mengkhabarkan kepada suaminya. Sa’d berkata, “Demi Allah, pada hari ini aku tidak akan mendera seorang lelaki yang Allah telah menguji kaum muslimin atas kedua tangannya pada segala hal yang pernah menyusahkan mereka,” dan Sa’d pun membebaskan Abu Mihjan.

Ber-ikrarlah Abu Mihjan, “Sungguh, aku dahulu pernah meminum khamr yang mana karena kebiasaanku inilah ditegakkan hukuman had padaku, maka sekarang aku membersihkan diriku darinya. Dan kini Sa’d memperkenankan diriku (terbebas dari hukuman had), maka demi Allah, aku tidak akan meminum khamr lagi selama-lamanya!” [Al-Mushannaf 11/520, no. 34309]
****

Kisah di atas meneteskan inspirasi bagi kita, umat yang diperintahkan Allah untuk selalu Siaga I.

1. Abu Mihjan pasti tidak termasuk kader inti jamaah dakwah saat itu. Tapi kepiawaian dan keberaniannya, tak menghalangi dirinya meberikan kontribusi terbaik. Poinnya: distribusi tugas berjuang tidak dilihat dari wala' (loyalitas), tapi dari kafaah (kapasitas). Terlebih saat kondisi genting.

2. Sa'd menjadi jelmaan komandan, murabbi, yang tidak defensif. Membuka dialog, bahkan tidak berlebihan menghukum Abu Mihjan. Kaidah: "Kader dakwah adalah asset", membuat Abu Mihjan tersentuh jiwa baiknya. Jelajahnya menghentakkan pasukan muslim sepanjang masa.

3. Abu Mihjan cermin dari kader yang tahu diri. Kontribusi yang unggul tak membuatnya jumawa. Ia kembali memilih taat pada garis komando Sa'd. Mengikat diri, bukti komitmen pada janji. Sa'd dan Abu Mihjan sangat dibutuhkan gerakan Islam di Indonesia saat ini. Sa'd sosok yang mampu membaca fenomena di balik peristiwa. Memaksimalkan prajurit. Tak banyak berkeluh apalagi baper. Sedang Abu Mihjan sosok yang andai ada, akan mampu memorakporandakan barisan Sekuler, Liberal, Komunis, Islamphobia. Mereka jumawa sebab tak ada lawan tanding. Semua dibuat merinding

Related

Nandang Burhanudin 2667734819588159081

Posting Komentar

Recent

Recent Posts Widget

Arsip

Entri yang Diunggulkan

Kemunculan Al Mahdi - Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Gambar Ilustrasi Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016 Kemunculan Al Mahdi Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc K...

Hot in week

Tayangan Laman

item