Keledai Politik dan Politik Keledai

By: Nandang Burhanudin
*****

Alkisah. Di suatu hutan. Tinggal seekor singa, raja hutan nan menakutkan. Namanya raja yang lagi berkuasa. Pasti siapapun merapat dekat, menggilai hormat. Termasuk salah satunya, srigala, si rakus cerdik cenderung licik.

Singkat cerita. Raja hutan kelaparan. Ia memanggil srigala. “Aku lapar. Tolong ke sini. Aku ingin memakanmu!"

"Eiiit ... jangan tuan.Kan masih ada keledai. Sebentar, saya bawa di ke hadapan tuan. Silahkan disantap sepuas mungkin!"

Sejurus kemudian. Srigala sigap berlari. Menemui keledai. Ia berkata merajuk. “Keledai kawanku. Raja hutan lama mencarimu. Ia ingin memberimu jabatan terhormat. Jika berkenan. Saya akan membawamu menghadap paduka Raja. Semoga kamu bisa menjadi menteri!"

Keledai terperangah. Rona bahagia nampak di wajah."Kena kau!"ujar srigala dalam hatinya. Si keledai yang terhasut mimpi, mudah goyah dengan serumput rayuan. MEnjadi menteri. Baginya sangat hebat. "Kapan lagi", gumannya dalam hati.

Keledai bersiap rapi menghadap raja hutan. Baru saja sampai. Srigala langsung menerjang kepala dan menggigit telinganya hingga putus. Keledai kaget. Ia pun lari 1000 langkah, sembari menahan sakit.

Melihat keledai lari. Raja hutan murka. “Hai srigala. Bawa kembali keledai itu. Kalau tidak, giliran kamu jadi santapanku!”

Dengan berat langkah. Srigala segera menemui keledai untuk kedua kalinya. “Duh, kamu ini gimana keledai. Mengapa tinggalkan forum meeting dengan raja hutan. Tau gak. Kamu telah sia-siakan jabatan yang sangat bergengsi ini!"

"Alah. Kapok deh! Bukannya jadi menteri. Bisa-bisa saya disatai tau! Dasar pembohong!" keledai kesal.

“Idiiih.. kamu kok buruk sangka melulu bawaannya. Wajar to' telingamu diputus. Tau gak, itu tandanya sang raja mau meletakkan mahkota di atas kepalamu. Huuh!” Srigala pura-pura marah.

“Ooo... hi hi .. Betul juga yah. Logis .. logis .. Maafin deh. Kalau gitu, saya siap menemui raja hutan kembali!"

Berangkatlah keduanya menemui raja hutan. Saat mendekat. Raja hutan langsung menerkam. Keledai pun reflek menghindar. Tapi ia tak bisa menggerakkan ekornya. Gigitan raja hutan keras mencengkram. Ekornya pun putus. Untungnya, ia masih bisa berlari kencang.

Sambil menikmati ekor keledai. Raja hutan menekan srigala. "Bawa kembali keledai dungu itu. Jika tidak. Kamu aku habisi!"

Srigala pun tergopoh pergi. Usai menemui keledai. Ia berkat, "Kamu itu bikin susah saya saja. Kenapa lari lagiiii?"

“Sudah deh. Aku kapok. Kamu penipu! Tuch lihat. Telinga dan ekorku sudah dia terkam. Menjadikanku menteri hanya tipuan. Titik. Aku gak mau pergi!"

“Sabar ..sabar! Gini ceritanya. Kamu kan pas nanti dilantik, kan duduk di kursi menteri.Khusus menteri. Terus. Kalau kamu masih punya ekor. Bagaimana bisa kamu duduk sempurna? WAjar toch ..raja hutan memutus ekormu!" tukas srigala pelan, berharap omongannya tidak membuat keledai menolak.

"Hmm ...betul juga yah. Kok bego amat sich aku ini!" ujarnya menyesal. "Yuk kita temui lagi. Saya akan pasrah, yang penting saya bisa jadi menteri!"

"Naah gitu doong!"

Betul yang dikatakan keledai. Saat berjumpa. Ia pasrah ketika raja hutan menerkam dan mematahkan lehernya. Darah mengalir. Raja hutan puas. “Hai srigala. Bawa bangkai keledai ini. Segera kuliti. Hidangkan padaku hati, jantung, paru dan otaknya!”

Srigala mengiyakan. Tak lama kemudian. Srigala menghidangkan hati, jantung dan paru, minus otak.

Singa marah, “Mana otaknya?!?!”

“Maaf tuan. Keledai itu tak punya otak. Sebab jika punya otak. Mana mungkin ia datang lagi menemui paduka, setelah telinga dan ekornya melayang!”

“Ha .. ha .. ha.. Bener juga kamu!" Raja hutan pun terbahak dalam tawa.
*****

Keledai ibarat rakyat. Srigala adalah para juru kampanye dan boneka rakus yang tak berdaya di hadapan raja sebenarnya. Raja pemilik modal. Penguasa segala potensi sumber daya. Mereka kini tertawa bahagia, usai membuat rakyatnya pasrah tak berdaya.